Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Respon Cinta atas Tulisan Denny JA, “Sejarah Surat Cinta bagi yang Telah Tiada” Oleh Gunawan Trihantoro

Ketika kata-kata cinta tak lagi bisa diucapkan, ketika pelukan hangat tak lagi bisa dirasakan, dan ketika senyum manis hanya tersisa dalam kenangan, di situlah cinta menemukan bahasanya yang paling dalam. 

Tulisan Denny JA ini mengingatkan kita bahwa cinta tak pernah mati, bahkan ketika kematian memisahkan. Cinta hanya berubah bentuk, menjadi doa, menjadi kenangan, menjadi monumen abadi yang berbicara lebih nyaring daripada kata.

Piramida, Taj Mahal, tahlilan, doa Kaddish, misa arwah, semua itu adalah bukti bahwa manusia, sejak ribuan tahun silam, menolak untuk membiarkan kematian memutuskan cinta. 

Kita membangun jembatan antara dunia fana dan alam keabadian, jembatan yang terbuat dari rindu, doa, dan harapan. 

Jembatan itu adalah surat cinta kita bagi mereka yang telah pergi, sebuah pesan yang kita kirimkan dengan keyakinan bahwa cinta tak pernah benar-benar hilang.

Dalam setiap tahlilan, dalam setiap lantunan Yasin, dalam setiap doa yang kita panjatkan, ada cinta yang tak terucapkan. Ada rindu yang tak tersampaikan. Ada harapan bahwa mereka yang telah pergi tetap merasakan kehangatan cinta kita, meski dari seberang alam yang tak terjangkau. 

Doa-doa itu adalah pelukan kita dari jauh, bisikan lembut kita di tengah malam, dan senyuman kita yang tak pernah pudar.

Denny JA mengajak kita merenung, suatu hari, kita pun akan menjadi penerima surat cinta itu. Suatu hari, doa-doa akan dipanjatkan untuk kita, kenangan akan dihidupkan kembali, dan cinta akan terus mengalir meski kita telah tiada. 

“Maka, jadilah cinta yang abadi. Jadilah kebaikan yang dikenang. Jadilah doa yang terus mengalir, karena cinta sejati tak pernah berakhir”.

Kematian memang memisahkan, tapi cinta menyatukan. Dalam keheningan malam, dalam lantunan doa, dalam ukiran marmer Taj Mahal, dan dalam batu-batu piramida, cinta terus berbicara. 

Ia adalah bahasa universal yang tak membutuhkan kata, karena ia hidup dalam setiap helaan napas, dalam setiap detak jantung, dan dalam setiap doa yang kita kirimkan ke alam keabadian.

“Cinta adalah satu-satunya kekuatan yang mampu melampaui kematian. Ia adalah surat yang tak pernah usang, yang terus dibaca oleh waktu, dan yang abadi dalam kenangan.”

Terima kasih, Denny JA, telah mengingatkan kita bahwa cinta tak pernah mati. Ia hanya berubah bentuk, menjadi lebih sunyi, lebih dalam, dan lebih kekal.

Untuk mereka yang telah pergi, dan untuk kita yang suatu hari akan menyusul, semoga cinta kita tetap hidup, dalam doa, dalam kenangan, dan dalam setiap helaan napas yang kita panjatkan.

_______

Rumah Kayu Cepu, 23 Maret 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.