Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

"Perempuan yang Menghunus Pena Melawan Ketidakadilan" Penulis : Ririe Aiko


#30Harimenulispuisiesai

Puisi esai 26


(Rohana Kudus adalah pelopor jurnalisme perempuan di Indonesia dan salah satu tokoh yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda. Ia dikenal karena membela pendidikan perempuan, melawan ketidakadilan gender, dan menggunakan pena sebagai alat perjuangan.) (1)



Di tepian Bukit Barisan,

pagi terbangun di bawah cahaya samar,

Angin membawa bisik mimpi yang nyaris pudar.

Di tanah yang membungkus suara dalam adat,

Ia patahkan senyap, menjahit mimpi di atas kertas yang bersahabat.


Namanya Rohana, 

di matanya nyala tak pernah redup,

Ketika dunia menuliskan batas, 

ia merobeknya tanpa takut.

Pada masa ketika perempuan dikurung di ruang bisu,

Ia percaya, kata-kata bisa jadi jembatan menuju merdeka yang utuh.


““Apakah perempuan hanya milik tungku dan kasur?”

Suara itu melawan, menyusup ke celah tembok yang teratur.

Ia tahu, batas bukanlah takdir yang harus diamini,

Bahwa ilmu bukanlah hak lelaki semata.

Ia melawan adat yang membuat wanita terkungkung. 

Dalam dirinya, ada badai yang tak bisa dipasung,

Ada pena yang menjadi taring bagi mereka yang ingin merdeka.


---000---


Tahun 1911, di Koto Gadang yang sepi, (2)

Ia bangun mimpi di dinding Sekolah Amai Setia yang abadi.

Di sana, perempuan bukan lagi bayang di sudut rumah,

Mereka belajar membaca, menulis, 

menenun masa depan yang cerah.


Jari-jari mungil memegang jarum, menyulam asa,

Bukan sekadar kain, tapi kebebasan yang mereka bina.

Ia ajarkan huruf bukan untuk hiasan,

Tapi kunci membebaskan diri dari belenggu zaman.


Ia tahu, keterampilan adalah perahu menuju kemandirian,

Bahwa ilmu adalah hak, bukan belas kasihan.

Di tiap benang yang dirajut, ada harapan yang tumbuh,

Perempuan tak lagi tunduk, mereka bisa berdiri teguh.


Tapi Rohana tak puas hanya di ruang sekolah,

Ia tahu, suara harus bergema hingga batas terbelah.

Maka, di tahun 1912, 

Ia lahirkan Soenting Melajoe, (3)

Surat kabar pertama, di mana perempuan bicara tanpa ragu.


Melalui tinta, ia menelanjangi ketidakadilan,

Poligami yang menyayat, hak suara yang dihilangkan.

Ia menulis tentang perempuan yang dijadikan milik,

Tentang tubuh yang dikendalikan, hati yang terbelit.


“Perempuan bukan benda, bukan sekadar hiasan di rumah,”

Ia menggugat patriarki yang membungkus dalam pasrah.Tentang perempuan yang diseret di altar poligami tanpa suara.

Meski ancaman berbisik di setiap sudut,

Ia tak pernah takut, pena itu tetap menghunus ketidakadilan.


---000---


Adat Minangkabau berbicara tentang ibu sebagai warisan,(4)

Namun di ruang sosial, perempuan tetap dibungkam perlahan.

Rohana berdiri di antara dua dunia yang saling menggigit,

Ia menolak tunduk pada tradisi yang membelit.


Ia percaya, pikiran perempuan mesti bebas melayang,

Tak layak dikurung dalam dinding yang menghalang.

Bahwa suara mereka bukan dosa,

Tapi cahaya yang memecah malam penuh luka.


----000---


Tahun-tahun berlalu, sejarah mencatat namanya,

Namun perjuangannya tak berhenti di garis masa.

Ia bukan sekadar bayang yang terlupakan,

Ia cahaya yang memandu generasi ke depan.


Pada 2019, negeri ini mengakui jasanya,

Sebagai Pahlawan Nasional yang menyuarakan ketidakadilan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan. (5)

Tapi lebih dari gelar yang tersemat di batu nisan,

Ia adalah api, yang menyalakan keberanian di dada perempuan.

"Untuk berdiri tegak dan bersuara lantang di hadapan ketidakadilan."

---000---

CATATAN:

(1)https://id.wikipedia.org/wiki/Roehana_Koeddoes?utm_source

(2)Kata "koto" berasal dari bahasa Sanskerta kotta, yang berarti benteng atau kota kecil. Di Minangkabau

(3)https://mojok.co/kotak-suara/mengenal-rohana-kudus-yang-punya-sekolah-dan-media-perempuan-di-indonesia/

(4)https://swarajustisia.unespadang.ac.id/index.php/UJSJ/article/view/315

(5)https://www.nu.or.id/tokoh/rohana-kudus-jurnalis-bergelar-pahlawan-nasional-pejuang-kesetaraan-perempuan-

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.