Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Menjaga Lisan dan Hati di Bulan Ramadhan Oleh: Dr. Roni Faslah

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ

Dari Abi Musa ra berkata, “Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimanakah Islam yang paling afdhal itu?” Beliau menjawab, “Seorang muslim yang menyelamatkan orang muslim lainnya dari bencana akibat perbuatan lisan dan tangannya.” (H.R. Bukhari)

Lisan adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ucapan melalui kata-kata. Perkataan yang keluar dari mulut mencerminkan kepribadian seseorang. Jika seseorang memiliki hati yang baik, maka perkataannya pun akan mencerminkan kebaikan. Rasulullah mengingatkan kita penting menjaga lisan kita: "Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam itu berasal dari lisannya."(HR. Thabrani), Jika tidak bisa kita menjaga lisan akan berdampak buruk bagi diri kita sendiri, dalam hadis rasulullah saw. menyampaikan; "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kalimat tanpa berpikir akibatnya, yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati dan Lisan Saling Berkaitan

Hati manusia adalah sesuatu yang lembut dan menjadi sumber berbagai perasaan seperti senang, sedih, takut, yakin, cinta, benci, dan rindu. Perasaan ini muncul berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang. Hubungan yang awalnya penuh kasih sayang bisa berubah menjadi kebencian jika ada perkataan yang menyakiti hati. Oleh karena itu, menjaga lisan berarti juga menjaga hati agar tetap bersih dan penuh kebaikan.

Lisan mencerminkan hati seseorang. Orang yang baik adalah mereka yang perkataan dan hatinya selaras. Sebaliknya, jika perkataan tidak mencerminkan isi hati, maka ia termasuk orang yang munafik. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa ciri-ciri orang munafik adalah berkata dusta, ingkar janji, dan berkhianat saat diberi kepercayaan.

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanah, ia berkhianat.” (HR. Bukhari No. 33, Muslim No. 59)

Lisan Dan Keharmonisan Sosial

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.'" (QS. Al-Isra’: 53)

Dalam firman allah swt. tersebut memberikan pelajaran bagi kita untuk menjaga lisan. Kata-kata dapat melukai perasaan seseorang lebih dalam daripada luka fisik. Jika seseorang terluka oleh perkataan kita, rasa sakitnya bisa bertahan lebih lama dibandingkan luka akibat benda tajam, yang mungkin hanya membutuhkan beberapa hari untuk sembuh. Kata-kata kasar seperti mencaci, merendahkan, atau menghina orang lain dapat meninggalkan luka mendalam di hati mereka dan menyebabkan hubungan menjadi renggang.

Ketika seseorang merasa tersakiti oleh perkataan kita, mereka mungkin akan menjauh, kehilangan rasa hormat, dan tidak lagi peduli terhadap kita. Hal ini dapat merusak hubungan dan bahkan menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah kunci dalam membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.

Lisan merupakan bagian dari komunikasi. Jika komunikasi kita baik, maka hubungan kita dengan orang lain pun akan baik. Orang yang mampu menjaga lisannya akan disenangi oleh banyak orang, merasa nyaman saat berbicara dengannya, dan mudah menjalin persaudaraan serta pertemanan baru. Salah satu faktor keberhasilan dalam hidup adalah kemampuan berkomunikasi, dan orang yang pandai berkomunikasi adalah mereka yang mampu menjaga lisannya dengan baik.

Lisan dan Akhlak Mulia

"Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar (qawlan sadida). Niscaya Allah memperbaiki amal-amal kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Dalam Islam, menjaga lisan merupakan bagian dari akhlak yang mulia. Akhlak mulia adalah segala perbuatan yang didasarkan pada ketentuan yang diridhai oleh Allah SWT. Oleh karena itu, setiap perbuatan, termasuk dalam berbicara, seharusnya mengikuti ajaran agama.

Jika kita telah menyakiti hati seseorang dengan perkataan kita, maka kita wajib meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Namun, luka di hati sering kali sulit sembuh dan membutuhkan waktu lama untuk dilupakan.

Orang-orang yang memiliki hati mulia tidak akan terpengaruh oleh cacian. Mereka menjadikan hinaan sebagai ladang pahala dan tetap tenang menghadapi cercaan. Contohnya adalah para nabi, rasul, sahabat, tabiin, ulama, dan wali yang tetap bersabar meskipun dihina dan difitnah. Bagi mereka, yang paling ditakutkan bukanlah cacian manusia, tetapi jika Allah menjauh dari mereka akibat akhlak yang buruk.

Menghindari Dendam dan Kebencian

Menjaga lisan juga berarti menghindari dendam dan kebencian terhadap orang lain. Dalam Islam, tidak ada konsep dendam karena dendam hanya memperburuk keadaan dan merusak hati. Kebencian hanya akan menguras energi dan membuat kita terus memikirkan kesalahan orang lain, mencari celah untuk menyerang mereka, serta bergosip. Semua ini tidak mendatangkan manfaat, justru hanya akan menambah dosa.

"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)

Sebaliknya, menebarkan kasih sayang kepada sesama akan mendatangkan banyak kebaikan. Selain mendapatkan pahala, kita juga bisa menambah saudara, sahabat, dan rezeki. Menjalin silaturahmi akan membawa keberkahan dan membuat kita lebih sehat lahir dan batin.

Menjaga Lisan di Bulan Ramadhan 

Di bulan Ramadan, menjaga lisan menjadi lebih penting. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan yang buruk. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lapar dan haus karena mereka tidak menjaga lisannya. Sesuai dengan Hadis Rasulullah saw ; "Ada orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga. Dan ada orang yang shalat malam, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang." (HR. Ibnu Majah no. 1690, Ahmad no. 8693)

Lisan yang tidak terjaga dapat menghilangkan pahala ibadah yang telah kita lakukan. Seperti api yang membakar kayu hingga menjadi abu, demikian pula keburukan lisan dapat menghapus pahala dari salat, doa, zikir, membaca Al-Qur’an, sedekah, puasa, dan ibadah lainnya. Jika kita rajin beribadah tetapi masih gemar mencaci, menghina, atau membicarakan keburukan orang lain, maka ibadah kita bisa menjadi sia-sia. Dalam hal ini Imam al-Ghazali menjelaskan “bahwa salah satu penyebabnya adalah karena lisan mereka digunakan untuk ghibah (menggunjing), dusta, atau perkataan yang sia-sia, sehingga amal ibadah mereka menjadi sia-sia”(kitab: Ihya’ Ulum al-Din). Ini menunjukkan bahwa ada masalah dalam hati kita, sehingga perlu dilakukan introspeksi diri.

Tidak hanya menjaga lisan namun juga beriringan dengan menjaga emosi juga, ini penting agar kita tidak mudah terpancing untuk berkata kasar. Saat seseorang dikuasai emosi, ia cenderung kehilangan kendali atas lisannya dan tanpa sadar dapat menyakiti perasaan orang lain.

Kesimpulan

Menjaga lisan adalah kunci dalam membangun hubungan yang harmonis, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam agama. Perkataan yang baik akan membuat orang lain nyaman dan mempererat hubungan persaudaraan. Sebaliknya, perkataan yang buruk dapat melukai hati orang lain dan merusak hubungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga lisan, menghindari perkataan buruk, serta menebarkan kebaikan kepada sesama.

*Dosen STIT Syekh Burhanuddin Pariaman 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.