Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Doa di Penghujung Ramadan Penulis: Ririe Aiko

#30Harimenulispuisiesai

Puisiesai 30 - TAMAT

(Puisi esai ini difiksikan dari realitas veteran yang dahulu memperjuangkan kemerdekaan, namun di usia senja menyaksikan negeri yang diperjuangkannya terperosok dalam jurang korupsi, ketidakadilan, dan pengkhianatan terhadap cita-cita bangsa.)

"Aku pernah berdiri di garis maut, demi merah putih yang kupeluk sepenuh hati, tapi kini, di usiaku yang renta, aku bertanya, untuk siapa lagi negeri ini diperjuangkan? Apakah hanya untuk kemerdekaan mereka yang meraup kekayaan negeri untuk diri sendiri?"

Di sudut musala yang sepi, seorang kakek bersimpuh, Tangannya gemetar memegang tasbih kayu, Keriput di wajahnya adalah peta luka, Kenangan perang yang merayap di ingatannya.

Dulu, di hutan belantara ia bertaruh nyawa, Melawan serdadu yang menjajah bumi pertiwi, Bahkan luka tembak di dadanya menjadi saksi, Bahwa kemerdekaan tak pernah datang cuma-cuma.

Kini, di usia sembilan puluh lima, Ia menatap negeri yang diperjuangkannya, "Apakah ini tanah yang dulu kami rebut?" bisiknya lirih, ketika mendengar korupsi menari di istana (1).

Dari jendela reyot rumahnya, ia menyaksikan anak-anak lapar di gang sempit, sementara mereka yang berkuasa, membagi-bagi kekayaan di meja emas berkilat (2).

"Ya Allah, di penghujung Ramadan ini, kumohon, jangan biarkan negeri ini hancur oleh keserakahan. Aku tak takut mati, tapi aku takut, Perjuangan kami menjadi sia-sia," desisnya lirih.

Ia ingat bagaimana sahabatnya gugur di medan juang. Nama-nama mereka tertulis di batu nisan. Namun pengorbanan mereka kini dilupakan. Oleh generasi yang lebih mencintai tahta daripada bangsa.

Di layar kaca yang berdebu, berita saling sikut dan politik kotor memekakkan telinga. Sementara di luar sana, petani kehilangan tanah. Nelayan terjepit di laut yang di kapling investor (3).

"Apakah ini janji kemerdekaan?" Matanya memerah, menahan nyeri, ketika melihat pemuda-pemuda kehilangan harapan, pergi meninggalkan negeri yang tak memberi masa depan (4).

Di setiap sujud terakhir Ramadan, Ia berdoa dalam hening yang dalam, "Ya Allah, jika aku sudah tak ada, Izinkan negeri ini kembali pada keadilan Pancasila."

Air matanya jatuh di selembar sajadah usang. Mengingat hari-hari di mana ia rela mati, namun kini di hari yang fitri, ia hanya ingin, Negeri ini kembali pada cita-cita bangsa yang suci.

Dan di ujung malam yang dingin, Ia tetap berdoa, Agar merah putih tetap berkibar tinggi, tanpa ternoda oleh kerakusan manusia.

---ooo---

CATATAN:

(1) "Kasus-kasus korupsi besar 2025 yang menghebohkan publik" https://www.tempo.co/hukum/korupsi-2025-heboh-1218482 

(2) "Ketimpangan ekonomi makin tajam: rakyat miskin bertambah" https://www.kompas.com/ekonomi/2025/03/18/kesenjangan-ekonomi-meningkat 

(3) "Krisis lahan petani dan nelayan terpinggirkan demi investasi" https://www.bbc.com/indonesia/articles/krisis-lahan-2025 

(4) "Fenomena brain drain: anak muda Indonesia pindah ke luar negeri" https://www.cna.id/lifestyle/brain-drain-wni-2025

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies