Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Antrean Keprihatinan Penulis: Ririe Aiko

Emak melangkah mantap ke pasar pagi ini. Niatnya jelas: membeli bahan untuk buka puasa. Di kepalanya sudah tersusun rencana matang, cabe merah, tahu, tempe, sedikit ayam kalau harganya bersahabat. Namun, seperti biasa, perjalanan emak-emak tak selalu lurus seperti garis kasir minimarket.

Di tengah jalan, matanya menangkap kerumunan besar. Antrean panjang melingkar, orang-orang berdiri berjam-jam dengan wajah penuh harap. Insting emak-emak langsung bekerja: pasti ada sesuatu yang dibagi gratis. Mungkin sembako, mungkin bantuan sosial, atau mungkin ada orang yang baru kena musibah sehingga warga +62 antusias buat jadi youtuber dadakan?

Tapi sepertinya bukan itu yang sedang terjadi, antrean ini lebih miris lagi. Barisan itu terdiri dari orang-orang yang baru saja kehilangan pekerjaannya. Wajah letih dengan sisa harapan mulai mengantre dari jam 4 subuh, mereka berebut duluan untuk kuota pencairan BPJS ketenagakerjaan.

Emak tercenung. Begitu banyak orang berdiri di sini, semua korban pemutusan kerja yang datang tiba-tiba seperti hujan di musim kemarau. Ironis, di saat negara sibuk menggelontorkan program makan gratis untuk anak-anak, para bapak mereka justru kehilangan pekerjaan di saat yang bersamaan. 

Sementara usia mereka sudah mulai mencapai senja, mungkinkah masih ada perusahaan yang mau menampung tubuh yang mulai renta? Ketika harga kebutuhan hidup semakin melejit, satu-satunya sumber penghasilan pun direbut paksa oleh kebijakan perusahaan dengan dalih pailit.

Tapi syukurlah setidaknya para bapak bisa tenang, karena anaknya mendapatkan jatah makan di sekolah, meskipun bapaknya harus berjuang dari awal lagi untuk memastikan anak-anak bisa tetap sekolah. Setidaknya jika mereka lapar di rumah, mereka bisa menunggu jatah nasi bagian dari program pemerintah. 

Emak pun menarik napas panjang, lalu melangkah pergi. Pasar tetap menjadi tujuan, tapi kini pikirannya penuh dengan kenyataan pahit yang tak ada di daftar belanjanya. Sore nanti, saat menyiapkan hidangan berbuka, ia tahu ada satu bahan tambahan yang tak bisa dibeli di pasar, keprihatinan yang semakin menyesakkan dada.

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.