![]() |
Bersama teman teman FISIP UI alumni 82, Rabu 19 Februari 2025 saya mengitari kebun Binatang Ragunan. Ini adalah ritual ruitn tiap rabu, menyehatkan badan sambil menyaksikan aneka binatang dan keindahan alam. Di sudut danau yang tenang, kami menemukan lapangan catur mini, lengkap dengan pasukan hitam-putih: raja yang angkuh, menteri yang licin, kuda yang melompat-lompat, dan pion-pion yang sabar menanti giliran. Tak biasa memang, menemukan catur di kebun binatang. Kamipun berhenti dan menghabiskan banyak waktu foto foto.
Setelah foto-foto yang heboh, kami pun terlibat dalam diskusi tentang makna bermain catur sambil menghitung perjalanan kalah dan menang dalam hidup. Sepanjang perjalanan hidup kami yang sudah diatas 60, mengalami banyak kekalahan, tetapi juga banyak kemenangan dalam hidup. Ada cita-cita yang kandas di tengah jalan, tetapi ada pula pencapaian yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Begitulah hidup, selalu ada kalah dan menang, selalu ada strategi yang harus disusun ulang.
Orang bilang, hidup adalah permainan catur. Tiap keputusan yang diambil, sekecil apa pun, menentukan arah perjalanan ke depan. Satu langkah pion bisa membuka peluang kemenangan, atau justru jebakan yang tak terduga. Begitu juga dengan hidup: keputusan kecil hari ini bisa menjadi perbedaan antara kejayaan atau penyesalan di masa depan. Karena itu, berpikir ke depan dan membaca situasi adalah kunci, baik dalam permainan maupun dalam kehidupan.
Sejarah mencatat banyak pemain catur dalam kehidupan yang bertaruh dengan nasibnya. Karl Marx, misalnya. Semasa hidupnya, ia tenggelam dalam kemiskinan dan ditertawakan oleh para penguasa. Namun setelah wafat, pikirannya justru membentuk fondasi politik dunia yang mengubah nasib jutaan orang. Van Gogh pun serupa: tangannya terus melukis meski dompetnya kosong, dan baru setelah ia pergi, dunia mengakui keindahan warna-warna depresinya. Hidup mereka seperti permainan panjang, di mana kemenangan datang terlambat, tetapi tetap abadi.
Magnus Carlsen, juara dunia catur, pernah berkata bahwa dalam permainan catur, kesalahan kecil bisa menentukan segalanya. Tetapi ia juga tahu bahwa permainan tak selesai dalam satu langkah. Begitu pula hidup. Setiap orang harus terus berjuang, melakukan langkah-langkah kecil yang mungkin tampak remeh, tetapi bisa menentukan nasibnya di kemudian hari. Tak perlu tergesa-gesa, tak perlu terburu-buru. Seperti dalam catur, kemenangan sejati adalah soal ketekunan dan kesabaran.
Di tengah kehidupan yang bising ini, lapangan catur di Ragunan seolah mengingatkan bahwa hidup adalah arena strategi. Entah kita pion yang bergerak perlahan, atau kuda yang melompat dengan langkah tak terduga, yang penting kita terus bermain, terus melangkah. Karena dalam hidup, seperti dalam catur, siapa yang berhenti berpikir, ia sudah kalah sebelum permainan usai.
Satu hal yang harus kita lakukan adalah menerima dengan ikhlas konsekuensi dari setiap langkah yang kita ambil. Tidak semua yang kita rencanakan akan terjadi sesuai keinginan. Kadang, kita harus merelakan bidak terbaik kita tergugurkan demi permainan yang lebih besar. Jika takdir mengarahkan kita ke jalur yang berbeda, kita harus menerimanya dengan hati lapang. Yang penting, kita tetap melangkah dan memainkan permainan hidup dengan penuh keyakinan.
Setelah tiga jam mengitari Ragunan dengan jarak tempuh tujuh kilometer, jam sepuluh pagi akhirnya kami meninggalkan kebun binatang yang rimbun itu. Namun, kami tidak hanya membawa lelah, tetapi juga bekal pemikiran. Pepohonan yang menaungi, satwa yang bergerak dalam ritmenya, serta keseimbangan alam yang terjaga memberi banyak inspirasi. Seperti dalam catur, hidup juga tentang mengatur langkah, membaca situasi, dan mengambil keputusan dengan penuh kesadaran. Setiap jejak yang kami tinggalkan di tanah Ragunan mengingatkan bahwa perjalanan hidup bukan sekadar tentang sampai ke tujuan, tetapi juga tentang bagaimana kita melangkah ke sana. Karena pada akhirnya, bukan hanya kemenangan yang menentukan nilai sebuah permainan, tetapi bagaimana cara kita memainkannya.
Pondok Cabe Udik 19 Februari 2025
Elza Peldi Taher