Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Gaji Miliaran Tidak Cukup, Gaji UMK Harus Cukup Penulis : Ririe Aiko

Berita mengenai gaji Direktur Utama Pertamina Patra Niaga yang mencapai Rp1,8 miliar per bulan mengundang banyak reaksi dari masyarakat. Angka ini bukan hanya fantastis, tetapi juga menimbulkan rasa penasaran: bagaimana bisa seseorang dengan gaji sebesar itu masih tergoda untuk korupsi? Dugaan korupsi senilai Rp193 triliun yang mencuat belakangan ini menambah absurditas cerita. Seakan-akan, miliaran per bulan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Menurut laporan dari Kompas.com, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga menerima gaji sebesar Rp1,8 miliar per bulan. Jumlah ini lebih dari cukup untuk hidup mewah, bahkan bagi standar kalangan elite. Lantas, mengapa korupsi masih terjadi?

Inilah yang menjadi ironi terbesar. Di saat masyarakat diminta untuk bersabar dan bersyukur dengan upah minimum yang pas-pasan, para petinggi dengan gaji miliaran justru masih tega bermain curang. Ini bukan lagi soal kebutuhan, tetapi keserakahan.

Logikanya sederhana: jika seseorang yang sudah bergaji miliaran masih juga korupsi, maka masalahnya bukan pada jumlah gaji, melainkan pada mentalitas. Keserakahan yang tidak mengenal batas membuat mereka merasa tidak pernah cukup, seberapa besar pun penghasilan yang didapatkan. Mereka tidak sekadar mencari kekayaan, tetapi kekuasaan dan pengaruh yang lebih besar.

Padahal, mereka berada di posisi yang seharusnya menjadi teladan bagi rakyat. Namun, ketika mereka yang digaji dengan angka fantastis justru terlibat korupsi, bagaimana masyarakat bisa percaya pada integritas pemimpinnya? Apakah gaji tinggi benar-benar menjamin seseorang untuk tetap jujur dan bersih dari praktik korupsi?

Fakta ini semakin menohok ketika kita melihat rakyat kecil yang harus bertahan hidup dengan upah minimum, seringkali dengan cara gali lobang tutup lobang. Mereka diminta untuk menerima nasib dan tetap bersyukur, sementara para pejabat menerima gaji selangit, yang bahkan rakyat biasa tidak pernah bisa menghitung jumlah digitnya.

Inilah kesenjangan moral yang nyata. Masalahnya bukan pada angka di slip gaji, tetapi pada hilangnya nurani dan rasa cukup. Mereka yang sudah kaya raya ternyata tidak kebal terhadap godaan kekuasaan.

Kasus ini menjadi pelajaran penting, bahwa gaji tinggi saja tidak cukup untuk menjamin integritas seseorang. Perlu ada reformasi moral dan sistem pengawasan yang lebih ketat agar praktik korupsi bisa diminimalkan, bahkan dihapuskan.

Selama kerakusan para petinggi masih menganggap kekayaan sebagai ukuran kesuksesan, selama itu pula korupsi akan terus terjadi. Dan rakyat kecil akan terus menjadi korban yang dimiskinkan oleh para petinggi yang rakus.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.