Perjalanan umroh adalah bahagian dari ibadah sunnah yang diperintahkan al-Qur'an seiring sejalan dengan perintah haji, sempurnakanlah haji dan umroh karena Allah, (QS.al-Baqarah (2):196). Ibadah umroh yang hanya wajib dilakukan satu kali bersamaan dengan musim haji, namun sunnah Nabi menganjurkan untuk dilakukan selanjutnya setelah umroh wajib. Akhir-akhir ini ibadah umroh sudah menjadi begitu populer dan dalam batas tertentu ada yang sudah menjadi gaya hidup oleh mereka yang memiliki cukup dana dan jiwa kerohanian merasa damai dan tenang dengan umroh.
Mengawali tahun 2025 ini umroh untuk menapaki jalan spiritual tengah coba dipahami melalui beberapa cara pandangan yang nuansanya berfokus pada penguatan sipritual, antara lain:
(1). Umroh melakukan dengan perjalanan fisik dan batin. Umroh bukan sekadar perjalanan ke Mekkah, tetapi perjalanan menuju kedekatan dengan Allah. Rangkaian ibadahnya—seperti tawaf, sa’i, dan tahallul—memiliki makna simbolis untuk membersihkan diri dari dosa, melembutkan hati, dan memperkuat iman. Tawaf melambangkan keberserahan total kepada Allah dengan mengitari Ka'bah sebagai pusat kehidupan. Sa’i mengingatkan pentingnya usaha dan doa, seperti perjuangan Hajar mencari air di padang pasir. Tahallul mencukur rambut sebagai simbol kerendahan hati dan kesediaan untuk berubah.
(2). Umroh bahagian dari cara menghapuskan dosa dan peningkatan ketaqwaan. Umroh diyakini sebagai penghapus dosa-dosa kecil, bahkan ada hadis yang menyatakan bahwa satu kali umroh menghapus dosa sampai umroh berikut . Hal ini memberi kesempatan bagi seseorang untuk memulai hidup baru dengan hati yang bersih dan semangat yang lebih tinggi dalam menjalankan perintah Allah.
(3). Umroh meneguhkan rasa kebersamaan dan tolong menolong sesama umat. Umroh mengajarkan kesetaraan dan persatuan umat Islam. Semua jamaah memakai pakaian ihram yang sederhana, tanpa membedakan status sosial, kekayaan, atau latar belakang. Ini menanamkan nilai-nilai persaudaraan dan kesadaran bahwa semua manusia sama di hadapan Allah.
(4). Umroh adalah memberi pengalaman mendalam tentang kehidupan akhirat. Ibadah umroh mengingatkan manusia akan kefanaan dunia. Ketika seseorang berada di depan Ka'bah atau di tempat-tempat suci lainnya, ia dihadapkan pada kesadaran bahwa hidup ini hanya sementara, dan semua yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
(5). Umroh terus memperkuat hubungan dengan Allah. Dalam suasana penuh spiritual di Tanah Suci, seseorang dapat merasakan kedekatan dengan Allah melalui doa, zikir, dan introspeksi. Keheningan dan kesakralan Mekkah membantu menjernihkan pikiran, menguatkan niat, dan memperdalam hubungan dengan Sang Pencipta. Memahami umroh sebagai perjalanan spiritual, seseorang tidak hanya menganggapnya sebagai ritual, tetapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih kedamaian batin.
MAKNA JALAN SIPRITUAL
Berdasarkan pemahaman dan kenyataan dapat dikatakan orang-orang yang sedang melakukan umroh sejatinya sedang menapaki jalan sipritual. Menapaki jalan spiritual berarti menjalani sebuah perjalanan batiniah untuk mencari makna hidup, kedamaian, dan hubungan yang lebih mendalam dengan diri sendiri, Tuhan, atau sesuatu yang dianggap sakral. Ini adalah proses introspeksi dan transformasi yang melibatkan pengembangan kesadaran, nilai-nilai moral, dan kebijaksanaan. Banyak jalan yang ditempuh untuk menapaki jalan sipritual itu, yang jelas jalan terbaik dan dijamin aman adalah jalan ibadah yang digariskan syariat.
Makna jalan sipritual tidaklah sama, dapat berbeda bagi setiap individu, tergantung pada latar belakang mereka. Dalam Islam, misalnya, jalan spiritual sering dikaitkan dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, dzikir, doa, dan akhlak yang baik. Dalam tradisi lain, seperti filsafat atau meditasi, ini bisa berarti merenungkan eksistensi diri, mengembangkan ketenangan batin, dan melepaskan diri dari hal-hal duniawi.
Pada intinya, jalan spiritual adalah upaya untuk memahami siapa kita, apa tujuan kita di dunia, dan bagaimana kita bisa hidup dengan penuh makna dan harmoni. Perjalanan ini sering kali melibatkan tantangan, refleksi mendalam, dan usaha untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi.
Dalam tasawuf, menapaki jalan spiritual sering disebut sebagai suluk atau thariqah, yang merupakan perjalanan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan hati, memperbaiki akhlak, dan mengingat Allah (dzikrullah) secara mendalam. Dalam menapaki jalan spiritual tasawuf mengajarkan:
(1). Tujuannya untuk mendekat kepada Allah. Jalan spiritual dalam tasawuf berorientasi pada ma'rifatullah (mengenal Allah) dan mencapai hubungan langsung dengan-Nya, yang disebut ihsan. Semua upaya diarahkan untuk mencapai keridhaan Allah.
(2). Pembersihan Hati (Tazkiyatun Nafs).Tasawuf menekankan pentingnya membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti kesombongan, iri hati, dan cinta dunia, serta menggantinya dengan sifat-sifat mulia seperti ikhlas, sabar, dan tawakal.
(3). Berjalan dengan Guru (Mursyid). Dalam tasawuf, perjalanan spiritual sering kali dibimbing oleh seorang mursyid atau syaikh yang berkompeten. Guru ini memberikan arahan dan melindungi murid dari kesalahan dalam menjalani suluk.
(4). Dzikir dan Kontemplasi (tafakkur). Dzikir adalah salah satu metode utama dalam tasawuf. Dzikir dilakukan untuk mengingat Allah secara terus-menerus sehingga hati menjadi tenang (qalbun salim). Selain itu, meditasi dan kontemplasi tentang kebesaran Allah juga dilakukan.
(5). Melalui Tahapan Spiritual (Maqamat dan Ahwal). Menapaki jalan spiritual dalam tasawuf melibatkan perjalanan melalui tahapan-tahapan (maqamat), seperti tobat, sabar, syukur, dan ridha. Tahapan ini adalah proses pengembangan jiwa menuju kesempurnaan.
(6). Pengorbanan dan Keikhlasan. Seorang salik (pejalan spiritual) harus bersedia melepaskan cinta duniawi dan ego untuk menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah.
(7). Keharmonisan dengan Kehidupan Dunia. Meski fokus pada aspek batiniah, tasawuf tidak mengabaikan dunia. Seorang salik diajarkan untuk hidup di dunia dengan hati yang terhubung kepada Allah, mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tasawuf memandang jalan spiritual ini sebagai perjalanan cinta (mahabbah), di mana manusia mengembara untuk menemukan dan menyatu dengan Sang Pencipta, seperti seorang pencinta yang mencari kekasihnya. Proses ini melibatkan seluruh aspek kehidupan, baik lahir maupun batin.
URGENSI MENAPAKI JALAN SIPRITUAL
Menapaki jalan spiritual dalam Islam memiliki urgensi yang besar karena menjadi sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, yaitu beribadah kepada Allah (QS. Adz-Dzariyat: 56) dan meraih kebahagiaan sejati di dunia serta akhirat. Alasan pentingnya menapaki jalan spiritual dalam Islam adalah di antaranya; (1). Untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jalan spiritual membantu seorang Muslim untuk lebih dekat kepada Allah, mengenal-Nya melalui tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), dzikir, dan amal ibadah. Kedekatan ini mendatangkan ketenangan hati (QS. Ar-Ra’d: 28): "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
(2). Penyucian Diri (Tazkiyatun Nafs). Jalan spiritual mendorong manusia untuk membersihkan diri dari sifat-sifat buruk seperti sombong, hasad, dan cinta dunia yang berlebihan, serta menggantinya dengan sifat-sifat yang diridhai Allah. Ini merupakan perintah Allah dalam Al-Qur'an,"Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu." (QS. Asy-Syams: 9).
(3). Mencapai Ihsan. Ihsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah atau setidaknya merasa diawasi oleh-Nya. Menapaki jalan spiritual melatih kesadaran ini, sehingga ibadah menjadi lebih khusyuk dan bermakna. Rasulullah SAW menjelaskan ihsan dalam hadis Jibril, "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu."
(4). Menanamkan Kesadaran Akhirat. Jalan spiritual mengingatkan manusia akan hakikat kehidupan, yaitu bahwa dunia hanya sementara, dan tujuan utama adalah meraih kebahagiaan di akhirat. Kesadaran ini menjadikan seorang Muslim lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.
(5). Mengokohkan Akhlak Mulia. Salah satu misi utama Rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak (HR. Al-Bukhari). Menapaki jalan spiritual menanamkan nilai-nilai moral dan akhlak mulia, seperti keikhlasan, sabar, tawakal, dan kasih sayang, sehingga hubungan dengan sesama manusia juga harmonis.
(6). Menguatkan Kesabaran dalam Ujian Hidup. Jalan spiritual mengajarkan tawakal kepada Allah dan kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Ini membuat seorang Muslim tidak mudah putus asa, karena yakin semua yang terjadi adalah ketetapan Allah yang terbaik (QS. Al-Baqarah: 286).
(7). Meningkatkan Amal Ibadah. Dengan hati yang bersih dan cinta kepada Allah, ibadah seorang Muslim menjadi lebih tulus dan konsisten, baik dalam bentuk ibadah ritual (seperti shalat, puasa, dan dzikir) maupun ibadah sosial (seperti sedekah dan menolong sesama).
(8). Menghidupkan Hati yang Mati. Rasulullah SAW bersabda,"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati." (HR. Al-Bukhari). Jalan spiritual menghidupkan hati yang "mati" karena kelalaian dan menjadikan seorang Muslim lebih peka terhadap nilai-nilai kebenaran.
Menapaki jalan spiritual dalam Islam adalah kebutuhan mendasar bagi setiap Muslim untuk meraih ma'rifatullah (mengenal Allah), ketenangan batin, serta kebahagiaan sejati. Jalan ini tidak hanya memperbaiki hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga dengan dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, kehidupan menjadi lebih bermakna dan terarah sesuai kehendak Allah SWT.
DALIL JALAN SIPRITUAL
Dalam Islam, banyak dalil Al-Qur'an dan hadis yang menunjukkan pentingnya menapaki jalan spiritual, yaitu mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian jiwa, ibadah, dan akhlak yang mulia. Dalil dari Al-Qur'an, perintah untuk penyucian jiwa (Tazkiyatun Nafs), "Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya."(QS. Asy-Syams: 9-10). Ayat ini menegaskan pentingnya pembersihan jiwa sebagai jalan menuju keberuntungan dan kedekatan dengan Allah.
Mengingat Allah untuk ketenangan hati,"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."(QS. Ar-Ra’d: 28). Dzikir kepada Allah adalah bagian penting dari jalan spiritual yang membawa ketenangan dan kebahagiaan batin. Beribadah dengan khusyuk (Ihsan), "Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."(QS. Thaha: 14). Shalat yang khusyuk adalah bentuk penghambaan kepada Allah yang menghubungkan hati dan pikiran manusia dengan-Nya.
Tawakal kepada Allah,"Dan bertawakallah kepada Allah jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 23). Tawakal adalah aspek spiritual yang memperkuat keimanan dan menyerahkan segala urusan kepada Allah. Mengenal Allah sebagai Tujuan Hidup, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."(QS. Adz-Dzariyat: 56). Ayat ini menunjukkan bahwa tujuan utama hidup manusia adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah.
Dalil dari Hadis tentang menapaki sipritual Ihsan sebagai tingkatan spiritual tertinggi, Rasulullah SAW bersabda, "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia melihatmu."(HR. Bukhari dan Muslim). Ihsan adalah inti dari jalan spiritual, yaitu merasa kehadiran Allah dalam setiap tindakan.
Dzikir sebagai penghidup hati," Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati." (HR. Bukhari). Dzikir adalah kunci untuk menjaga hati tetap hidup dalam kesadaran akan Allah.
Penyucian Jiwa sebagai Jalan Menuju Kebaikan, Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk tubuh kalian atau rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian."(HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa kebersihan hati adalah prioritas utama dalam perjalanan spiritual.
Kedekatan dengan Allah melalui Dzikir, Rasulullah SAW bersabda, "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia mengingat-Ku."(HR. Bukhari dan Muslim). Allah dekat dengan hamba-Nya yang mengingat-Nya, baik melalui dzikir, doa, maupun ibadah lainnya. Menghadirkan Ketakwaan dalam Kehidupan,"Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada."(HR. Tirmidzi). Takwa adalah hasil dari perjalanan spiritual yang menjadikan seorang Muslim sadar akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Konklusinya bahwa umroh sebagai wasilah dalam menapaki jalan spiritual adalah bagian integral dari ajaran Islam. Proses ini melibatkan ibadah, dzikir, penyucian jiwa, dan pengembangan akhlak mulia untuk meraih kedekatan dengan Allah, kebahagiaan batin, dan keselamatan di akhirat. Semoga umroh kami diterima (maqbul) sehingga dapat menghapuskan dosa dan jalan sipritual terbentang lurus. DS. Amin. @ddresadyadhotel05012025.
*Catatan Umroh 04-15 Januari 2025