Dalam kehidupan sehari-hari istilah transaksi dipahami perniagaan, perdagangan atau jual beli. Penggunaan kata transaksi hati dengan ilahi dimaksudkan menjelaskan ada ketergantungan manusia dengan Allah.
Konsep transaksi dengan Allah adalah manifestasi dari hubungan hamba dengan Tuhannya yang dilandasi iman, amal, dan pengharapan akan rahmat dan ganjaran-Nya. Esensinya adalah pengabdian tulus dan kesadaran bahwa semua yang kita lakukan akan kembali kepada kita dengan balasan dari Allah yang melampaui apa yang kita berikan.
Konsep transaksi dalam hubungan manusia dengan Allah adalah kesadaran bahwa setiap amal dan niat yang dilakukan manusia memiliki nilai dan konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat. Transaksi ini bukanlah hubungan material, melainkan hubungan spiritual yang melibatkan keikhlasan, pengabdian, dan pengharapan kepada Allah.
Poin utama esensi transaksi diantaranya:
1. Keyakinan sebagai Landasan. Transaksi ini didasari oleh keimanan bahwa Allah adalah pemberi balasan yang Maha Adil. Segala amal yang dilakukan, baik besar maupun kecil, akan dicatat dan diberi ganjaran. "Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)." (QS. Az-Zalzalah: 7)
2. Keikhlasan dalam Beramal. Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata untuk-Nya. Amal yang tidak dilandasi keikhlasan dianggap sia-sia dalam "transaksi" ini. "Padahal mereka hanya diperintahkan untuk menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (QS. Al-Bayyinah: 5)
3. Balasan Lebih dari yang Diberikan. Dalam transaksi dengan Allah, apa yang "diberikan" manusia (amal, harta, atau waktu) akan dibalas dengan ganjaran yang jauh lebih besar, baik di dunia maupun di akhirat. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir ada seratus biji." (QS. Al-Baqarah: 261)
4. Keuntungan Akhirat Tujuan Utama. Transaksi ini mengarahkan manusia untuk memprioritaskan kehidupan akhirat dibandingkan kehidupan dunia. Dunia hanya tempat untuk "berbisnis" dengan Allah, sementara keuntungan sejati ada di akhirat. "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia." (QS. Al-Qashash: 77)
5. Kebebasan Manusia Memilih. Allah memberikan manusia kebebasan untuk melakukan transaksi ini atau tidak. Namun, Dia juga memberikan peringatan tentang konsekuensi dari pilihan tersebut.
"Barang siapa menghendaki, maka hendaklah ia beriman, dan barang siapa menghendaki, maka hendaklah ia kafir." (QS. Al-Kahf: 29)
BERTRANSAKSI DENGAN ALLAH
Bertransaksi dengan Allah adalah tentang mengoptimalkan amal, niat, dan waktu yang dimiliki untuk mendapatkan balasan terbaik dari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Ada beberapa strategi efektif untuk meraih keuntungan maksimal:
1. Keikhlasan Niat.
Setiap amal harus dilakukan dengan niat tulus karena Allah semata. Keikhlasan adalah syarat utama agar amal diterima.
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari & Muslim)
Strategi diawali dengan melatih diri untuk mengingat Allah sebelum memulai setiap aktivitas. Hindari riya’ (pamer) dalam amal dan fokus pada ridha Allah.
2. Prioritaskan Amal Wajib.
Amal wajib, seperti shalat, zakat, dan puasa, adalah pondasi utama yang harus dijaga karena merupakan "transaksi" yang paling dicintai Allah. “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Bukhari)
Strateginya dengan meningkatkan kualitas dan kekhusyukan shalat. Bayar zakat tepat waktu dan pelajari hukum-hukumnya.
3. Perbanyak Amal Sunnah.
Amal sunnah menjadi "bonus transaksi" yang dapat melipatgandakan keuntungan. “Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Strateginya dengan melakukan shalat sunnah seperti Tahajud, Dhuha, dan Rawatib. Membiasakan puasa sunnah, seperti Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh.
4. Sedekah dengan Keyakinan. Sedekah di jalan Allah dijanjikan balasan yang berlipat ganda. “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Strateginya dengan menyisihkan sebagian penghasilan untuk sedekah harian. Cari peluang untuk membantu orang lain secara rutin.
5. Manfaatkan Waktu Mustajab untuk Doa dan Amal. Ada waktu-waktu tertentu di mana amal dan doa lebih bernilai, seperti sepertiga malam terakhir, waktu antara azan dan iqamah, dan hari Jumat.
Strateginya dengan bangun di waktu sahur untuk berdoa dan shalat Tahajud. Biasakan membaca Al-Qur'an setelah Subuh atau Maghrib.
6. Berjihad dengan Harta dan Jiwa. Berjuang di jalan Allah, baik dengan ilmu, tenaga, maupun harta, adalah amal besar yang dijanjikan surga. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 111)
Strateginya adalah terlibat dalam dakwah dan kegiatan sosial keagamaan. Jadilah pendukung aktif untuk proyek-proyek kebaikan.
7. Istiqamah dalam Kebaikan. Allah mencintai amal yang dilakukan secara konsisten, meskipun sedikit.
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit." (HR. Bukhari & Muslim)
Strateginya dengan menetapkan target harian, seperti membaca Al-Qur'an beberapa ayat atau bersedekah kecil. Evaluasi amal secara berkala untuk menjaga kontinuitas.
8. Husnuzhan (Berprasangka Baik kepada Allah). Yakinlah bahwa Allah akan memberikan balasan terbaik untuk setiap amal yang dilakukan. "Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku." (HR. Bukhari & Muslim)
Strateginya dengan meningkatkan doa dan pengharapan kepada Allah. Bersabar dan bersyukur dalam menghadapi ujian kehidupan.
9. Berteman dengan Orang Saleh. Lingkungan yang baik akan mendorong kita untuk beramal lebih banyak. "Seseorang akan mengikuti agama teman dekatnya." (HR. Abu Dawud)
Strateginya bergabung dengan komunitas pengajian atau kajian Islam. Hindari pergaulan yang dapat menjauhkan dari Allah.
10. Evaluasi dan Muhasabah Diri.
Rutin melakukan introspeksi agar amal yang dilakukan sesuai dengan syariat.
"Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab." (Umar bin Khattab r.a.)
Strateginya buat jurnal amal untuk mencatat apa yang sudah dilakukan.
Perbaiki niat dan amal jika ditemukan kekurangan.
Dengan strategi ini, keuntungan dari "transaksi dengan Allah" akan maksimal, baik berupa ketenangan jiwa di dunia maupun balasan besar di akhirat.
Bertransaksi dengan Allah sifatnya pasti, sedangkan jual beli dengan manusia relatif dan saling ago ma ago, semoga jual beli dengan Allah menggeser selera transaksi duniawi. Amin.@zamzamtower#bakda ashar08012025.
*Catatan kesepuluh