Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

SAFAR ILAHI Oleh: Duski Samad

Safar Ilahi adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan perjalanan spiritual (safar) menuju Allah. Umroh dipandang bukan sekadar perjalanan fisik ke Tanah Suci, tetapi lebih sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah secara spiritual dan mendalam. Maknanya melibatkan niat suci ikhlas hanya untuk Allah, menjadikannya sebagai bentuk pengabdian penuh kepada-Nya.

Safar ilahi adalah perjalanan hati dan jiwa untuk introspeksi, taubat, dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. Tanda ketaatan dengan meninggalkan kenyamanan duniawi untuk beribadah, umroh menjadi simbol pengorbanan, ketaatan, dan kecintaan kepada Allah. Meninggalkan dunia untuk akhirat, menandakan kesiapan seseorang untuk meninggalkan dunia, fokus pada Allah, dan menyadari tujuan akhir kehidupan.

Safar ilahi mengajak jamaah untuk merasakan umroh sebagai pengalaman spiritual yang mendalam, bukan hanya rutinitas ibadah. Safar ini menuntut jiwa untuk menggapai ridha Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan penuh ketulusan. Tokoh sufi paling berpengaruh tentang perjalanan jiwa dan hati di antaranya adalah Ibnu Arabi. 

PANDANGAN MUHYIDDIN IBN ARABI.

Ibn Arabi (1165–1240), atau lengkapnya Muhyiddin Ibn Arabi, adalah seorang tokoh besar dalam tradisi tasawuf Islam. Ia dikenal sebagai salah satu sufi paling berpengaruh dalam sejarah Islam dan dijuluki sebagai Syaikh al-Akbar (Guru Agung). Ibn Arabi lahir di Murcia, Spanyol (Andalusia), dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di dunia Islam, termasuk di Mekkah, Damaskus, dan Anatolia.

Ibnu Arabi, seorang sufi besar dalam tradisi Islam, memandang ibadah seperti umroh dengan perspektif yang mendalam dan metafisik. Ibadah seperti haji dan umroh tidak hanya dimaknai secara lahiriah, tetapi juga sebagai simbol perjalanan spiritual menuju Allah dan penyatuan dengan-Nya. Ibnu Arabi memandang umroh sebagai perjalanan spiritual yang melambangkan perjalanan jiwa dari dunia material menuju Allah. Dalam pandangannya, setiap langkah dalam umroh adalah simbol dari proses penyucian jiwa dan pendekatan kepada Allah.

Makna batiniyah dari perjalanan ke Ka'bah mencerminkan perjalanan menuju "Ka'bah batin" dalam hati manusia, yaitu pusat keimanan dan kecintaan kepada Allah. Ka'bah bagi Ibnu Arabi, Ka'bah bukan hanya bangunan fisik, tetapi simbol dari "Hadirat Ilahi" atau kehadiran Allah di dunia. Menurut Ibnu Arabi, mengenakan ihram dalam umroh adalah simbol pelepasan hawa nafsu, ego, dan keterikatan duniawi. Dengan ihram, seorang Muslim melepaskan identitas duniawinya untuk mendekati Allah sebagai hamba yang sepenuhnya pasrah. Ihram mencerminkan kesetaraan manusia di hadapan Allah, sekaligus pengingat bahwa manusia adalah makhluk fana yang bergantung kepada-Nya.

Tawaf di sekitar Ka'bah menurut Ibnu Arabi melambangkan orbit jiwa di sekitar pusat eksistensi, yaitu Allah. Ia mengaitkan tawaf dengan keteraturan kosmik, di mana seluruh alam semesta bertasbih mengelilingi Allah sebagai pusat segalanya. 

Tawaf adalah simbol ketundukan total kepada kehendak Allah, sebagaimana semua makhluk tunduk kepada-Nya dalam orbit kehidupan masing-masing. Sa’i (berlari kecil antara Safa dan Marwah) bagi Ibnu Arabi adalah simbol perjuangan manusia untuk menemukan Allah dalam kehidupan ini. Safa melambangkan hati yang jernih dan murni, sedangkan Marwah melambangkan upaya manusia untuk menyucikan diri dan mendekati Allah. Ia mengajarkan bahwa usaha ini harus disertai dengan keyakinan penuh akan kasih sayang Allah.

Ibnu Arabi sering mengaitkan ibadah umroh dengan konsep mikrokosmos dan makrokosmos. Ka'bah adalah pusat makrokosmos, melambangkan titik awal penciptaan. Umroh merepresentasikan perjalanan jiwa kembali ke asalnya, yaitu Allah sebagai sumber segala sesuatu. Dalam setiap ritual umrah, manusia sebenarnya sedang menapaki jalan kembali kepada asal penciptaannya. Talbiyah "Labbaik Allahumma labbaik," Ibnu Arabi memaknainya sebagai jawaban langsung terhadap panggilan Allah dalam fitrah manusia. Talbiyah adalah pengakuan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan memenuhi panggilan-Nya dengan penuh cinta dan kerinduan.

Ibnu Arabi memandang umrah sebagai kesempatan untuk memperbarui perjanjian primordial manusia dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an (QS. Al-A'raf: 172). Ketika manusia berada di alam ruh, mereka bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Umrah adalah bentuk pengakuan ulang atas kesaksian tersebut.

Bagi Ibnu Arabi, umrah adalah lebih dari sekadar ritual fisik. Ia adalah perjalanan spiritual yang mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dan Allah. Umrah melambangkan perjalanan batin menuju penyucian jiwa dan kedekatan dengan Allah. Penyatuan dengan Ilahi setiap ritual umrah adalah simbol dari aspek-aspek penghambaan dan cinta kepada Allah. Pelepasan ego, umroh mengajarkan manusia untuk melepaskan duniawi dan mendekat kepada Allah dengan hati yang bersih.

PANDANGAN ABDUL KARIM AL JILLI.

Sufi Abdul Karim Al-Jilli, seorang sufi besar yang terkenal dengan konsepnya tentang Insan Kamil (manusia sempurna), memandang ibadah, termasuk umroh, sebagai sarana (wasilah) untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Dalam pandangan sufistik Al-Jilli, umrah bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga memiliki dimensi metafisik dan esoteris yang membantu seseorang mendekatkan diri kepada Allah dan merealisasikan Insan Kamil. Umrah sebagai perjalanan simbolik menuju kesempurnaan. Menurut Al-Jilli, perjalanan spiritual adalah bagian penting dari perjalanan menuju Insan Kamil, yang merupakan refleksi sempurna dari nama-nama dan sifat-sifat Allah. 

Umrah, sebagai ibadah yang melibatkan perjalanan ke Baitullah, melambangkan Perjalanan jiwa menuju Allah Ka'bah, sebagai pusat ibadah, melambangkan "Hadirat Ilahi," yaitu pusat spiritual tempat manusia mendekati Allah. Simbol transformasi dalam umroh, seseorang meninggalkan keduniawian untuk mendekati Allah, yang merupakan langkah menuju penyempurnaan spiritual. Al-Jilli memandang Insan Kamil sebagai seseorang yang telah menghapus ego dan keterikatan duniawi, sehingga mampu menyerap cahaya Ilahi. Dalam umrah, ihram mencerminkan pelepasan ego dan nafsu. Mengenakan ihram adalah simbol kesetaraan manusia di hadapan Allah, dan ini mencerminkan kondisi batin yang harus dicapai untuk menjadi insan yang sempurna. Persiapan spiritual Ihram melambangkan kesiapan untuk memasuki kondisi kesadaran yang lebih tinggi, yaitu kesadaran akan Allah.

Tawaf sebagai simbol orbit kehidupan Insan Kamil. Al-Jilli menekankan bahwa Insan Kamil adalah pusat kosmik yang mengorbit Allah sebagaimana makhluk lainnya. Dalam ritual tawaf, manusia mengelilingi Ka'bah, yang mencerminkan. Kesadaran kosmis bahwa Tawaf adalah simbol harmoni antara manusia dengan alam semesta, yang semuanya tunduk kepada Allah. Ketundukan total kepada Allah bahwa Insan Kamil adalah seseorang yang hidup sepenuhnya dalam kehendak Allah, sebagaimana seorang hamba yang mengelilingi Ka'bah sebagai simbol pusat kehidupan.

Sa’i sebagai perjuangan menuju kesempurnaan. Berlarinya jamaah umrah antara Safa dan Marwah melambangkan usaha dan perjuangan manusia untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Dalam pandangan Al-Jilli. Insan Kamil tidak lepas dari usaha (ikhtiar). Sa’i mencerminkan bahwa perjalanan menuju kesempurnaan membutuhkan upaya yang terus-menerus untuk menyucikan diri. Safa dan Marwah sebagai simbol dualitas. Insan Kamil melampaui dualitas duniawi (baik-buruk, materi-spiritual) dan menyatukan keduanya dalam harmoni Ilahi.

Ka'bah sebagai Simbol hati Insan Kamil. Al-Jilli sering menghubungkan konsep Ka'bah dengan qalb (hati manusia), yang merupakan pusat spiritual manusia. Dalam konteks Insan Kamil Ka'bah eksternal adalah refleksi Ka'bah internal (qalb). Umroh mengajarkan seseorang untuk memurnikan hatinya, sehingga menjadi wadah bagi cahaya Ilahi. Hati Insan Kamil sebagai Ka'bah spiritual. Hati manusia sempurna adalah tempat Allah "bersemayam" secara metaforis, sebagaimana Ka'bah adalah rumah Allah secara simbolik.

Talbiyah sebagai Manifestasi Tauhid Murni. Talbiyah dalam umrah, "Labbaik Allahumma labbaik," adalah pernyataan tauhid dan penghambaan total kepada Allah. Dalam pandangan Al-Jilli. Insan Kamil adalah refleksi tauhid. Dalam setiap ucapan talbiyah, seorang hamba menyatakan keterpautannya dengan Allah, yang menjadi inti dari realisasi Insan Kamil.

Talbiyah adalah pengakuan atas kehendak Ilahi. Insan Kamil hidup sepenuhnya dalam kehendak Allah, tanpa kehendak pribadi. Umroh sebagai penyucian untuk mendekati hakikat. Menurut Al-Jilli, jalan menuju Insan Kamil melibatkan penyucian diri (tazkiyah) dari sifat-sifat negatif, seperti kesombongan, iri hati, dan cinta dunia. Umrah adalah sarana penyucian jiwa. Setiap langkah dalam umrah (ihram, tawaf, sa’i, dan lainnya) melambangkan tahapan penyucian diri untuk mendekati AAllah. Merenungkan kebesaran Allah dan kedekatan-Nya.

Bagi Abdul Karim Al-Jilli, umrah adalah wasilah (sarana) penting dalam perjalanan menuju Insan Kamil, yaitu manusia yang menjadi cermin sempurna dari nama-nama dan sifat-sifat Allah. Melalui ritual-ritual umrah, seorang Muslim belajar untuk: (1). Melepaskan ego dan duniawi melalui ihram.(2). Mengorbit Allah sebagai pusat kehidupan melalui tawaf.(3)Berjuang untuk mendekati Allah melalui sa’i. (4). Menyucikan hati untuk menerima cahaya Ilahi.Menjalani umrah secara lahiriah dan batiniah, seorang Muslim dapat mendekati hakikat Insan Kamil, yaitu menjadi hamba Allah yang sempurna dalam pengabdian dan cinta kepada-Nya.

PENJIWAAN UMROH UNTUK MENDEKATI-NYA.

Dalam Al-Qur'an dan hadis, makna penjiwaan umroh dapat dipahami sebagai perjalanan spiritual seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, kerendahan hati, dan penghambaan. 

 Al-Qur'an dalam Surah Al-Baqarah (2:196) mengingatkan: artinya..."Dan sempurnakan lah ibadah haji dan umrah karena Allah..." yat ini menekankan bahwa ibadah umrah harus dilakukan semata-mata untuk Allah, dengan niat yang ikhlas dan penuh pengabdian. Surah Al-Baqarah (2:125) menegaskan; artinya"...Dan sucikanlah rumah-Ku (Ka'bah) untuk orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku', dan yang sujud." Ayat ini menggambarkan bahwa ibadah di sekitar Ka'bah, termasuk umrah, adalah momen untuk mensucikan hati, beribadah, dan mengingat kebesaran Allah.

Dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan artinya..."Antara satu umrah dengan umrah berikutnya adalah penghapus dosa-dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasan kecuali surga."(HR. Bukhari dan Muslim). 

Hadis ini menekankan bahwa umrah bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan memperbarui hubungan dengan Allah. Hadis Riwayat Tirmidzi menjelaskan "Para jamaah haji dan umrah adalah tamu-tamu Allah. Jika mereka berdoa kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkannya. Dan jika mereka memohon ampun, maka Dia akan mengampuni mereka."(HR. Tirmidzi, no. 2536). Hadis ini menunjukkan bahwa ibadah umrah adalah momen istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah, merasakan kehadiran-Nya, dan memohon ampunan.

Dari ayat dan hadis di atas dapat dimengerti bahwa perlu pendalaman makna dan penjiwaan ibadah umrah. Keikhlasan. Niat umrah harus didasarkan pada ikhlas hanya untuk mencari ridha Allah. Kehambaan. Umrah mengingatkan manusia tentang kedudukan mereka sebagai hamba Allah yang lemah dan memerlukan-Nya. Tazkiyah (Penyucian Jiwa): Umrah adalah momen untuk introspeksi, meninggalkan dosa-dosa, dan memperbaiki diri. Kebersamaan dengan Allah: Umrah adalah pengalaman spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merasakan kasih sayang-Nya.

Lebih dalam ulama sufi, misalnya dalam kitab ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Al Ghazali pembahasan makna dan penjiwaan ibadah umroh begitu mendalam. Menggali pemahaman tentang ibadah umroh sebagai pengalaman spiritual yang mendalam, bukan sekadar ritual, melainkan bentuk pendekatan diri kepada Allah dan penyucian jiwa. Makna spiritualitas dalam umroh sangat dalam dan bersifat pribadi bagi setiap individu. Umroh adalah salah satu bentuk ibadah yang mendekatkan seorang Muslim kepada Allah SWT melalui serangkaian ritual di tempat suci. 

Umroh memberikan kesempatan untuk merasakan kehadiran Allah secara langsung di Baitullah. Saat berada di Masjidil Haram dan Ka'bah, seorang Muslim sering merasakan kedamaian hati dan kebesaran Allah.Melalui ibadah seperti tawaf, sa’i, dan tahallul, umroh menjadi momen untuk membersihkan diri dari dosa dan memperbaharui komitmen kepada Allah. 

Ritual ini mengajarkan pentingnya pertobatan dan permohonan ampun. Dalam umroh, jamaah mengenakan pakaian ihram, yang melambangkan kesetaraan manusia di hadapan Allah. Ini mengajarkan tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan meninggalkan kesombongan duniawi.

Di Tanah Suci, banyak jamaah yang merenungkan hidupnya, tujuan penciptaan, dan bagaimana meningkatkan kualitas ibadah serta akhlak. Tempat ini menginspirasi perubahan menuju kebaikan. Umroh adalah perjalanan yang membutuhkan usaha fisik, finansial, dan mental. Melalui perjalanan ini, banyak orang merasa lebih bersyukur atas nikmat hidup dan kemampuan untuk menyelesaikan ibadah.

Umroh memperlihatkan persatuan umat Islam dari berbagai bangsa dan latar belakang, semua menyembah Allah dalam kesatuan hati dan tujuan. Hal ini menguatkan rasa ukhuwah Islamiyah. Selama umrah, jamaah memiliki waktu untuk merenung dan melakukan introspeksi. Ini adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki niat. 

Dalam pelaksanaan umrah, semua jamaah mengenakan pakaian ihram yang sama, yang mencerminkan kesetaraan di hadapan Allah. Ini mengingatkan kita bahwa semua manusia adalah sama, tanpa memandang status sosial atau ekonomi. Suasana dan kehadiran ribuan jamaah lainnya menciptakan rasa kebersamaan dan kekuatan iman. Umrah adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan memohon kepada Allah. Banyak orang merasa bahwa doa mereka lebih didengar saat berada di tempat suci. 

Melaksanakan umrah adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan pengabdian kepada agama. Ini menunjukkan komitmen seseorang untuk menjalani ajaran Islam. Secara keseluruhan, spiritualitas umrah adalah tentang pencarian makna, kedamaian, dan hubungan yang lebih dalam dengan Allah. Setiap individu mungkin merasakan pengalaman yang berbeda, tetapi inti dari ibadah ini adalah untuk meningkatkan kualitas spiritual dan memperkuat iman.

PENGARUH UMROH PERKEMBANGAN KEIMANAN.

Umroh, sebagai salah satu ibadah dalam agama Islam, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan keimanan seseorang. Peningkatan spiritual. Melaksanakan umroh memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Proses ibadah yang dilakukan, seperti tawaf dan sa'i, dapat meningkatkan rasa spiritual dan kesadaran akan kehadiran Tuhan. 

Refleksi diri. Selama umroh, banyak jamaah yang merenungkan kehidupan mereka, mengevaluasi diri, dan berusaha untuk memperbaiki diri. Ini bisa menjadi momen penting untuk memperkuat komitmen dalam menjalani ajaran agama. Pengalaman Kolektif. Umroh sering dilakukan secara berkelompok, yang memungkinkan jamaah untuk berbagi pengalaman dan memperkuat rasa persaudaraan di antara sesama Muslim. Hal ini dapat memperkuat ikatan sosial dan komunitas dalam beragama.

Peningkatan Pengetahuan Agama. Selama umroh, jamaah sering kali mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang sejarah Islam, tempat-tempat suci, dan makna dari setiap ritual yang dilakukan. Pengetahuan ini dapat memperdalam pemahaman dan keimanan. Motivasi untuk beribadah.

Pengalaman spiritual yang mendalam selama umroh sering kali memotivasi jamaah untuk lebih aktif dalam beribadah setelah kembali ke rumah. Banyak yang merasa terinspirasi untuk meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari mereka. Penghapusan Dosa. Dalam keyakinan Islam, umroh dianggap sebagai kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dosa. Keyakinan ini dapat memberikan rasa lega dan kedamaian batin, yang berkontribusi pada perkembangan keimanan.

Keterhubungan dengan Sejarah Islam. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti Ka'bah dan Masjid Nabawi dapat memperkuat rasa identitas dan keterhubungan dengan sejarah dan tradisi Islam. Umroh dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi individu dalam memperkuat keimanan dan meningkatkan kualitas spiritual mereka. Namun, pengaruh ini dapat bervariasi tergantung pada niat dan pengalaman pribadi masing-masing jamaah.

Pengaruh umroh terhadap perkembangan keimanan seseorang sering kali sangat mendalam. Beberapa dampaknya yang dapat dirasakan. Penguatan Hubungan dengan Allah SWT. Mengunjungi Baitullah menciptakan rasa kedekatan dengan Allah. Banyak orang merasakan ikatan yang lebih kuat dengan Sang Pencipta setelah menyaksikan langsung kebesaran dan kemuliaan-Nya di Tanah Suci. 

Peningkatan Kualitas Ibadah. Setelah umroh, seseorang cenderung memiliki semangat baru dalam melaksanakan ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdzikir. Pengalaman spiritual di Tanah Suci sering memotivasi jamaah untuk lebih konsisten dan khusyuk. Kesadaran akan Dosa dan Tobat. Ritual-ritual dalam umroh, seperti tawaf dan sa'i, mengingatkan akan perjalanan hidup manusia yang penuh ujian. Banyak jamaah yang merasa lebih sadar akan dosa-dosanya dan bertekad untuk memperbaiki diri.

Rasa Syukur yang Mendalam. Umroh mengajarkan arti syukur, terutama saat melihat perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah.

 Pengalaman ini sering membuat seseorang lebih menghargai nikmat hidup dan rezeki yang diberikan.Transformasi Kepribadian. Umroh dapat menjadi titik balik dalam hidup seseorang. Banyak yang kembali dari Tanah Suci dengan hati yang lebih lembut, sikap yang lebih rendah hati, dan tekad untuk memperbaiki akhlak. 

Kesadaran Akan Keterbatasan Manusia. Perjalanan umroh menunjukkan bahwa manusia sangat bergantung pada Allah. Mulai dari kesehatan, rezeki, hingga kelancaran perjalanan, semua terjadi atas kehendak-Nya. Hal ini sering kali menanamkan rasa tawakal yang lebih mendalam.

Perspektif Baru tentang Kehidupan. Umroh sering kali mengubah cara pandang seseorang terhadap dunia. Jamaah biasanya merasa lebih fokus pada akhirat, menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Pengaruh umroh ini bisa berbeda pada setiap orang, tergantung pada kesiapan hati dan niat seseorang saat menjalankan ibadah. Namun secara umum, umroh adalah pengalaman spiritual yang mampu memperdalam keimanan dan menginspirasi perubahan positif dalam hidup.

PENGARUH UMROH KESEIMBANGAN EMOSI.

Umroh memiliki pengaruh yang besar terhadap keseimbangan emosi seseorang, karena ibadah ini bukan hanya ritual fisik tetapi juga perjalanan spiritual yang mendalam. Berikut adalah beberapa pengaruh umroh terhadap keseimbangan emosi menenangkan hati dan pikiran. Berada di Tanah Suci, terutama di Masjidil Haram dan saat melihat Ka'bah, sering kali memberikan rasa damai dan ketenangan jiwa. Banyak jamaah merasa bahwa kegelisahan dan stres yang dirasakan sebelum umroh berkurang secara signifikan.

Mengajarkan Kesabaran. Ibadah umroh, seperti tawaf, sa’i, dan menunggu giliran dalam ibadah, melatih kesabaran. Situasi ini membantu seseorang lebih sabar dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Meredakan Stres dan Beban Hidup. Umroh adalah momen untuk melepaskan beban emosional. Banyak jamaah yang merasa lebih lega setelah memanjatkan doa dan menangis di hadapan Allah. Perasaan ini sering menjadi terapi emosional yang efektif. Meningkatkan Rasa Syukur. Melihat jutaan orang dari berbagai latar belakang yang datang untuk beribadah sering kali membuat seseorang lebih sadar akan nikmat yang dimiliki. Rasa syukur ini memberikan ketenangan batin dan membantu mengelola emosi negatif.

Mengurangi Amarah dan Kebencian. Umroh mengajarkan pentingnya memaafkan dan merendahkan hati.

Pengalaman spiritual ini dapat membantu seseorang mengatasi emosi seperti marah, iri hati, atau kebencian, karena fokusnya dialihkan kepada Al

*Catatan keduabelas

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies