Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Rumah Adat Upaya untuk membangun Ketahanan & Pertahanan Budaya Berkepribadian Luhur yang Bermartabat Mulia Oleh: Jacob Ereste

Program pembangunan Rumah Adat sebagai pusat aktivitas seni dan budaya masyarakat setempat yang perlu dibangun di seluruh daerah, bukan hanya dimaksud untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas seni dan budaya suku bangsa Indonesia, tapi juga untuk mengupayakan peran masyarakat, seniman dan budayawan memberi kontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.

Beragam karya seni yang dapat tampil sebagai tontonan maupun barang seni kerajinan rakyat setempat akan memberi nilai tambah, setidaknya dalam membuka peluang usaha baru dan bidang pekerjaan yang terkait dengan bidang kesenian dan kebudayaan yang cukup luas jangkauan dan liputannya. Demikian juga dengan suguhan menu makanannya yang khas -- sebagai pelengkap fasilitas yang tersedia di komplek Rumah Adat -- dapat memberi peluang keterlibatan warga masyarakat setempat memiliki peluang usaha kuliner yang khas. Termasuk buah-buahan yang dihasilkan oleh petani setempat.

Konsep Rumah Adat yabg ideal ini akan lebih diorientasikan pada upaya untuk pemberdayaan warga masyarakat setempat dengan segenap potensinya yang dapat memberi nilai tambah tidak hanya dalam kalkulasi ekonomi, tetapi lebih mengedepankan tampilnya potensi dan nilai lokal yang ada dalam masyarakat. Kecuali itu, Rumah Adat diharapkan dapat merevitalisasi Taman Budaya yang ada di berbagai daerah namun macet, nyaris tidak berfungsi untuk menjaga dan mengembangkan seni dan budaya yang ada di daerah.

Karena itu, konsep pelaksanaan dari Rumah Adat ini idealnya melibatkan masyarakat adat, keraton, seniman dan budayawan yang kompeten untuk memelihara dan mengembangkan seni dan budaya serta segenap produk lokal yang khas karena tidak terdapat di daerah lain. Nilai lebih ini, patut untuk terus dikembangkan agar dapat dilanjutkan oleh generasi berikutnya untuk membuktikan kekayaan suku bangsa Nusantara -- yang kini bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak kemerdekaan diproklamirkan -- memiliki kekayaan serta potensi seni dan budaya yang tidak terkira ragam dan corak serta jenisnya yang banyak.

Beragam karya seni kerajinan, mulai dari sulaman, renda, seni merangkai bunga, seni menjalin daun kelapa, anyaman, tenun, rajut, seni ukir, seni pahat, seni patung, seni lukis, batik, ornamen hingga pakaian khas suku bangsa setempat dapat menjadi souvenir yang membanggakan untuk dipajang serta dijual kepada pengunjung.

Demikian juga dengan beragam rupa jenis senjata yang khas dengan seni tempaan dan ukirnya yang rumit, membuat suasana ritmis dan magis yang akan pernah dijumpai di tempat lain. Lalu upacara cara adatnya yang unik, mulai dari pantun, ngedio, cangget, zikir baru, marhaban, terbangan yang terkesan sangat mistis dan religius. Bisa menyemarakkan acara pembacaan puisi yang melankolis serta heroik. Seperti seni berkisah (monolog) yang sudah ada sejak jaman para leluhur di masa lalu.

Rumah Adat menjadi sangat relevan untuk menghadapi benturan bahkan gempuran budaya asing, seperti yang telah membuat seni perfilman Indonesia tersingkir hingga ke pinggir. Seperti tradisi penerbitan buku sastra -- utamanya puisi dan roman atau novel -- kini tersungkur hingga terkesan menjadi babak belur.

Oleh karena itu, idealnya Rumah Adat dapat menghidupkan kembali tradisi menulis, aktivitas penelitian serta kajian, sehingga naskah kuno hasil peninggalan nenek moyang kita -- seperti Kitan I La Galigo sampai aksara dan bahasa daerah dapat dijadikan pelajaran dan penelitian yang menarik untuk ditampilkan dalam forum ilmiah. Misalnya tentang aksara dan bahasa Suku Batak, Lampung, Jawa dan Bugis, jelas menandai sebuah peradaban yang tinggi. Karena untuk menciptakan aksa -- atau huruf -- itu jelas dilakukan oleh mereka yang jenius, untuk kemudian menghafal dan merangkainya menjadi satu kalimat yang mampu dipahami oleh komunitas setempat.

Begitu juga seni masak memasak -- seperti makanan Padang yang khas, gudeg Yogyakarta dan Solo yang gurih hingga mampu bertahan -- tidak basi lebih dari tiga hari itu -- jelas membuktikan bahwa dalam urusan masak memasak pun suku bangsa Nusantara ini sungguh piawai dan juga bisa terbilang canggih. Bayangkan saja bahan pangan yang disebut ikan kayu dari Aceh itu bisa menjadi stok bahan pangan dalam bilangan tahun ketahanannya. Artinya, ilmu mengawetkan ikan sudah menjadi pengetahuan nenek moyang kita, hingga dapat memiliki ketahanan yang tangguh dalam seni perang gerilya untuk bertahan dihutan sebagai basis perjuangan semasa merebut hak kemerdekaan dari penjajah di negeri.

Yang pasti, inilah pekerjaan utama Kementerian Kebudayaan untuk menggairahkan kembali gairah kesenian dan kebudayaan suku bangsa Nusantara yang sangat kaya dan beragam serta memiliki potensi yang sangat dahsyat untuk dilestarikan, dikembangkan serta dimaksimalkan pemanfaatannya guna menperkukuh ketahan dan pertahanan budaya bangsa Indonesia dengan kepribadian yang luhur dan bermartabat.

Banten, 6 Januari 2025

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies