Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

RIBA: TANTANGAN TERHADAP TUHAN OLeh: Duski Samad

Topik tulisan Riba Tantangan Terhadap Tuhan muncul ketika selesai subuh hari Sabtu, 11 Januari 2025 Imam Masjidil Haram membaca surat al baqarah ayat ini

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا فَأْذَنُوْا بِحَرْبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖۚ وَاِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوْسُ اَمْوَالِكُمْۚ لَا تَظْلِمُوْنَ وَلَا تُظْلَمُوْنَ

Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan). (QS. Al-Baqarah: 279)

Ayat di atas menyentakkan hati penulis dalam dua hal, pertama perintah al Quran larangan sangat tegas, dan diikuti dengan akibat buruk yang akan menimpa mereka yang tak berhenti dari riba yakni seperti orang dikendalikan setan dan menyatakan perang terhadap Allah. Kedua pada bahagian akhir ayat itu ada prinsip bisnis dan sistim ekonomi Islam dilarang mezalimi dan dizalimi.

Riba disebut sebagai tantangan terhadap Tuhan karena dalam Islam, riba adalah melanggar prinsip keadilan dan menimbulkan eksploitasi dalam hubungan ekonomi. Al-Qur'an dengan tegas melarang praktik riba, (Al-Baqarah 275-279), yang menyatakan bahwa riba adalah dosa besar dan pelakunya seolah-olah "berperang dengan Allah dan Rasul-Nya."

Ada beberapa alasan mengapa riba dipandang sebagai tantangan terhadap Tuhan:

1. Melawan Kehendak Allah dalam Ekonomi. Allah menciptakan sistem ekonomi berbasis keadilan dan kasih sayang. Riba bertentangan dengan prinsip ini karena cenderung menguntungkan pihak yang kuat (pemberi pinjaman) dan menindas pihak yang lemah (peminjam).

2. Menghilangkan Keberkahan. Dalam Islam, harta yang diperoleh dari riba dianggap tidak berkah. Allah berfirman bahwa riba "memusnahkan keberkahan," sedangkan sedekah justru melipatgandakannya (QS. Al-Baqarah: 276).

3. Menciptakan Ketidakadilan Sosial. Sistem riba sering kali memicu kesenjangan sosial yang lebih besar, di mana orang kaya menjadi semakin kaya sementara orang miskin semakin terpuruk karena beban utang yang berat.

4. Menggantikan Hukum Allah dengan Hukum Manusia. Dalam praktik riba, manusia menetapkan aturan yang menguntungkan mereka sendiri, bertentangan dengan hukum Allah yang mengatur agar transaksi ekonomi berlangsung secara adil dan beretika.

5. Mengganggu Stabilitas Ekonomi.

Riba adalah penyebab utama ketidak-stabilan ekonomi global, seperti inflasi, krisis utang, dan resesi. Ini menunjukkan bahwa sistem berbasis riba tidak sejalan dengan harmoni yang diinginkan dalam ajaran Islam.

Riba bukan hanya pelanggaran hukum syariat, tetapi juga simbol ketidaktaatan kepada aturan Allah, yang dianggap sebagai tantangan langsung terhadap kekuasaan dan kehendak-Nya.

APA DASAR SISTIM KONOMI ISLAM MENGHARAMKAN RIBA?

Sistem ekonomi Islam mengharamkan riba karena didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari Al-Qur'an, hadis, serta ijtihad ulama.  

Larangan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah (2:275) dan Surah Al-Baqarah (2:278-279). Larangan dalam Hadis

Rasulullah ﷺ juga melarang riba dalam banyak hadis, seperti: Dari Jabir, ia berkata: "Rasulullah melaknat pemakan riba, pemberi riba, pencatatnya, dan dua saksinya." (HR. Muslim)

Hadis lain menyebutkan bahwa dosa riba sangat besar, bahkan lebih berat dari zina:

"Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang lebih berat dosanya daripada melakukan zina sebanyak 36 kali." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).

Banyak lagi ayat dan hadis yang mengharamkan Riba.

Prinsip Keadilan Ekonomi islam menekankan keadilan dan keseimbangan dalam transaksi ekonomi. Riba dianggap menzalimi pihak lain karena mengambil keuntungan tanpa usaha atau risiko.

Membebani pihak yang berutang dengan tambahan pembayaran yang seringkali memberatkan. Memicu kesenjangan sosial karena menguntungkan pihak yang memiliki modal besar.

Menghindari Eksploitasi, riba menciptakan sistem ekonomi yang eksploitatif, di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Islam mendorong transaksi berbasis kemitraan seperti mudharabah atau musyarakah, di mana risiko dan keuntungan dibagi secara adil.

Hikmah Larangan Riba. Menjaga keseimbangan ekonomi. Menghindari ketidakstabilan sistem keuangan. Mendorong kerja sama yang lebih produktif dan adil. Mengurangi potensi konflik sosial akibat ketimpangan.

Mengharamkan riba, sistem ekonomi Islam menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkah, sejalan dengan tujuan syariah (maqashid syariah) untuk menjaga harta, jiwa, dan kemaslahatan umat manusia.

MENGAPA HARAM RIBA DAN SISTIM EKONOMI ISLAM TIDAK DIIKUTI?

Ada beberapa alasan mengapa sebagian umat Islam kontemporer kurang percaya atau tidak sepenuhnya mengamalkan larangan riba dan sistem ekonomi Islam. Alasan-alasan ini berkaitan dengan faktor sosial, ekonomi, dan pemahaman keagamaan yang beragam. Beberapa penjelasan adalah sebagai.berikut: 

1. Ketergantungan pada Sistem Ekonomi Konvensional. Sebagian besar negara di dunia, termasuk yang mayoritas Muslim, telah lama mengadopsi sistem ekonomi kapitalis yang berbasis bunga (riba). Hal ini menciptakan ketergantungan struktural pada lembaga-lembaga keuangan konvensional seperti bank dan pasar modal.

Praktis dan global: Sistem ekonomi berbasis riba dianggap lebih praktis dan sudah terintegrasi dalam ekonomi global.

Kurangnya alternatif: Tidak semua umat Islam memiliki akses atau pemahaman tentang sistem keuangan Islam yang sesuai syariah.

2. Kurangnya Pemahaman tentang Larangan Riba. Banyak umat Islam yang tidak memahami secara mendalam apa itu riba dan mengapa Islam melarangnya. Beberapa alasan:

Minimnya edukasi keagamaan: Topik ekonomi Islam jarang dibahas secara mendalam dalam pendidikan formal atau kajian keagamaan. Salah persepsi: Sebagian orang menganggap bahwa bunga bank bukanlah riba yang dilarang, sehingga mereka merasa nyaman menggunakannya.

3. Pengaruh Sekularisme. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan ekonomi dan politik memengaruhi cara pandang banyak umat Islam. Mereka cenderung menganggap urusan ekonomi sebagai sesuatu yang "profesional" dan tidak terkait langsung dengan ajaran agama.

4. Tantangan dalam Implementasi Sistem Ekonomi Islam. Kurangnya dukungan kebijakan: Di banyak negara Muslim, sistem ekonomi Islam tidak diutamakan oleh pemerintah.

Keterbatasan lembaga syariah: Bank atau institusi keuangan berbasis syariah sering kali belum sepenuhnya kompetitif dibandingkan bank konvensional.

Kompleksitas ekonomi modern: Banyak umat Islam merasa sulit mengadaptasi sistem ekonomi Islam ke dalam realitas ekonomi kontemporer yang sangat kompleks.

5. Faktor Kepentingan dan Keengganan Berubah. Kenyamanan: Banyak orang terbiasa dengan sistem konvensional yang sudah berjalan, sehingga enggan untuk beralih ke sistem yang dianggap lebih sulit atau asing.

Kepentingan elit ekonomi: Sebagian besar sistem keuangan dunia dikendalikan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam mempertahankan riba sebagai sumber keuntungan.

6. Kurangnya Kesadaran Spiritualitas.

Dalam kehidupan modern, fokus pada materialisme dan kesuksesan duniawi sering kali menggeser perhatian umat dari nilai-nilai spiritual. Akibatnya, ajaran agama tentang keadilan ekonomi dan keberkahan sering diabaikan.

7. Tidak Merasa Ada Pilihan Lain

Banyak umat Islam beranggapan bahwa tidak ada alternatif nyata selain menggunakan sistem konvensional, terutama dalam kehidupan sehari-hari seperti pinjaman rumah, kendaraan, atau modal usaha.

Solusi untuk Meningkatkan Kepercayaan terhadap Ekonomi Islam. Edukasi: Meningkatkan pemahaman tentang ekonomi Islam dan larangan riba melalui pendidikan formal dan kajian agama.

Penguatan Lembaga Keuangan Syariah: Memperluas akses dan layanan lembaga keuangan syariah yang kompetitif dan inklusif.

Dukungan Pemerintah dan Ulama: Pemerintah dan ulama perlu bekerja sama untuk mendorong kebijakan dan implementasi sistem ekonomi Islam.

Meningkatkan Kesadaran Spiritual: Menghidupkan kembali nilai-nilai agama dalam kehidupan ekonomi dan mendorong umat untuk mengejar keberkahan, bukan sekadar keuntungan materi.

Langkah-langkah ini, umat Islam dapat lebih memahami pentingnya larangan riba dan manfaat sistem ekonomi Islam untuk kesejahteraan bersama.

KESIMPULAN

Sebagian umat Islam kontemporer kurang percaya atau tidak sepenuhnya mengamalkan larangan riba dan sistem ekonomi Islam karena pengaruh sistem ekonomi konvensional yang sudah mapan, kurangnya pemahaman tentang riba, pengaruh sekularisme, tantangan implementasi, serta fokus pada materialisme. Ketergantungan pada sistem berbasis bunga, persepsi bahwa bunga bank bukan riba, dan minimnya alternatif berbasis syariah turut memperburuk situasi.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan edukasi yang lebih luas tentang ekonomi Islam, penguatan lembaga keuangan syariah, dukungan kebijakan pemerintah, serta peningkatan kesadaran spiritual umat. Dengan langkah-langkah tersebut, umat Islam dapat memahami pentingnya larangan riba dan mendorong penerapan sistem ekonomi Islam demi menciptakan keadilan dan kesejahteraan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. @depan multazam11012025@umroh04-5 januari25coedova.ds

*Catatan Ketigabelas

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies