Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Perjalanan Spiritual Sri Eko Sriyanto Galgendu yang Gigih dan Tangguh Oleh: Jacob Ereste

Kesaksian perjalanan spiritual yang dilakukan Sri Eko Sriyanto Galgendu sejak 28 tahun silam, selama saya ikuti sejak tahun 2019 lalu, sudah cukup banyak catatan yang dapat dikumpulkan untuk dijadikan sebuah buku dari tiga bagian yang dapat dipilih dari satu tema yang berkaitan dengan satu tema tentang kebangkitan gerakan kesadaran serta pemahaman spiritual yang bermula dari gagasan Sinuwun Paku Buwono XII, Gus Dur, (Abdurahman Wahid), Banthe Panyaparo, Prof. Dr (HC) KH. Habib Chirzin serta Sri Eko Sriyanto sendiri yang kini menyimpan surat wasiat atau akte pendirian GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang diawali dari Solo.

Keseksian perjalanan spiritual Sri Eko Sriyanto Galgendu, setidaknya pada lima tahun terakhir ini, ada catatannya yang cukup rinci bejumpa dengan sejumlah tokoh dari berbagai agama dan kepercayaan mulai dari bihara, kelenteng, masjid, gereja dan katedral serta obyek tertentu yang bernilai sejarah dan kental muatan spiritual, mulai dari makam kuno, candi-candi hingga petilasan di seluruh pulau Jawa dan Kalimantan hingga Sulawesi.

Semua catatan itu, ditulis dengan paparan yang sederhana agar mudah dimengerti, terutama bagi pembaca media massa yang sangat beragam selera para peminatnya. Semua tulisan kesaksian ini dibuat pada rentang waktu antara tahun 2019 hingga tahun 2024 dengan perkiraan sudah lebih dari tiga ratusan judul, lantaran ditulis hampir setiap minggu dalam bentuk dua hingga tiga paparan dengan rata-rata sebanyak 2 hingga 3 halaman. Dengan kata lain, dapat diperkirakan tidak kurang dari 450 judul hingga bida terbilang sekitar 1.000 halaman polio.

Keragaman dari kisah kesaksian ini intinya adalah semacam rekam jejak gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang terus bangkit, menggeliat meski lambat tapi cukup meyakinkan bahwa Indonesia akan menjadi pelopor dan pusat gerakan kebangkitan spiritual di dunia yang sangat diperlukan menjadi pengasuh, penjaga sekaligus upaya pengembangan etika, moral dan akhlak manusia yang pudar akibat pengaruh serta gesekan budaya modern yang dibawa oleh teknologi serta pemikiran materialistis akibat dari tuntutan serta desakan kebutuhan hidup yang terdesak dalam pertarungan yang semakin berat.

Agaknya, dengan terbitnya kumpulan tulisan yang menyajikan kegigihan dalam pergumulan perjuangan sosok Sri Eko Sriyanto Galgendu dengan segala keberanian yang unik dan langka mau mengeluarkan dana yang tidak sedikit dari hasil usahanya sendiri sebagai pengusaha kuliner, patut dipuji dan dihormati. Apalagi untuk pengorbanan waktu dan dana yang tidak sedikit itu bisa diterima oleh keluarganya tanpa pernah berkeluh maupun protes, sebagaimana yang banyak dialami oleh sebagian orang.

Sang istri pun -- Dyah Sutijiningtias bersama tiga putrinya yang cantik dan cerdas yang juga memilih jalan aktivis dari sisi yang lain -- terkesan sangat mendukung apa yang dilakukan Sri Eko Sriyanto bergiat di berbagai bidang sosial, terutama yang berkaitan dengan gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang makin nyata diperlukan bagi setiap orang untuk mengimbangi hasrat dan ambisi yang terbius oleh material. Karena itu, pemahaman yang terkilir pada orientasi materialistik inilah satu diantara dari kesalahan berpikir yang perlu dibenahi dari laku spiritual yang penting serta perlu mendapat perhatian untuk diperlakukan secara seimbang. Sehingga budaya korupsi pun dapat dihentikan untuk tidak dikakukan seperti yang terlanjur marak dilakukan oleh banyak orang di negeri kita sampai hari ini. Akibatnya, budaya korupsi bukan hanya merugikan negara dan tidak cuma menambah derita bagi rakyat, tapi pemerintah sendiri menjadi bertambah pekerjaan hingga ongkos untuk mencegah serta melakukan pemberantasan. Sedangkan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi itu pun acap terjadi pula penyelewengan dan penyimpangan yang menambah beban berat bagi negara.

Itulah sebabnya dorongan dari beberapa teman untuk segera membukukan sejumlah tulisan yang berkisar pada gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang dilakukan dalam laku dan praktek hidup setta kehidupan sehari-hari oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu patut diapresiasi untuk segera dipersiapkan tahapan program penerbitannya.

Awal dari gugahan semangat untuk membukukan kumpulan tulisan tentang kesaksian perjalan spiritual ini, bisa menjadi penakar minat yang serius dari masyarakat untuk membangun keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan spiritual pada peralihan peradaban yang semakin mengawang-awang hendak menyunggi langit. Sementara artifisial intelligence telah mengambil bagian yang maha penting dalam kehidupan manusia di bumi, hingga semakin jauh terpelanting dari wilayah spiritual tersuruk dalam wilayah intelektual yang tak mungkin maksimal mampu mendekati Tuhan.

Perjalanan spiritual yang telah ditempuh 28 tahun oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu yang ditandai dengan berakhirnya puasa pala -- tiada pernah menikmati hasil yang dapat dia wujudkan selama 10 tahun terakhir -- telah dia selesaikan pada tahun 2024 lalu. Sehingga sekarang dapat konsentrasi menata usaha bisnis kuliner untuk menjadi penunjang program besar yang sangat dia harapkan dapat segera terwujud dalam waktu dekat. Program besar yang spektakuler ini pun, dia harap tidak perlu dipublikasikan, sebelum waktunya kelak sudah siap hendak dilaksanakan, tandasnya saat pertemuan rutin Senin - Kamis pekan kemarin di Sekretariat GMRI, Jl. Ir. H. Juanda No. 4 A, Jakarta Pusat.

Banten, 1 Januari 2024

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies