Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Memburu Tuban dan Gujid Oleh: Warsit MR

Ilustrasi

Sudah cukup lama warga mengancam akan menangkap Tuban dan Gujid, ingin menjebloskan ke dalam jeruji besi karena membuat resah warga. Tuban dan Gujid dikenal sebagai pencuri spesialis hasil bumi milik petani. Ketika warga lengah, terutama waktu malam hari keduanya mulai beraksi. Tetapi warga merasa kesulitan untuk menangkapnya, ia licin bagai belut. Antah jimat apa yang mereka miliki, sehingga warga mengalami kesulitan untuk menangkap basah Tuban dan Gujid. 

Belakangan diisukan kalau Tuban dan Gujid memiliki jimat kol buntet. Yaitu sebuah benda yang menyerupai keong sawah yang dipercaya memiliki tuah untuk penglarisan. Sebagian lagi ada yang mempercayai, kol buntet memiliki daya magis sebagai aji penglamunan. Sehingga bagi pemilik ajian ini dipercaya bisa menghilang dari pandangan mata orang lain.  

“Pantesan waktu dikejar di pinggiran desa dan sudah terkepung, Gujid tiba-tiba menghilang,” ujar salah seorang warga yang pernah ikut mengejar, saat terjadi pencurian di Desa Supiturang.

“Di desa kami pernah terjadi pencurian di dalam rumah, pemilik rumah yakin kalau pencurinya masih ada di dalam rumah. Ketika rumahnya dikepung oleh warga, kemudian pintu rumah dibuka, ternyata di dalam rumah sudah tidak ada pencurinya,” seloroh warga yang lain. Ia sempat mencurigai bahwa pencuri tersebut adalah Tuban atau Gujid.   

Kabar burung soal jimat dan kesaktian yang dimiliki Tuban dan Gujid terus berhembus ke beberapa desa dalam satu kelurahan. Kondisi warga makin lama makin tidak kondusif karena sering terjadi pencurian. Anehnya barang yang dicuri hanya hasil bumi saja, seperti gabah, beras, jagung, kedelai dan sejenisnya. Dan cara mencurinya pun dilakukan secara tradisional. Untuk masuk ke dalam rumah calon korbannya biasanya secara khusus pencuri membuat lubang dengan cara  menggali tanah atau menggangsir, kebanyakan rumah di desa saat itu tidak dipondasi.

Melihat situasi dan kondisi yang meresahkan warga tersebut, Bapak Basiran sebagai kepala desa Supiturang tidak tinggal diam. Dengan sigap segera mengundang seluruh Kepala Dukuh yang jumlahnya ada 12 pedukuhan. Dalam kesempatan itu kepala desa mengimbau kepada seluruh kepala dukuh agar warganya segera mengaktifkan untuk jaga malam.  Dan menyarankan, ketika  warga menangkap pencuri agar tidak main hakim sendiri.

“Bila suatu ketika nanti di antara Bapak-bapak ada yang bisa menangkap pencuri sebaiknya diserahkan kepada aparat yang berwajib. Hindari kekerasan, jangan sampai main hakim sendiri, sebab bisa menimbulkan masalah baru,” ujar kepala desa. “Kentongan titir sebagai tanda bahaya di masing-masing warga agar diaktifkan kembali. Dan jangan sekali-kali menuduh orang sebelum bisa menunjukkan buktinya,” tambah kepala desa yang didampingi oleh aparat Babinsa–Bintara Pembina Desa.

“Setiap desa yang berbatasan dengan desa lain yang selama ini belum memiliki pos kamling agar segera dibangun. Kebutuhan anggarannya nanti dipikul bersama oleh warga dan sebagian akan dibantu dari uang kas desa. Segera buat proposalnya, saya beri waktu  dua minggu proposal sudah diserahkan kepada seksi pembangunan desa,” tegas kepala desa serius. Menurut kepala desa sebagian dana untuk pembuatan pos kamling akan dianggarkan dari dana bantuan desa, yang sumbernya dari pemerintah pusat.

Masing-masing Kepala Dukuh mengumpulkan warganya untuk menyampaikan perintah dari Kepala Desa. Wargapun sepakat untuk mengaktifkan jadwal  jaga malam. Gardu-gardu penjagaan  yang sebagian sudah rusak diperbaiki kembali. Di dalam rapat warga  juga disepakati, dalam melaksanakan jaga malam agar semua Kepala Keluarga ikut terlibat aktif.  “Kecuali bagi Kepala Keluarga yang kondisi fisiknya sudah tidak mendukung,” tegas salah seorang Kepala Dukuh. 

Pada suatu malam warga yang sedang jaga malam sempat dikejutkan oleh suara teriakan, “Maling….maling…!!!” Mereka tergopoh saling mencari tahu dari mana sumber suara terikan tersebut? Setelah diketahui asal terikan itu kemudian warga berkerumun, menyusul diketahui ada warga yang rumahnya dibobol pencuri. Belakangan diketahui ada beberapa  karung beras yang telah dicuri.

Pencurian terus mengancam di beberapa desa di wilayah Keluarahan  Sapiturang. Sehingga membuat masyarakat resah. Yang membuat warga semakin geram, karena bromocorah itu juga  menggasak hasil bumi milik petani yang hidupnya susah.  

Gerakan jaga malam yang digalakkan oleh Kepala Desa Sapiturang, Babinsa bersama dengan warga masyarakat akhirnya membuahkan hasil. Tuban dan Gujid tertangkap basah ketiga sedang mencuri kambing milik warga. Entah apa yang tertera di benak Tuban dan Gujid malam itu? Biasanya yang mereka curi khusus hasil bumi, mengapa tiba-tiba mencuri ternak kambing ?

Malam itu benar-benar malam naas bagi Tuban dan Gujid, keduanya diringkus oleh warga yang sedanag jaga malam. Tetapi untuk meringkus Tuban dan Gujid ternyata bukan masalah yang mudah. Sempat terjadi saling kejar antara warga dengan pencuri, yang tak lain adalah Tuban dengan Gujid.  Kedua penmcuri itu sempat melawan, namun karena jumlah warga cukup banyak akhirnya kedua penjahat itu bisa diringkus dengan kedua tangan diikat. Dan malam itu juga keduanya digiring secara ramai-ramai untuk diserahkan kepada Kepala Desa.

Perjalanan menuju kantor kepala desa melawati perkampungan dan persawahan yang jaraknya cukup jauh. Ketika sampai di sebuah jalan pertigaan, Tuban dan Gujid hilang dari pandangan. Puluhan warga yang menggiring Tuban dan Gujit terperangah. Mereka bengong, saling pandang dan seakan tak percaya dengan situasi malam itu.

“Ke mana larinya Tuban dan Gujid, tidak ada yang tahu ?” tanya salah seorang  yang ikut dalam kerumunan.

“Saya nggak tahu.”

“Saya juga nggak tahu, tiba-tiba hilang dari pandangan,” jawab yang lainnya. Beberapa warga ada yang berinisiatif untuk melanjutkan laporan kepada kepala desa. Malam itu juga kepala desa telah menerima laporan dari warga. Mendengar laporan tersebut, kepala desa seakan tidak percaya. Meski demikian warga sudah memastikan bahwa kedua pencuri yang sempat menghilang itu bernama Tuban dan Gujid. Meski tidak dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk, warga sudah mengetahuinya.

“Ceritanya bagaimana masak dari sekian banyak orang satu pun tidak ada yang mengetahui ?” tanya kepala desa heran. Para pelapor pun tidak ada yang berani menjawab, semuanya bengong seakan tidak percaya. Namun di hadapan kepala desa semuanya memastikan bahwa Tuban dan Gujid malam itu benar-benar bisa menghilang dari pandangan mata.  Tidak lama berselang, bunyi titir kentongan saling bersahutan. Pertanda keadaan desa malam itu sedang dilanda bahaya bromocorah. 

Pagi harinya, kepala desa didampingi oleh Babinsa, Bhabinkamtibmas, beberapa kepala dukuh beserta tokoh warga mendatangi rumah Tuban dan Gujid. Kebetulan Gujid pagi itu ada di rumahnya sedang tidur. Setelah mengetok pintu rumah Gujid, rombongan Kepala Desa memasuki rumah. Tidak perlu basa-basi Kepala Desa langsung mencecar beberapa pertanyaan untuk Gujid. 

“Di mana Tuban, kakakmu, Jid?” 

“Sedang pergi Pak, sejak kemarin belum pulang,” jawab Gujid tenang.

“Kamu dan kakakmu semalam sekitar jam dua ada di mana ?” desak kepala desa.

“Kami berdua semalam ada di rumah, Pak.” Gujid tidak menyadari jawabannya ngacau. 

“Tadi kamu bilang kalau Tuban sejak kemarin belum pulang, jawab yang jujur Jid !!!” 

“Iya Pak, maksud saya semalam saya di rumah, tapi kakak saya belum pulang,” kilah Gujid.

“Semalam Tuban dan Gujid mencuri seekor kambing milik warga, ketika ditangkap warga kalian berdua menghilang.”

“Tidak Pak, kami tidak merasa mencuri kambing, Pak Lurah. Saya semalam tidur di rumah!”

“Betul Pak Lurah, orang ini yang semalam kita tangkap ramai-ramai. Kedua tangan masing-masing sudah kita ikat, kemudian kita giring untuk kita laporkan di kantor desa. Tapi ketika sampai di jalan pertigaan di kampung sebelah, mereka menghilang,” timpal salah seorang yang ikut dalam pengejaran Tuban dan Gujid. 

Dalam kesempatan itu Bhanbinkamtibmas sempat memeriksa  kamar bagian belakang rumah Tuban dan Gujid. Di ruangan itu  ditemukan puluhan karung gabah, beras, jagung dan kedelai. Diduga semua hasil bumi itu dari hasil pencurian yang dilakukan Tuban dan Gujid, mengingat mereka tidak memiliki ladang dan sawah.

Tidak perlu berfikir panjang, kepala desa dan aparat keamanan siang itu sepakat untuk menangkap Gujid. Dalam kondisi kedua tangan diborgol, Gujid langsung diboncengkan dengan sepeda motor oleh Bhanbinkamtibmas. Untuk selanjutnya akan diproses secara hukum. Berikutnya, Tuban menjadi target pengejaran selanjutnya.***

Semarang, 15 November 2024




 


 


 


 

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies