Judul di atas hadir sebagai wujud memberikan apresiasi terhadap vidio singkat produk Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat yang sudah mempublish instagram #sahabatreligi menayangkan vidio tentang jejak harmoni dan kerukunan di Sumatera Barat.
Minangkabau satu kawasan budaya yang beda dan unik di Indonesia, lebih khusus lagi dalam harmoni dan kerukunan beragama. Jati diri muslim taat dan bisa disebut fanatik, hebatnya relasi sosial terbuka, inklusif dan dapat berdampingan dengan penganut agama, tradisi dan bahkan warga asing.
Harmonisasi kultural di Minangkabau merujuk pada proses penyelarasan, pengintegrasian, dan kerukunan antara berbagai unsur budaya yang ada dalam masyarakat Minangkabau. Proses ini melibatkan perpaduan antara adat, agama (Islam), dan tradisi lokal, sehingga menciptakan keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Beberapa aspek penting dari harmonisasi kultural di Minangkabau adalah:
1. Integrasi Antara Adat dan Agama:
Masyarakat Minangkabau dikenal dengan prinsip "adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" yang berarti adat harus berlandaskan pada ajaran agama Islam, dan ajaran agama harus sesuai dengan adat. Harmonisasi ini menciptakan sebuah kesatuan di mana tradisi adat dan agama berjalan beriringan, memperkuat satu sama lain.
2. Peran Tarekat dan Agama dalam Kehidupan Sosial:
Seperti yang terlihat dalam tarekat-tarekat Islam yang berkembang di Minangkabau, seperti Tarekat Syathariyah yang dipimpin oleh Tuanku Aluma, agama Islam, khususnya dalam bentuk tasawuf, mengajarkan nilai-nilai spiritual yang diterima dan disesuaikan dengan budaya lokal. Pendekatan ini menciptakan suasana yang harmonis dalam kehidupan sosial dan mendukung pemeliharaan nilai-nilai luhur masyarakat Minangkabau.
3. Fleksibilitas dalam Praktik Sosial:
Masyarakat Minangkabau memiliki sistem kekerabatan matrilineal, di mana garis keturunan dan warisan diturunkan melalui pihak ibu. Namun, dalam banyak aspek kehidupan, agama Islam dan norma-norma adat Minangkabau saling melengkapi. Hal ini menciptakan ruang bagi pluralitas budaya dan pemahaman yang lebih luas tentang identitas masyarakat Minangkabau.
4. Peran Seni dan Budaya Tradisional:
Seni dan budaya tradisional Minangkabau, seperti tari, musik, dan arsitektur rumah adat (rumah gadang), juga berperan dalam mempererat hubungan antar individu dan kelompok dalam masyarakat. Seni ini sering kali digunakan dalam upacara adat, pernikahan, dan perayaan agama, yang turut memperkuat harmoni antara berbagai kelompok sosial dan budaya.
5. Kehidupan Bersama yang Damai:
Harmonisasi kultural di Minangkabau juga mencakup upaya untuk menjaga kerukunan antar kelompok etnis, agama, dan suku yang ada di wilayah tersebut. Meskipun masyarakat Minangkabau mayoritas beragama Islam, mereka tetap menjaga hubungan yang baik dengan kelompok non-Muslim, menjunjung tinggi prinsip toleransi, dan saling menghormati perbedaan.
Secara keseluruhan, harmonisasi kultural di Minangkabau adalah suatu bentuk penggabungan dan penyelarasan berbagai unsur budaya, agama, dan tradisi untuk menciptakan masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera, serta melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur.
TOLERANSI ORANG MINANGKABAU
Orang Minangkabau diterima oleh bangsa dan komunitas lain di dunia karena beberapa faktor yang berhubungan dengan nilai-nilai budaya, prinsip sosial, dan kemampuan adaptasi mereka dalam berbagai konteks. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa orang Minangkabau dapat diterima di berbagai tempat:
1. Nilai Toleransi dan Keharmonisan:
Masyarakat Minangkabau dikenal sangat menghargai nilai-nilai toleransi dan kerukunan. Prinsip "Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah" mencerminkan kemampuan untuk mengintegrasikan adat dan agama dengan cara yang damai. Selain itu, mereka memiliki kebiasaan untuk menjaga hubungan baik dengan berbagai kelompok agama dan suku, yang membuat mereka mudah diterima dalam berbagai komunitas.
2. Mobilitas dan Keterbukaan Terhadap Perubahan:
Orang Minangkabau memiliki tradisi yang kuat dalam migrasi dan merantau. Proses "merantau" atau meninggalkan kampung halaman untuk mencari kehidupan yang lebih baik telah menjadi bagian penting dalam budaya Minangkabau. Mereka cenderung terbuka terhadap lingkungan baru, mudah beradaptasi, dan mampu berinteraksi dengan berbagai komunitas. Keberadaan orang Minangkabau di berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri menunjukkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dan diterima dalam berbagai konteks budaya dan sosial.
3. Keterampilan Sosial dan Ekonomi:
Orang Minangkabau dikenal dengan kemampuan mereka dalam berdagang dan berbisnis. Dengan mengandalkan prinsip-prinsip ekonomi yang berbasis pada gotong royong dan kerja keras, mereka dapat menyesuaikan diri dengan baik di berbagai tempat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kemampuan berbisnis ini membuat mereka dihormati dan diterima di banyak komunitas global.
4. Pemikiran yang Inklusif:
Dalam kehidupan sosial mereka, orang Minangkabau mengutamakan musyawarah dan mufakat. Ini adalah bentuk inklusivitas dalam pengambilan keputusan yang memastikan setiap suara dan pendapat didengarkan, menciptakan kesepakatan yang adil dan merata. Prinsip ini memungkinkan orang Minangkabau untuk diterima dalam berbagai komunitas yang menghargai keadilan dan kesetaraan.
5. Kekuatan Identitas dan Adat Istiadat:
Walaupun mereka telah menyebar ke berbagai belahan dunia, orang Minangkabau tetap menjaga identitas budaya mereka, termasuk bahasa, adat, dan tradisi. Keunikan ini membuat mereka dihormati oleh komunitas lain karena mereka bisa menjadi contoh keberagaman yang tetap menjaga jati diri tanpa mengesampingkan keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
6. Peran Ulama dan Pendidikan Agama:
Banyak orang Minangkabau yang terlibat dalam pendidikan agama Islam dan menyebarkan nilai-nilai toleransi serta perdamaian. Banyak ulama dari Minangkabau yang berperan penting dalam pengembangan agama Islam di berbagai daerah. Pengaruh positif dari pendidikan agama ini turut membantu mempererat hubungan dengan komunitas Muslim di berbagai belahan dunia.
Dengan nilai-nilai luhur, kemampuan beradaptasi, dan keterampilan sosial yang dimiliki, orang Minangkabau berhasil diterima dan dihormati oleh berbagai bangsa dan komunitas di dunia.
FAKTA ORANG MINANGKABAU TOLERAN
Fakta sosial bahwa orang Minangkabau sangat toleran dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan mereka yang mencerminkan penghormatan terhadap perbedaan agama, budaya, dan etnis. Berikut beberapa alasan yang menunjukkan toleransi sosial dalam masyarakat Minangkabau:
1. Prinsip "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah":
Salah satu nilai utama dalam kehidupan masyarakat Minangkabau adalah prinsip integrasi antara adat dan agama. Prinsip ini menunjukkan bahwa adat Minangkabau berlandaskan pada ajaran agama Islam, tetapi dalam prakteknya tetap terbuka untuk mengakomodasi nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sosial mereka. Dalam banyak hal, orang Minangkabau mampu menjaga keseimbangan antara tradisi dan ajaran agama tanpa saling bertentangan, menciptakan ruang bagi perbedaan dalam komunitas.
2. Kerukunan Antar Agama:
Meskipun mayoritas orang Minangkabau beragama Islam, mereka dikenal mampu hidup berdampingan dengan kelompok agama lain dengan penuh penghormatan. Toleransi antar umat beragama terlihat dalam praktik kehidupan sehari-hari, seperti saling menghormati upacara agama, menjaga hubungan baik dengan komunitas non-Muslim, dan bekerja sama dalam kegiatan sosial. Misalnya, dalam perayaan hari besar agama lain, masyarakat Minangkabau menunjukkan sikap saling menghormati dan mendukung.
3. Praktik Musyawarah dan Mufakat:
Prinsip musyawarah dan mufakat dalam kehidupan sosial Minangkabau juga mencerminkan sikap inklusif dan toleransi. Setiap keputusan penting dalam masyarakat Minangkabau biasanya diambil melalui proses musyawarah, di mana semua pihak, tanpa memandang perbedaan, dapat menyampaikan pendapat mereka. Hal ini memungkinkan adanya kesepakatan bersama yang adil dan dapat diterima oleh berbagai kalangan.
4. Peran Toleransi dalam Adat Perkawinan:
Dalam adat perkawinan Minangkabau, terdapat tradisi yang memungkinkan pasangan dari suku atau agama berbeda untuk menikah dengan tetap mengedepankan nilai-nilai toleransi. Misalnya, meskipun sistem kekerabatan di Minangkabau bersifat matrilineal (berdasarkan garis keturunan ibu), pernikahan antara orang Minangkabau dengan orang dari luar suku atau agama tetap dihormati dan diterima jika mengikuti adat dan tradisi yang berlaku.
5. Penyebaran dan Adaptasi dalam Merantau:
Tradisi merantau yang kuat di kalangan orang Minangkabau juga berperan penting dalam membentuk sikap toleransi mereka. Ketika merantau, orang Minangkabau berinteraksi dengan berbagai budaya, agama, dan kelompok etnis yang berbeda. Pengalaman ini membantu mereka mengembangkan sikap terbuka dan saling menghargai perbedaan, serta memperluas jaringan sosial yang mendukung keberagaman.
6. Sikap Terhadap Kebudayaan Lokal:
Orang Minangkabau juga menunjukkan sikap toleran terhadap kebudayaan lokal dan tradisi yang ada di tempat mereka tinggal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka seringkali ikut melestarikan dan menghormati budaya lokal tempat mereka berinteraksi, sambil tetap mempertahankan adat istiadat Minangkabau.
Secara keseluruhan, sikap toleransi sosial orang Minangkabau terbentuk melalui pengaruh agama, adat, dan tradisi yang menekankan pentingnya kedamaian, keharmonisan, dan pengertian antar sesama. Masyarakat Minangkabau berhasil menggabungkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, menjadikannya contoh masyarakat yang sangat toleran dalam berinteraksi dengan kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Konklusi bahwa kultur, budaya, adat dan tradisi Minangkabau adalah akomodatif, toleran, dan adaptif dengan perkembangan zaman. Prinsip budaya egaliter dan inklusi seperti budaya merantau, rumah makan Padang, dan pedagang kaki lima adalah fakta sosial yang sudah mendarah-daging bagi orang Minang dan komunitas lainnya. Adalah salah dan sulit menjelaskan jika daerah Sumatera Barat dan etnis Minang disebut intoleransi dan cap lain yang sangat berbeda dengan realitas sosialnya. DS.02012025.
*Ketua FKUB Provinsi Sumatera Barat