Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Agen Asuransi Jiwa Cerpen: Warsit MR

Ilustrasi 

Haryanti seorang single parent memiliki dua orang anak. Anak nomor satu laki-laki kelas tiga SMP, sedangkan anak nomor dua perempuan kelas enam SD. Sebentar lagi akan berlangsung pendaftaran siswa baru. Itu artinya Haryanti akan sibuk mencarikan sekolah untuk anaknya, dan sudah pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, Haryanti bekerja sebagai agen sebuah asuransi jiwa. Asuransi jiwa itu bernama Kunang-kunang Life.

Seperti kita ketahui bekerja sebagai agen asuransi bukanlah hal yang mudah. Begitu juga Haryanti. Setiap bulannya diberi target untuk menjual polis dengan uang pertanggungan (UP) tidak kurang dari Rp 50.000.000. Dengan target perolehan premi minimal sebesar Rp 12.000.000. Untuk mencapai target tersebut Haryanti bekerja keras siang malam seakan tak kenal lelah.

Ia melakukan prospek –istilah dalam dunia perasuransian yang artinya mengunjungi, kepada ratusan calon pembeli polis. Yang diprospek pun tak sembarang orang, prioritasnya adalah golongan ekonomi kelas atas, alias orang-orang kaya. Bahkan tak segan-segan untuk memprospek para pengusaha, para anggota dan pimpinan DPRD, direktur BUMN dan para kepala dinas yang ada di dalam maupun di luar kota.

Berangkat pagi pulang malam, itulah kerja Haryanti setiap hari menjual polis asuransi. Hingga pada suatu saat, Haryanti sempat dicurigai kalau dirinya suka menjual diri. Tetapi bagi Haryanti semua itu dianggap sebagai isu murahan dan tak perlu untuk ditanggapi. Baginya yang penting adalah bekerja secara jujur dan bertanggung jawab.

Selama lima tahun bekerja bila dirata-rata setiap akhir tahun, Haryanti mampu mencapai sembilan puluh persen dari target. Sehingga selain mendapat gaji bulanan juga mendapatkan bonus yang jumlahnya cukup besar. Atas prestasinya Haryanti sering mendapat bonus istimewa dari kepala cabang. Dari penghasilannya itu Haryanti mampu membiayai pendidikan kedua anaknya hingga salah satu menjadi sarjana.

Atas prestasinya Haryanti diangkat menjadi agen senior, dan dalam beberapa tahun berikutnya dinobatkan sebagai kepala distrik (KD), ditempatkan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Selama menjadi KD, Haryanti memimpin seorang kepala tata usaha, beberapa konsultan yunior, beberapa agen senior dan tiga orang penagih premi lanjutan serta seorang cleaning service.

Setiap pagi masuk kantor, Haryanti selalu mengawali dengan pembinaan mental untuk semua karyawannya. Seluruh karyawan dikumpulkan dalam satu ruangan rapat, kemudian Haryanti memberikan pengarahan yang diakhiri dengan doa bersama. Selesai pembinaan mental biasanya dilanjutkan dengan pengarahan yang ada kaitannya dengan strategi marketing dan peningkatan produktivitas karyawan.

“Saudara-saudara, kalau ingin menjadi marketing yang sukses, manfaatkan waktu dengan baik. Bekerja sesuai bidang dan tanggung jawab masing-masing. Sebagai agen asuransi yang profesional tidak perlu tergantung dengan pengawasan dari pimpinan,” imbau Haryanti.

“Kalian harus berani melakukan terobosan baru, lakukan prospek kepada orang-orang yang kaya, para pejabat atau para pengusaha yang sukses. Sebab yang mampu membeli produk asuransi itu biasanya orang-orang kaya,” tambahnya lagi dengan bersemangat.

Dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawannya, Haryanti tidak segan-segan membeberkan pengalaman pribadinya. Yang selama ini ia lakukan sehingga mampu menduduki jabatan sebagai kepala distrik. Termasuk trik pendesakan kepada calon pembeli polis agar tertarik dan akhirnya mau membeli asuransi atau klosing.

Haryanti memiliki trik-trik marketing dalam menjual produk asuransi. Pengalamannya waktu menjadi agen senior, ia punya target memprospek minimal sepuluh orang dalam satu hari. Dari sepuluh orang itu kemudian masing-masing diminta satu orang sebagai referensi. Begitu seterusnya dari hari ke hari jumlah sumber prospek terus bertambah. Dari semula hanya mengenal satu orang, menjadi dua, tiga, lima, sepuluh hingga ratusan orang, yang dikenal dengan prospek sistem laba-laba.

Dari jumlah ratusan orang sumber prospek tersebut, selanjutnya diseleksi dan diinventaris siapa yang masuk prioritas. Bagi yang masuk prioritas kemudian dibuat jadwal prospek secara teratur. Hal yang tidak kalah penting menurut Haryanti, mencatat alamat lengkap dan nomor telepon sumber prospek agar setiap saat bisa berkomunikasi secara intens. Dengan tujuan agar tercipta good relationship. “Maka menjadi sangat penting bagi seorang agen asuransi untuk memiliki buku prospek,” tegas Haryanti.

Strategi lain yang dilakukan oleh Haryanti selama ini, ia lebih menyukai memprospek para manajer perusahaan yang berjenis kelamin laki-laki. Menurutnya, hati seorang pria akan relatif lebih mudah ditaklukkan oleh wanita. Selain itu bila pria menyaksikan wanita yang mau bekerja keras biasanya akan muncul rasa simpati dan empatinya. Situasi demikian itu kemudian dimanfaatkan Haryanti dalam menjual asuransi.

Kemampuan menjual produk asuransi bagi Haryanti memang tidak perlu diragukan lagi. Karena selama menjadi karyawan asuransi Kunang-kunang Life, Haryanti sudah berkali-kali mengikuti pendidikan dan pelatihan baik lokal maupun nasional. Seringnya mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut, menjadikan Haryanti lebih menguasai berbagai macam produk asuransi dan piawai dalam memasarkan produk, khususnya produk asuransi jiwa.

Dalam suatu kesempatan Haryanti diundang oleh sebuah perusahaan untuk memaparkan program asuransi jiwa. Perusahaan itu meminta penjelasan tentang asuransi program dana hari tua dan program pendidikan. Maka dengan senang hati Haryanti menerima penawaran tersebut.

“Manfaat program asuransi dana hari tua yang saya sampaikan di sini, pada saat habis kontrak pemegang polis atau tertanggung akan menerima uang pertanggungan atau UP sebesar seratus persen,” demikian Haryanti memaparkan.

“Selain pada saat habis kontrak tertanggung mendapat UP seratus persen, apabila selama perjalanan kontrak itu terjadi risiko meninggal dunia pada diri tertanggung, ahli waris akan mendapat uang santunan sebesar seratus lima puluh persen dari UP,” lanjut Haryanti.

“Bapak-bapak dan ibu-ibu bisa memilih masa kontrak mulai dari lima, sepuluh atau lima belas tahun. Dengan pengertian usia tertanggung pada saat habis kontrak nanti maksimal enam puluh lima tahun.”

Selesai menjelaskan asuransi program dana hari tua, Haryanti melanjutkan pemaparannya tentang program asuransi pendidikan. ”Secara singkat dijelaskan, program asuransi pendidikan adalah bertujuan untuk mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin. Agar ketika anak masuk SD, SMP, SLTA, maupun masuk perguruan tinggi nanti, sudah tersedia dana untuk biaya pendidikan,” lanjut Haryanti.

“Untuk menentukan besaran uang pertanggungan disesuaikan dengan kemampuan untuk membayar preminya. Selain mendapatkan tahapan biaya pendidikan, bila dalam masa kontrak terjadi risiko meninggal dunia terhadap diri tertanggung, ahli waris akan mendapat santunan uang pertanggungan sebesar seratus persen,” ungkap Haryanti. “Kemudian ahli waris bebas tidak membayar premi lagi hingga selesai masa kontrak, namun tetap menerima tahapan biaya pendidikan sesuai jadwal yang sudah ditentukan,” pungkas Haryanti menutup pemaparannya.

Seminggu setelah menyampaikan pemaparan program asuransi, Haryanti dihubungi melalui Whats App oleh pemimpin perusahaan yang pernah mengundangnya. Pemimpin perusahaan itu bernama Gatot Wiwoho. Mulai saat itu hubungan antara Haryanti dengan Gatot Wiwoho semakin akrab. Mereka berdua sering makan siang bersama, bahkan sekedar ngopi berdua, Gatot rela untuk keluar kantor.

“Gimana kalau minggu depan Haryanti menemani saya ke Tawangmangu, untuk survei tempat rapat tutup tahun?” ajak Gatot. Tidak basa-basi Haryanti pun menyanggupi ajakan Gatot tersebut.

“Baik Pak, saya siap, sekalian besok saya akan banyak berbicara soal asuransi untuk karyawan Bapak dan juga untuk Bapak pribadi.”

“Oke kalau begitu, besok kita bahas di Tawangmangu sekalian,” jawab Gatot Wiwoho memberi harapan.

Selama perjalanan dari Semarang menuju Tawangmangu mereka mengendarai mobil Fortuner warna hitam, bertiga bersama sopir pribadi. Selama perjalanan banyak hal yang mereka bincangkan, terutama soal pekerjaan dan keluarga Haryanti. Dalam obrolan itu Haryanti sempat berterus terang kalau dirinya sebagai single parent yang memiliki dua orang anak.

“Haryanti menekuni pekerjaan asuransi sudah berapa tahun?” tanya Gatot Wiwoho serius.

“Saya kerja di asuransi sudah menginjak tahun keenam, Pak.”

“Anak-anak masih sekolah atau sudah bekerja?”

“Anak saya nomor satu sudah selesai kuliah dan sudah bekerja, sedangkan anak nomor dua masih kuliah.”

“Kenapa Haryanti suka bekerja di asuransi?”

“Yah … sebenarnya berat Pak, kerja dibebani target. Tapi mungkin sudah takdir Pak, saya harus bekerja di perusahaan asuransi. Namun demikian saya tetap bersyukur kepada Tuhan, dengan pekerjaan ini penghasilan saya bisa untuk mencukupi biaya hidup keluarga dan biaya pendidikan anak-anak, meski saya bekerja sendirian.”

“Kenapa Haryanti tidak mau menikah lagi,” desak Gatot Wiwoho.

“Ah, Bapak … saya kan sudah tua tidak ada yang mau, Pak,” jawab Haryanti merendah dengan senyum simpul.

“Jangan bilang tua ah, Haryanti masih muda ... manis pula,” sanjung Gatot Wiwoho membuat Haryanti salah tingkah.

Setelah sampai di Tawangmangu, Gatot mengarahkan sopirnya untuk menuju hotel yang sudah ditentukan sebelumnya. Setelah sampai di hotel yang dituju, mulai saat itu sopir disarankan untuk menunggu di lobi hotel. Sementara itu Gatot dan Haryanti mengikuti petugas hotel memasuki ruangan pertemuan. Selanjutnya mengecek beberapa kamar hotel yang rencananya akan digunakan untuk bermalam para karyawannya saat rapat akhir tahun nanti.

Selesai mengurusi persiapan tempat untuk rapat karyawan, bersama Haryanti, Gatot memasuki salah satu kamar hotel. Apa yang mereka lakukan di dalam kamar hotel itu? Dalam kesempatan itu Haryanti bicara serius, menawarkan asuransi jiwa program dana hari tua, baik untuk karyawan maupun untuk Gatot Wiwoho secara pribadi. Atas kepiawaian Haryanti dalam menawarkan produk asuransi, akhirnya Gatot bersedia membeli polis asuransi jiwa program dana hari tua, dengan uang pertanggungan cukup fantastis.

Pagi harinya seperti biasa, sebagai kepala distrik Haryanti memberikan pembinaan mental, dan dilanjutkan arahan strategi marketing untuk semua karyawannya. Sekaligus melakukan cek dan ricek hasil produksi penjualan polis asuransi, yang diperoleh dalam satu bulan.

“Saudara-saudara, ini sudah pertengahan bulan. Baik bagian pemasaran maupun penagihan premi lanjutan, baru mencapai empat puluh lima persen dari target. Mari kita bekerja lebih semangat lagi agar target bulan ini bisa tercapai.” Haryanti membuka pemaparannya dengan wajah sumringah.

“Sekedar kalian semua ketahui, hari Minggu kemarin saya klosing program dana hari tua dengan uang pertanggungan sebesar 150 juta. Sistem pembayaran preminya dengan cara single premium –premi dibayar sekaligus sebesar 35 juta,” ujar Haryanti lagi dengan lebih bersemangat. Semua karyawan pun memberikan pujian dan tepuk tangan dengan meriah.

Belakangan baru diketahui oleh para bawahannya kalau yang membeli asuransi jiwa program dana hari tua yang disampaikan Haryanti saat pertemuan karyawan adalah Gatot Wiwoho. Atas kegigihannya Haryanti mendapat provisi sebesar 6,5 juta dan bonus sebesar 3,5 juta. “Selamat dan sukses Bu Haryanti, kau memang gigih dalam bekerja, maka pantas untuk menerima bonus istimewa,” ucap Pak Simanungkalit, Kepala Cabang Asuransi Kunang-Kunang Life sembari menjabat tangan Haryanti dengan erat.***

Semarang, 12 OKtober 2024

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies