Hari ini Jumat tanggal 13 Desember 2024 kembali dipakai Masjid Jami'ak Mandiangin Kota Bukittinggi setelah dilakukan renovasi, tentu dengan harapan hasil yang dicapai ini semoga memperoleh keberkahan bagi umat yang berada di kota perjuangan ini. Tema khutbah yang menjadi perhatian saat ini adalah menjadikan masjid sebagai solusi (penyelesai) masalah yang sepertinya sulit diselesaikan dan dikendalikan pemimpin bangsa ini, dengan judul MASJID SOLUSI GADUH AKAL BULUS.
Sepanjang tahun 2024 disebut tahun politik mulai dari Pileg dan sampai 27 November Pilkada serentak. Dalam tahun ini akal bulus telah membawa kegaduhan (dhirar), yang tentunya hanya mengaduh umat dan bangsa yang berakal lurus dan tulus. Kegaduhan dan kehebohan “hukum yang diolah” penegak hukum sehingga dikenal plesetan MK menjadi Mahkamah Keluarga. Korupsi hakim tinggi menyimpan uang di rumahnya satu triliyun lebih. Pencolengan kekayaan bangsa oleh segelintir orang korupsi triliyunan uang PN Timah. Bahkan ada informasi uang tak jelas jumlah triliyunan di kantor yang mengurus uang. Gaduh yang mencemaskan pegangang senjata api, justru menembak sahabatnya yang juga aparat penegak hukum.
Masjid solusi gaduh dari akal bulus yang dimaksud adalah menjadikan masjid sebagi pusat gerakan dan kekuatan mencegah multi kemudaratan dan kegaduhan yang berpangkal dari akal bulus kaum munafiqun. Tema ini diangkat dari agenda dan tabiat buruk munafiq generasi awal yang menjadi perusak paling dahsyat dalam sejarah Islam, firman Allah:
وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مَسۡجِدٗا ضِرَارٗا وَكُفۡرٗا وَتَفۡرِيقَۢا بَيۡنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَإِرۡصَادٗا لِّمَنۡ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبۡلُۚ وَلَيَحۡلِفُنَّ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّا ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ
Artinya: Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (QS. al Taubah (9): 107).
Masjid solusi gaduh ini perlu disuarakan dengan nyaring, jelas dan lugas, karena kondisi ini kegaduhan di negeri ini sudah akut dan besarnya jumlah mereka yang memiliki gaya hidup layak kaum munafiqun, seperti yang dihadapi Rasul di Madinah awal pembentukan peradaban Islam. Perusak paling berbahaya dan ganas itu adalah mereka yang munafiq, hipokrit, kaum berwajah multi.
Kemerdekaan Indonesia menuju satu abad dicabik-cabik banyak sekali oleh kaum munafiqun, mereka pecundang umat dan bangsa. Hampir semua sektor kehidupan sudah disebutkan dengan darurat. Kegaduhan dari darurat sudah menyasar setiap sendiri kehidupan kolektif umat dan bangsa bila dicermati akar dan asal muasal awalnya adalah kejahatan laten yang menjadi tugas Nabi dan Rasul memberantasnya.
Akal bulus munafiq yang merusak misi suci masjid. Kasusnya ada pada sikap dan gaya pengurus dan jamaah yang mengurusi masjid dengan intrik politik, tafriqan (pecah belah), dan irsyahadan (menyusun strategi busuk merusak Islam) dan menimbulkan rusaknya kebaikan Islam yang nyata-nyata rahmatan lil alamin, (QS. Al-Taubah, 107).
Akal bulus yang luar biasanya juga terjadi luar biasa dipusat perdagangan dan ekonomi yang mestinya membawa keberkahan, justru membawa kemudaratan bagi masyarakat banyak, al-mutaffifin (QS.(83):1) orang-orang kaya dan pemilik modal yang curang dalam bisnis dan transaksinya.
Akal bulus yang tak kalah merusaknya marak dan seperti sulit diluruskan di kantor adanya koruptor dan pembeking illegal, merugikan hak-hak orang dan bikin ulah, yang mesti penjaga umat. Umat Masa lalu dikritik al-Qur’an.
وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan, (QS. Al-Hud,85)
Kagaduhan kolektif lain yang sumbernya akal bulus adalah penyakit masyarakat judi offline, judol (judi online), transaksi narkoba, LGBT, dan patologi sosial, yang disebut al-Quran sebagai profesi setan yang rijsun, (QS. Al-Maidah, 90). Triluyunan rupiah dihabiskan oleh cukong, selebriti berakal bulus yang membawa kegaduhan akal pikirin lurus dan tulus.
Proyek akal bulus juga menyasar dunia pendidikan tinggi. Di kampus sumber kegaduhan itu plagiasi dan jual beli ijazah, yang mereka intelektual, akademisi, gelar tertinggi Doktor Profesor menempuh jalan pintas, ingat jangan mendapatkan kekayaan dengan cara batil, (QS. Al-Baqarah (2): 188).
Tak lah kagaduhan yang dimainkan oleh akal bulus di Parlemen ada musyawarah icak-icak, sogok dan fee regulasi, bahkan ada undang-undang dikeluarkan atas pesan, musyawarah sudah dikorup, demokrasi prosedural demokrasi transaksional adalah mengaduh ayat Allah yang mestinya dilakukan wa’amrahum syura bainahum (QS. Al-Syura (83):38).
Akal bulus lain yang paling mencemaskan adalah perilaku institusi ulama yang juga tak luput dari kegaduhan, terakhir kasus Miftah, sebelumnya di Sumatera Barat sesama ulama saling mengaduh, padahal mereka tahu peringatan Imam al-Ghazali tentang ulama suu’ ulama yang tercela dan buruk. Imam Ghazali mengutip sabda Rasul saw.
أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء
Artinya: “Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”Hadis serupa dalam riwayat Ahmad akan tetapi dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti sama, jahat dan buruk.
Jika diperpanjang masih banyak kedaruratan, kegaduhan yang diinisiasi dan dibeking oleh muniqin berakal bulus yang merugikan umat dan pecundang bangsa. Sebagai para pihak yang berhak mewariskan Republik Indonesia ini untuk anak cucu dibelakang hari, ada beberapa strategi berpangkalan masjid yang dapat dilakukan.
Pertama: Gerakan Usisa ala taqwa (Masjid Terjaga dan Bersih)
Masjid bagi umat Islam adalah institusi umat yang sakral dan pusat spiritual. Masjid sudah hadir jauh sebelum Nabi Muhammad Salahu’alaihi wasalam lahir, Masjidil Haram dan Masjid al-Aqsa sudah menjadi pusat ibadah oleh Rasul dan umat sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Masjid paling awal yang dibangun Rasul adalah Masjid Quba, ketika ia menginjakkan kakinya di Yastrib (Madinah), tahun kedua hijrah Nabi mendirikan Masjid Nabawi bersamaan dengan pembangunan pasar, pusat ekonomi umat.
Reaksi paling awal dari munafiqun Madinah menghadapi keberhasilan Nabi mengkonsolidasikan umat melalui masjid adalah mereka membuat masjid tandingan. Masjid tandingan itu diberitahu Allah pada Nabi dengan sebutan Masjid Dhirar, (sumber kemudaratan dan kegaduhan). Strategi licik munafiqun digagalkan Allah dengan mengingatkan jangan terkecoh dengan bangun megah Masjid Dhirar, datangilag masjid yang berasaskan taqwa dan menunjukkan perilaku hidup bersih, al-Quran surat Tawbah (9):108.
لَا تَقُمْ فِيْهِ اَبَدًاۗ لَمَسْجِدٌ اُسِّسَ عَلَى التَّقْوٰى مِنْ اَوَّلِ يَوْمٍ اَحَقُّ اَنْ تَقُوْمَ فِيْهِۗ فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ ١٠٨lâ
Artinya: Janganlah engkau melaksanakan salat di dalamnya (masjid itu) selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama lebih berhak engkau melaksanakan salat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang gemar membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri.
Pribadi bertaqwa adalah pelopor kesucian. Suci ruang ibadah, suci pikiran pengurus, suci kegiatan dan suci lingkungan masjid, Allah hanya menyukai orang-orang yang berpihak pada bersih dan membersihkan.
Kedua : Gerakan Imarah (Masjid Makmur dan Memakmurkan)
Imarah, syiar dan peradaban masjid sudah dipandu dengan sharih, jelas dan tegas, meneguhkan iman, ibadah, pemberdayaan umat dengan zakat, dan membentuk kepribadian dan karakter ilahiyah, (QS. Al-taubah (9):18).
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَۗ فَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ ١٨
Artinya: Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Jelas peran dan fungsi masjid dalam surat al-Tawbah (9): 18 di atas bahwa imarah masjid artinya menjadikan masjid eksis, bergerak dan mengemuka dalam ibadah (shalat), pemberdayaan ekonomi umat (zakat), dan ketangguhan kepribadian dan karakter Islam (walam yakhsa illallah). Ibadah mahdah (shalat), mesti didukung oleh ibadah maliyah (zakat), maknanya umat mesti taat dan kuat dalam ekonomi.
Ketiga : Gerakan Riyadhah (Masjid Pangkalan Akhirat)
Berdirinya masjid bukan sebatas fisik, aktivitas sosial keagamaan yang lahiriyah, sejak awal firman menyebut masjid adalah pangkalan atau tempat bertolak ke alam di luar alam duniawi, fisik material. Masjidil haram dan Masjid al-Aqsa adalah dua masjid menjadi centre pergerakan spiritual yang menjadi motor perubahan dakwah sepanjang zaman.
Para Nabi Allah mayoritas dilahirkan di sekitar wilayah al-Maqdis, Palestina, Syuriah dan daerah kota suci tertua, Nabi Muhammad salahuwa’alaihi wasalam sebelum Israk mikraj shalat dan bertemu dengan ruh para Nabi. Masjid adalah tempat berkumpul dan berdiskusinya ruh para Nabi, Auliya, dan orang saleh dari zaman ke zaman.
Rasional sekali dan tak ada penolakan jiwa bahwa manusia hidup dalam proses yang tidak Tunggal, alam ruh, hidup di dunia, alam ruh kembali di kubur dan baru kembali kepangkuan sang pencipta, Al-Baqarah, (2):28
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ٢٨
Artinya: Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?
Penutup kalam patut ditaushiyahkan bahwa masjid adalah tempat di dunia yang mesti diperlakukan mulia, sakral dan berdayaguna tinggi untuk kemaslahatan lebih luas. Kegaduhan dan kedaruratan yang mengancam umat dan bangsa dapat dihentikan dan dikembalikan normal, ketika masjid efektif dan dikelola sesuai regulasi dan SOP sang pemilik masjid (Allah subhanahuwata’ala). Masjid berbasis taqwa, dan diurus oleh orang-orang bersih adalah kerja awal. Masjid Makmur dan memakmurkan adalah program unggulan untuk peradaban umat. Masjid sebagai pangkalan ketahanan aqidah, dan riyadah diyakini dapat menjadi roket pelontar khaira umat. (umat terbaik), ummatan wastahan (umat moderat nan kosmopolit) dan rahmatan lil alamin (penebar rahmat untuk semua dan semesta). alhamdulilahirabbil alamin. DS.13122024.
*Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatera Barat