Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya? (QS. Al-Tawbah, (9):122).
Ayat di atas adalah motivasi, inspirasi dan sekaligus perintah yang mesti dilakukan bahwa meningkatkan kualitas pemimpin umat, termasuk dalam hal ini Tuanku adalah wajib hukumnya. Satu di antara kearifan lokal yang diwariskan Syekh Burhanuddin Ulakan adalah gelar keagamaan Tuanku. Tuanku adalah ulama yang menamatkan pendidikan pada surau halaqah (mengaji duduk melingkar), kini sudah banyak menambah namanya dengan Pondok Pesantren.
Gelar Tuanku diberi oleh guru surau dan diakui oleh niniak mamak dalam satu prosesi acara ma angkek Tuanku atau menghormati kaji. Selanjutnya Tuanku berkiprah sebagai pemuka agama, suluah bendang dalam nagari, menjadi pemimpin surau dan menjadi panutan masyarakat.
Tradisi, kharisma, dan fungsi keagamaan Tuanku dalam masyarakat Padang Pariaman, Kota Pariaman, begitu juga pada surau dan jamaah yang memiliki silsilah tarekat Syathariyah dengan Syekh Burhanuddin dan berpaham ahlussunah waljama’ah dalam Aqidah, mazhab Syafi’i dan Syafi’iyah dalam ibadah adalah terus menguat dan berkembang mengikuti arus perubahan zaman, tetap kokoh dalam tradisi spiritualistik.
Kebutuhan masyarakat pada peran dan fungsi Tuanku sebagai pembina ruhaniyah, (pengasuh tarekat), tradisi mendoa, mengaji kematian, wirid, dan tokoh tempat bertanya, menjadikan Tuanku memiliki posisi penting di lingkungannya. Dari sisi pendidikan dan sosial budaya peran dan fungsi Tuanku masih tetap kuat dan dalam realitasnya arahan, dukungan dan keterlibatan Tuanku dalam politik, misalnya Pilkada, ternyata membawa perubahan yang siginifikan.
Pada saat yang sama surau halaqah sebagai institusi yang mencetak Tuanku diakui kekuatan ilmu-ilmu agama, namun lemah dalam mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan, terbatas pada metodologi berfikir kritis, juga tidak kuat keterampilan mengelola masyarakat, dan tentu juga belum banyak yang memberikan pendidikan ketrampilan praktis untuk menunjang kehidupannya setelah menamatkan pendidikan surat, diangkat menjadi Tuanku.
Keberadaan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin Pariaman yang pendiriannya digagas ulama, cendikiawan dan Pimpinan Daerah Kabupaten Padang Pariaman sejak 1978 dimaksudkan untuk menjadi pelanjut tradisi Syekh Burhanuddin, faktanya telah ratusan Tuanku yang menamatkan pendidikan Sarjana Pendidikan Islam. Memasuki tahun kedua STIT SB melakukan revitalisasi peran dan fungsi Tuanku melalui Program TUANKU SARJANA DAN SARJANA TUANKU bekerjasama dengan Pondok Pesantren yang melahirkan Tuanku.
PENGUATAN KOMPETENSI DAN KAPASITAS TUANKU
Pertama: Kompetensi Integrasi Islam, Ilmu dan Teknologi
Kecukupan ilmu agama Tuanku melalui pembelajaran kitab berbahasa arab dengan metode pengajaran lama belum cukup kuat dalam menghadapi masyarakat yang terus berubah. Tuanku perlu mendapat keilmuan yang lebih luas, khususnya untuk memadukan (integrasi) ilmu-ilmu agama dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Tuanku mesti diberi penguatan menyatunya ilmu-ilmu qur’aniyah dan kauniyah. Tuanku diharapkan dapat bebas dari pandangan keliru, dikhotomi (pembedaan) ilmu agama dengan ilmu umum. Partisipasi Tuanku untuk pendidikan masyarakat yang lebih luas diharapkan.
Meningkatkan kualitas keilmuan dan wawasan Tuanku melalui pendidikan sarjana strata satu (S1) adalah cara untuk menjadikan tokoh agama (Tuanku) lebih siap menghadapi perubahan dalam masyarakat. Perubahan berfikir dan bertindak keagamaan yang taqlidi (mengikuti tanpa alasan) menjadi ittiba’i (mengikuti dengan ilmu) adalah begitu penting bagi peningkatan kualitas beragama umat.
Kedua: Kompetensi Metode Ilmiah, dan Berfikir Kritis.
Keunggulan akademik dan logika Tuanku Sarjana adalah kemampuan Tuanku untuk bekerja menganalisa dan menyimpulkan masalah keagamaan dan keumatan dengan logika ilmiah dan pikiran kritis. Tuanku diharapkan menjadi motor perubahan masyarakat ilmiah, cerdas dan melek perkembangan tanpa harus kehilangan jati diri.
Perilaku negative, gaya hidup merusak, perbuatan tercela seperti narkoba, judi langsung dan judi online adalah indikasi lemahnya pemikiran logis dan sehat masyarakat. Pengajian, bimbingan dan nasehat keagamaan yang logis dan kritis dari Tuanku dapat efektif ketika metode berfikir ilmiah dan kritis menjadi kompetensi Tuanku. Pengenalan informasi dan realitas ekses masyarakat modern adalah keharusannya untuk menjadikan Tuanku lebih kritis dan solutif mencerahkan umat.
Ketiga: Kemahiran Komunikasi dan Pengembangan Umat
Tuanku dengan peran dan fungsi utama pembina dan pengembang umat adalah sosok yang menjadi panutan, tokoh masyarakat dan sekaligus juga tokoh agama yang secara langsung menjadi mubaligh, dai, dan penggerak masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut mengharuskan Tuanku memiliki kemahiran dalam berkomunikasi.
Tuanku diminat mahir komunikasi lisan, tulisan, pendampingan, dan pergerakan masyarakat. Tuanku Sarjana diberikan pendidikan dan pelatihan yang menjadikan Tuanku siap pakai sebagai pembina mental, spiritual dan sekaligus penggerak masyarakat pada tingkat lini lapangan.
Komunikasi berbasis keagamaan, kedekatan spiritual dan charisma sosial yang melekat pada diri Tuanku akan lebih kokoh bila didukung kemahiran komunikasi dan keterampilan pergerakkan, sesuai kecerdasan abad 21 (Kompetensi, Komunikasi, Kolaborasi, dan Karakter).
Keempat: Keterampilan hidup (life skill) dan kewirausahaan (enterpreneurship).
Keunggulan dari Tuanku Sarjana adalah memberikan pelatihan keterampilan yang dapat mendukung kehidupan (ekonomi) selesai sarjana. Tradisi Tuanku yang lazimnya memiliki keahlian sederhana seperti pengobatan herbal, pengobatan tradisional dan pembimbing ruhaniyah di tempat ibadah (shalat 40), panti lansia dapat dikembangkan dengan metode lebih baik dan diberi lisensinya.
Tuanku juga dibina untuk menyiapkan diri menjadi pelopor dalam bidang kewirausahaan mulai dari yang sederhana dan praktis sepeti tukang kayu, tukang pangkas, service jam, handphone dan menjadi konsultan halal, ekonomi dan industry syariah. Tuanku diberi penguatan keterampilan pengembangan umat melalui filantropi Islam melalui pemberdayaan zakat, wakaf dan mendirikan lembaga pendidikan Islam, mendirikan MDTA, Madrasah, Pondok Pesantren, Rumah Sehat Umat, Rumah Tahfidz dan kegiatan keumatan dan kemasyarakatan lainnya.
Keunggulan Tuanku Sarjana yang sudah dimulai oleh STIT Syekh Burhanuddin bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nurul Yakin Ringan-Ringan, Padang Pariaman dan Pondok Pesantren MTI Batang Kabung Padang adalah ikhtiar untuk melestarikan tradisi Tuanku dan sekaligus memperkuat keberadaan Tuanku sebagai agent perubahan di Padang Pariaman dan komunitas jamaah Tarekat Syathariyah di daerah lainnya.
Dukungan Pemerintah Daerah Padang Pariaman, Pondok Pesantren dan komunitas Tuanku untuk bersama-sama membangun daerah dan umat lebih baik, lebih sejahtera dan diyakini tetap teguh dalam iman, taqwa dan akhlak mulia. Filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, (ABS-SBK), Syarak Mangato adat Mamakai, Syarak Mandaki, Adat Manurun adalah amanah kaum terpelajar nan arif bijaksano adalah tanggung jawab generasi hari ini untuk mewariskannya.
Yayasan Islam Islamic Centre Syekh Burhanuddin memberikan ruang berkiprah bersama untuk semua pewaris tradisi Syekh Burhanuddin, khususnya Tuanku, dan calon Tuanku untuk memperkuat identitas, jati diri dan kapasitas diri melalui Pendidikan Tinggi, bergabung pada Program Tuanku Sarjana dengan mendaftarkan diri menjadi Mahasiswa Sekolah Tinggi Syekh Burhanuddin Pariaman dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Islam (PUDINI). Semoga ikhitiar dan kerja ilmiah ini bermanfaat untuk umat dan bangsa. Amin.ds.02122024.
*Ketua Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin Padang Pariaman