Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Cermin "Dalam" Oleh: Duski Samad

Artinya: (Dikatakan,) “Bacalah kitabmu. Cukuplah dirimu pada hari ini sebagai penghitung atas (amal) dirimu.”(QS.Isra'14). Artinya: Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui (QS. Al Ankabuut, ayat 64).

Dua ayat di atas oleh Imam Al Ghazali menjadi dalil bahwa peristiwa akhirat itu sudah dapat diketahui sejak hidup di dunia, maknanya kehidupan ghaib sejatinya dapat dijangkau oleh alam lahiri, di dunia digital saat ini sudah meniscayakan bisa mengetahui dan menghitung yang tak terjangkau pikiran biasa. Imam Al Ghazali menyebut ilmu yang dapat mengetahui metafisika itu ilmu mukasyafah.

Ilmu mukasyafah disebut juga ilmu batin, ghayah atau puncak ilmu. Ahli al arifin menyatakan orang yang tak punya ilmu mukasyafah ia dikhawatirkan su'ul khatimah, lemah tasdiqnya, dan lemah pula penyerahan (taslim)nya. Ilmu mukasyafah itu adalah “Cahaya dalam” yang dapat menyinari semua sisi kehidupan. 

Ilmu adalah alat untuk mengetahui aib dan kelebihan diri. Cermin lahir menangkap kesalahan dan kepantasan yang akan ditampilkan. Cermin batin (limu mukasyafah) dapat pula memantulkan situasi yang akan dihadapinya kelak di alam sana pasca kematian, barzah dan akhirat jadi nyata oleh ilmu mukasyafah. 

Sayang banyak hamba tertutup bagi “cermin dalam” disebabkan ada dua sifat yang menutup hamba dari mukasyafah, yaitu bid'ah (membuat yang tak diajarkan Nabi artinya kehidupannya di luar aturan syariah. Memadakan ilmu lahiriyah atau berlandasan ilmu dunia saja akan menutup pintu ladunni. Siapapun mesti membuka hijab ilmu lahiri dengan taat pada syariat. Penutup tebal kebenaran lainnya adalah kibir (sombong, merasa semua hal diketahui dan dapat diselesaikannya).

Pendapat ulama sufi lain, qiila, penutup atau hijab tebal dari cahaya batin adalah muhibbun dunya (cinta duniawi yang tak dikendalikan syariah) dan terperdaya ketidak-baikan yang dihembuskan nafsu serta tidak sampai pandangan atau tidak menemukan tahqiq (kebenaran sejati). Ilmu mukasyafah adalah tahqiq (kesempurnaan) dari semua ilmu, dan siapa yang menolaknya maka ia la yazuq (tidak akan merasakan hakikat apapun.

Ilmu mukasyafah adalah miliknya shadiqiin wal muqarrabin (orang benar dan dekat dengan khaliq). Artinya hanya orang shiddiq dan dekat jiwanya dengan Khaliq yang diberi cahaya batin yang baik. Lebih tegas dinyatakan bahwa mereka yang disebut mukasyafah atau kasyaf adalah yang hatinya bercahaya, bersih dan suci, tidak sedikitpun diisi oleh mazmumah (tercela).

Cermin hati yang disebut juga nur hati sudah terbuka maka ia akan mendengar dari yang di dengar (suara batin dan bisikkan ilahi), sempurna baginya makna universal tanpa cela. Saat itu ma'rifah menjadi tetap (baqi) baginya urusan akhirat, hisab, sorga, neraka dan peristiwa gaib lainnya. Saat cahaya batin terang maka liqa (bertemu) dengan hakikat akan nyata. 

Makna liqaa' (bersua) dengan Allah swt yang dimaksud adalah dekat kepada-Nya wa nuzul ilal jawarih (nampak dalam sikap dan perilaku hidup) senang (sa'adah) manusia, malaikat dan nabi terhadap mereka. Pesannya cahaya batin akan menyinari anggota tubuh, sikap dan prilaku hidup. 

Mukasyafah dapat dicapai dengan riyadhah bil ilmi wa ta'alim, artinya dengan melatih hati dan mengamalkan semua ilmu yang diajarkan syariah. Ilmu mukasyafah tidak ditulis dalam kitab, tidak pula dibicarakan, tetapi ia nikmat Allah yang diberikan pada ahlihi (keluarga Ilahi). Keluarga Ilahi maksudnya mereka sudah dekat dan hidup dalam bingkai kebenaran Ilahi. Mustahil hijab terbuka bila hati tidak menyatu dengan yang punya hati. 

Mukadyafah ilmu khafiy diberikan pada siapa yang di kehendaki-Nya. Datang dalam hadist....ada ilmu yang tersimpan rapi, hanya ahli ma'rifah yang diberi. Bila ada yang membacanya hanya ahli ihtirar yang paham, Allah pasti tidak menurunkan mukasyafah pada orang hina, karena ilmu ini membawa kemuliaan tinggi. 

Prasyarat untuk terbukanya Cahaya hati atau ilmu mukasyafah bila ilmu muamalah, sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari sepenuhnya dalam aturan dan syariat. Ilmu muamalah dalam makna yang lebih khusus adalah berkaitan ahwal qulub (sifat hati) yang terpuji. 

Sifat hati yang terpuji di antaranya sabar dan syukur, khauf dan raja', ridha, zuhud, taqwa, qanaah, sakha'(pemurah), ma'rifah karunia tertinggi. Ihsan dan husnudzan, baik akhlak dan pergaulan, shiddiq, Ikhlas dan akhlak terpuji lainnya, apabila kuat sifat-sifat hati di atas itu semua adalah tanda berpengaruhnya ilmu akhirat dan akan memudahkan hamba mendapatkan terbuka hati menerima ilmu hakiki.  

Sedangkan adanya sifat-sifat tercela lawan dari sifat di atas adalah penutup ahwal qulub. Hati akan tertutup rapat dari cahaya kebenaran bila akhlak tercela tidak bisa dihentikan. Artinya sifat hati buruk atau akhlak tercela diyakini akan membawa kedurhakaan dan itu karena lemah hati untuk mengetahui hal ihwal tentang akhirat dan hikikat yang mutlak. 

Konklusi bahwa menurut Imam Al Ghazali cahaya batin yang wujudnya disebut juga dengan ilmu batin atau mukasyafah adalah kelebihan atau anugerah bagi hamba tertentu. Orang yang kasyf dapat menjangkau pengetahuan akhirat dan situasi masa datang yang akan dialaminya. Sedangkan ilmu dzahir (kerja-kerja baik) adalah awal, dasar dan sekaligus mesti parallel untuk mendapat kebenaran sejati. Kedua jenis ilmu (muamalah dan mukasyafah) akan dapat bermanfaat bila iman pada akhirat kuat, riyadhah (latihan spiritual) berjalan baik. Keyakinan pada keadaan yang akan dihadapi di akhirat menjadi pemacu untuk berbuat baik dan menjadi rem dari kejahatan. Semoga tajdid iman bil akhirat merefresh hati, pikir dan perbuatan yang baik dan lebih baik. Semoga ilmu mukasyafah mendekati kita semua, Amin.031224

*Guru Besar UIN Imam Bonjol 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies