Istilah ceramah tak ramah dipakai oleh juru bicara istana dalam menyikapi olok-olok Gus Miftah terhadap penjual es teh ketika ia berceramah. Istilah ceramah tak ramah jadi cuitan netizen terkait candaan penceramah Gus Miftah itu. Era digital yang meniscayakan hakim netizen dengan palu viral, tranding topik dan ada yang sampai framing, telah dengan mudah mempromosikan juga menjatuhkan kredibilitas, tak terkecuali Gus Miftah.
Kasus Gus Miftah satu di antara hakim netizen terhadap candaan tidak pantas oleh seorang penceramah kondang yang baru beberapa bulan diberi amanah utusan khusus Presiden bidang kerukunan, harmoni dan moderasi beragama. Bahkan ada kritik keras netizen dengan "sarkasme" lebih baik jual es, dari jual agama".
Tidak dapat disalahkan netizen, sebab kehadiran Gus Miftah di Kabinet Merah Putih justru tugas fungsinya untuk membangun harmoni, toleransi dan moderasi beragama bagi memastikan persatuan dan kesatuan bangsa.
KRITERIA CERAMAH TAK RAMAH
Ceramah bisa dikategorikan "tak ramah" jika memenuhi beberapa kriteria berikut:
1. Mengandung Ujaran Kebencian.
Ceramah yang memprovokasi kebencian terhadap kelompok tertentu berdasarkan agama, ras, etnis, atau pandangan politik.
Menggunakan bahasa kasar, merendahkan, atau menyebut kelompok lain dengan istilah yang menghina.
2. Menghasut Kekerasan.
Mengajak atau memprovokasi jamaah untuk melakukan tindakan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, terhadap orang atau kelompok lain.
3. Menyebarkan Informasi Salah (Hoaks)
Menyampaikan informasi yang tidak terverifikasi atau bohong dengan tujuan menyesatkan atau menciptakan keresahan.
4. Mengadu Domba.
Ceramah yang memecah belah masyarakat dengan narasi "kami vs mereka" atau menyebarkan fitnah untuk menciptakan permusuhan.
5. Merendahkan Nilai-nilai Keagamaan Lain
Menyerang atau menghina ajaran agama lain dengan cara yang tidak santun, tanpa dasar ilmu, atau hanya untuk membangun superioritas kelompok tertentu.
6. Tidak Membawa Pesan Positif.
Lebih fokus pada kritik tanpa solusi, atau hanya menyebarkan ketakutan dan kebencian tanpa memberikan motivasi atau panduan hidup yang lebih baik.
Kriteria ini penting untuk menjaga ceramah tetap menjadi sarana dakwah atau komunikasi yang membangun dan harmonis di tengah masyarakat yang beragam.
KIAT CERAMAH RAMAH
Dalam Islam, ceramah atau dakwah yang ramah adalah cara penyampaian pesan agama yang berlandaskan hikmah, kasih sayang, dan adab yang baik. Berikut adalah beberapa ketentuan ceramah yang ramah dalam Islam:
1. Menggunakan Hikmah
Al-Qur'an memerintahkan penyampaian dakwah dengan hikmah. Dalam Surah An-Nahl (16:125), Allah berfirman: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
Artinya, isi ceramah harus bijaksana dan relevan, sesuai dengan kondisi audiens.
2. Menghindari Kekerasan Verbal.
Rasulullah SAW adalah teladan dalam berbicara dengan lemah lembut. Bahkan ketika menghadapi orang yang berbeda pendapat atau bersikap kasar, beliau tetap mengutamakan kelembutan dan sopan santun.
3. Fokus pada Penyampaian Pesan Positif.
Ceramah yang ramah tidak menyinggung atau mencela pihak lain. Menghindari menyulut perpecahan, seperti mencaci kelompok tertentu, adalah sikap yang diajarkan dalam Islam.
4. Mengenal Audiens.
Dakwah yang efektif memahami latar belakang, budaya, dan situasi audiens. Ini membantu menciptakan suasana yang kondusif dan relevan bagi para pendengar.
5. Berbahasa Baik dan Sopan.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim). Bahasa ceramah harus santun dan mudah dipahami.
6. Menyampaikan dengan Ikhlas dan Tanpa Paksaan..
Dalam Islam, dakwah bukan untuk memaksa, melainkan mengajak dengan kasih sayang. Dalam Surah Al-Baqarah (2:256), dinyatakan: "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama."
7. Menghindari Klaim Kebenaran Mutlak Secara Pribadi.
Sebaiknya ceramah menyampaikan ajaran Islam berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur'an dan Hadis, bukan pendapat pribadi yang bersifat dogmatis.
Ceramah akan lebih mudah diterima dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
MEMBANGUN HARMONI
Ceramah agama apapun materi, metode dan tujuannya adalah untuk membangun harmoni. Harmoni adalah jelas menjadi tujuan semua agama dan kepercayaan.
Membangun harmoni, baik dalam masyarakat maupun hubungan interpersonal, memerlukan pendekatan yang mencakup empati, komunikasi yang baik, dan sikap saling menghormati. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Meningkatkan Pemahaman Antarindividu. Pahami perbedaan nilai, budaya, agama, dan pandangan orang lain. Hindari prasangka dan stereotip.
2. Mengembangkan Komunikasi yang Positif. Dengarkan secara aktif tanpa menghakimi.Gunakan bahasa yang sopan dan netral dalam diskusi atau konflik.
3. Membangun Rasa Empati. Cobalah melihat situasi dari perspektif orang lain.
Tunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
4. Menciptakan Tujuan Bersama. Fokus pada kesamaan dan tujuan bersama daripada perbedaan. Kerjasama dalam mencapai hasil yang menguntungkan semua pihak.
5. Mengelola Konflik dengan Bijak. Hadapi konflik dengan kepala dingin dan niat mencari solusi, bukan mencari kesalahan.
Jika perlu, gunakan pihak ketiga untuk menjadi mediator.
6. Menghormati Hak dan Kewajiban Orang Lain. Berikan ruang kepada orang lain untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan.
Jangan memaksakan pandangan atau keyakinan pribadi kepada orang lain.
7. Mempraktikkan Kesadaran Diri. Kenali kelemahan dan emosi diri agar tidak mudah tersulut konflik. Evaluasi diri secara berkala untuk memperbaiki hubungan dengan orang lain.
Menjadi penceramah dan publik figur di era digital dituntut serius menjaga etika personal, interpersonal dan lebih lagi narasi ketika berada di ruang publik. Jika tidak ingin punah, jadilah penceramah yang ramah. Siapapun bisa saja keseleo atau di framing, maka hati-hati, dan waspadalah, kata bang napi. 05122024.
*Ketua FKUB Provinsi Sumatera Barat