Pencapaian gelar akademik Professor adalah prestasi puncak yang diraih seorang dosen pada perguruan tinggi. Menjadi guru besar tentu adalah menjadi inspirasi bagi civitas akademika, keluarga, umat dan bangsa.
Riwayat pencapaian seorang tiba pada level guru besar bukan saja soal prestasi akademik, penelitian dan banyak cerita yang berliku-liku, suka dan duka, namun hasilnya tentu dirasakan luar biasa untuk kebaikan umat dan bangsa.
Cerita dan kisah seorang untuk sampai pada karir keilmuan tertinggi (Professor), hebatnya itu ada garis penyambung yang saling berkait adalah berkaitan dengan kebanggaan dan kisah pengabdian orang tua, dan keluarga dengan segala suka dukanya.
Strategis dan pentingnya kedudukan Professor lebih utama itu pada nilai (value) kematangan (interdependent). Nilai atau value professor adalah istilah yang dapat merujuk pada beberapa hal tergantung pada konteksnya.
Secara umum, "value professor" utamanya adalah tanggung jawab akademik yang berfokus pada pengajaran nilai atau etika. Seorang dosen atau pengajar yang mengajarkan tentang nilai-nilai moral, etika, atau filsafat kehidupan. Mereka sering kali mengajar mata kuliah seperti etika bisnis, filsafat moral, atau pengembangan karakter.
Posisi sebagai pengajar menekankan nilai dalam proses pendidikan adalah value guru besar. Ini merujuk pada seorang profesor yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga berusaha membangun nilai-nilai integritas, empati, dan tanggung jawab dalam diri siswa.
Dalam konteks ekonomi value professor mungkin adalah akademisi yang fokus pada studi valuasi perusahaan atau investasi, membantu mahasiswa memahami bagaimana menentukan nilai aset atau perusahaan secara akademik.
Jadi dapat dikatakan bahwa nilai keprofessoran seseorang adalah keunggulannya pada nilai-nilai moral, etika, akademik dan sekaligus juga berkaitan dengan ekonomi. Ekonomi dalam artian profit, tetapi yang paling utama itu dalam makna benefit, manfaat.
Patut diingatkan bahwa value Professor dapat efektif apabila penyandang gelar itu secara psikologis memiliki kesehatan mental prima dan memiliki kematangan ilmu. Seorang professor dituntut untuk bebas dari ketergantungan (dependen).
Dependen berarti bergantung pada sesuatu atau seseorang untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan tertentu. Orang atau entitas yang dependen tidak dapat sepenuhnya berdiri sendiri dan membutuhkan dukungan, bantuan, atau pengaruh dari pihak lain.
Secara psikologi seorang dengan kepribadian dependen cenderung mengandalkan orang lain untuk membuat keputusan atau mendapatkan dukungan emosional.
Value professor akan dapat optimal bila kepribadian independen kuat pada dirinya.
Independen berarti tidak bergantung pada orang lain atau pihak lain, baik dalam pengambilan keputusan, pemenuhan kebutuhan, maupun menjalankan aktivitas. Seseorang atau sesuatu yang independen mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab atas dirinya, dan tidak memerlukan bantuan atau pengaruh eksternal untuk berfungsi atau berhasil. Seorang Professor dituntut mandiri secara finansial, tidak bergantung pada dukungan orang lain.
Sifat independen sering dikaitkan dengan kemandirian, kebebasan, dan otonomi, tetapi juga menuntut tanggung jawab penuh atas tindakan dan konsekuensinya.
Value tertinggi yang mestinya ada pada diri seorang Professor adalah kematangan psikologis yang disebut kepribadian interdependen. Interdependent (saling ketergantungan) adalah kondisi di mana dua atau lebih pihak saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhan tertentu.
Dalam hubungan ini, masing-masing pihak memberikan kontribusi yang penting, dan keberhasilan mereka bergantung pada keberhasilan pihak lainnya.
Dalam konteks sosial interdependen wujudnya ada dalam hubungan manusia, seperti keluarga atau komunitas, di mana anggota saling mendukung secara emosional, finansial, atau dalam bentuk lainnya.
Esensi interdependen adalah saling ketergantungan menciptakan hubungan yang dinamis, tetapi juga bisa menuntut keseimbangan agar tidak terjadi ketidakseimbangan kekuasaan atau eksploitasi.
Narasi besar tentang pembaharuan hukum Islam yang disampaikan Professor Sobhan, jejak Demokrasi Indonesia yang menjadi orasi ilmiah Professor Welhendri Azwar, Internalisasi Nilai Ilahiyah dan Insaniyah dalam pembelajaran microteaching oleh Professor Zainal Asril dan Pembelajaran Abad 21 untuk meningkatkan HOT skill oleh Professor Nana Sepriyanti adalah buah dari kemandirian (independen) dan hubungan keseimbangan yang dinamis (interdependen) dalam waktu panjang dan kerja keras tiada henti, yang pasti juga anugerah dari Yang Maha Kuasa. Selamat, semoga empat guru besar yang dikukuhkan hari ini terus memberikan pengabdian terbaik untuk keluarga, UIN, umat dan bangsa. Amin.26112024.
*Ketua Senat UIN Imam Bonjol