Dr. Irwandi Sulin Dt. Gadang |
Debat antar calon bupati kita, nampaknya masih datar-datar saja dan berkutat bagaimana keberhasilan dan kegagalan masa kepemimpinan sang calon. Ini menarik memang jika kita bicara kemampuan masing-masing sudah sangat terbaca.
Biasa saja seakan tidak ada yang akan terbarukan, untuk Padang Pariaman ke masa datang. Kita masih akan berputar pada lingkaran yang tidak akan membesar, bahasa kamu apa dan aku apa...dan pilihlah aku nantinya hanya berdasarkan cerita dan retorika, sepertinya sulit berharap banyak.
Sebagai warga Padang Pariaman, isu dan isi debat ini menjadi kurang menarik untuk diceritakan dan dibahas. Jujur yang diharapkan di masa depan negeri ini adalah adanya program pembaharuan yang mungkin akan ditonjolkan oleh masing-masing kandidat.
Yakni satu unggulan demi masa depan buat anak negeri bukan hanya cerita jembatan yang putus, lambat dibangun dan jalan yang walahu'alam yang diceritakan dan diperdebatkan. Bukan soal mengantar proposal ke Jakarta dan ribut dengan tindak lanjut proposal. Itu hanya cerita tukang pos dan alamat yang salah.
Hari ini Padang Pariaman mempunyai dua calon, satu incumbent dan satu lagi penantang yang mantan anggota DPR RI. Cuma dialogisnya tidak mencerminkan kepiawaian sebagai para tokoh.
Kami masyarakat sudah lama merindukan dialogis konsep menata masa depan yang lebih faktual, tentang keterlambatan daerah dalam menata RTRW, tata ruang daerah yang mempunyai urgensi terhadap pertumbuhan daerah di masa datang, dan aturan tata ruang untuk kawasan ekonomis, pertanian dan tambang yang masih berlandaskan pada konsep yang lama, kecuali tambang galian yang berlindung di bawah payung Program Strategis Nasional, sehingga terabaikan fungsi lingkungan (lihat data izin penambangan Kabupaten Padang Pariaman), nyaris tidak memperhitungkan kondisi masa lingkungan.
Di sisi lain kami berharap adanya kandidat yang berani berbicara tentang harapan dan fakta kemampuan kandidat membawa investasi ke daerah, dan membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi anak negeri, baik fokus investasi ataupun side multiplayer effek investasi dimaksud.
Baik dalam mengembangkan potensi lokal ataupun memusatkan potensi daerah Sumbar dan luar daerah ke Padang Pariaman, untuk membangun infrastruktur ekonomi terkini demi kebaikan anak negeri.
Kenapa kita bicara tata ruang? Seingat saya atau mungkin saya kurang mengikuti, TtR Kabupaten Padang Pariaman ini ditata di tahun 2005 ketika dibuat 9 kawasan strategis di dengungkan, dan semenjak itu rasanya belum lagi direview atau renovasi, sehingga banyak peluang investasi yang kemudian beralih karena kawasan masih berada dalam bentuk lain.
Sementara lahan dan fungsi ekonomis lahannya sudah sangat berubah karena tuntutan. Sektor ini rasanya terabaikan saja dalam kontek dialogis antar calon, sementara disadari oleh kalangan pengamat tertentu, sektor ini sangat berperan dalam pengembangan daerah dan kawasan pertumbuhan ekonomi dan investasi di daerah.
Sebaliknya ada beberapa kawasan beralih fungsi disebabkan oleh faktor tertentu dalam tanda kutip.
Di sisi lain, dengan kondisi daerah saat ini dan masa depan daerah dan investasi, kedua kandidat sepertinya kurang berminat untuk membahasnya. Entah sulit menarik investasi atau memang dianggap tidak kompeteble.
Sebagai putra daerah yang mengikuti gezah 5 bupati yang berlalu, sangat berharap calon kepala daerah untuk tidak ngotot hanya dalam menata APBD dan PAD. Karena ini hanya rutinitas daerah yang sudah diatur dari pusat dan daerah.
Kemampuan kepala daerah dalam membawa investasi dan pembaharuan ekonomi, akan lebih sangat tinggi nilainya, karena dengan adanya investasi yang masuk akan sangat membuka kesempatan kerja di daerah, di samping membawa multyplayer effek bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah Padang Pariaman.
Mengingat waktu masih ada beberapa hari lagi menjelang pemilihan bupati, kami sangat berharap calon kepala daerah, untuk tidak hanya fokus pada sektor kegagalan masing-masing calon ketika masa menjabat. Karena kita tidak bodoh sekali membaca kepiawaian kandidat.
Mari kita pilih bupati, kita besarkan, kemampuan, fakta kinerja dan aktualitas program kerja, unggulan dan rekam jejak. Bukan karena retorika dan maaf mungkin adanya pemberian. Jika ada, kita harus ingat bahwa 5 tahun itu sangat lama sahabat. (***)