"Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang. Tetapi, jika sebagian kamu memercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 283)
Ayat di atas dikutip oleh Imam Al Ghazali pada bab keutamaan ulama, ilmuwan dan ilmu pengetahuan. Orang berilmu adalah pasak untuk kehidupan dunia akhirat yang baik. Menghidupkan ilmu adalah tugas abadi setiap insan yang berakal.
Hebat sekali kitab Ihya Ulumuddin memulai bab pertamanya dengan keutamaan ilmu, ulama, ilmuwan, pengajar, murid dan semua orang yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan.
Ilmu yang dimaksud di sini adalah semua bidang yang dapat mencerdaskan dan mencerahkan. Imam Al Ghazali tidak memisahkan ilmu dunia dengan ilmu akhirat. Dikhotomi ilmu adalah berbahaya bagi kebaikan manusia. Siapa saja yang memisah-misahkan ilmu adalah sekuler.
Lebih dalam dijelaskan ada 3 (tiga) kata yang berhubungan belajar mengajar, pertama ta'lim artinya belajar, menjadi murid, siswa, peserta didik yang lebih menekankan pada transfer ilmu. Kedua Tarbiyah adalah ilmu yang fokusnya pada pembentukan pendidikan kepribadian, dan ketiga al-Irasyd menekankan pada keterampilan, life skill atau disebut juga dengan pencerahan hidup.
Imam Al Ghazali menguraikan ada 4 (empat) jenis bidang kehidupan yang wajib dilakukan oleh orang-orang berilmu (ilmuwan), ulama, pakar dan cendikiawan. Artinya keterlibatan ilmuwan, cendikiawan dan ulam dalam empat bidang kehidupan adalah mutlak untuk selamatnya dunia akhirat. Keempat bidang itu berkaitan dengan kebutuhan hidup individu dan masyarakat menuju hasanah fiddunya wal akhirat.
1. Pembahasan dan kajian tentang Mazra'ah. Mazra'ah, pangan, makanan pokok artinya segala hal yang berkaitan dengan pertanian, konsumsi dan kebutuhan pokok, sembako. Setiap kebijakan tentang pertanian mesti diurus dan dilakukan oleh orang yang berilmu. Ilmuwan, pakar dan akademisi pertanian adalah pondasi bagi kehidupan satu bangsa, karena merekalah yang paling bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pokok yang tidak merata dan tak terjamin akan membawa kekacauan masyarakat. maka apapun usaha dan produk pertanian mesti dilindungi negara sejak pra produksi, produk, penjualan dan pemeliharaannya dan keterjaminannya.
2. al-Hayakah, artinya sandang atau pakaian. Sandang atau kebutuhan pada pakaian adalah hajat pokok yang mesti ada. Semua kebutuhan pakaian wajib dipenuhi negara, dimana ilmuwan dan pakar industri konveksi adalah wajib adanya. Pakaian bukan saja sebagai kebutuhan pokok, tetapi juga identitas, marwah dan martabat manusia. Industri pakaian wajib dijamin dan dikembangkan, ilmu, pakar, akademisi dan pengusaha pakaian wajib mendapat jaminan negara untuk memelihara bangsa.
3. al-Bina', perumahan. Kebutuhan penyediaan rumah bagi penduduk adalah primer dan wajib hukumnya dipenuhi negara. Ilmuwan, akademisi dan penguasa perumahan adalah soko guru utama untuk menghadirkan pemukiman yang ramah lingkungan dan sekaligus memungkin terciptanya hidup yang damai dan sejahtera. Perumahan bukan sebatas tempat tinggal saja, tetapi untuk membangun kebudayaan dan peradaban, rumah sekaligus juga simbol, lambang kemajuan peradaban manusia.
4. al-Siyasah, politik. Politik adalah kebutuhan pokok yang wajib dipelajari, diajarkan dan dikembangkan terus menerus oleh ulama, ilmuwan dan cendikiawan. Politik itu aslinya untuk ta'lif wal ijtimak, artinya menata, menyusun dan mengelola masyarakat, politik juga bermaksud untuk memastikan adanya ta'awun alal asbab al-maisyah (saling membantu yang menjadi sebab suksesnya semua urusan kehidupan). Ilmu politik, ilmuwan politik, politisi dan instrumen politik adalah penting dalam sistim kehidupan yang dapat menegakkan kehidupan yang baik. Ulama, ilmuwan, cendikiawan tidak boleh anti politik, tetapi justru menjadi aktor perubahan politik yang berbudaya, beradab dan bermartabat.
Keempat jenis usaha pokok ini wajib dipelajari, dikembangkan dan disediakan bi'ah (lingkungan kondusif) yang memungkin tumbuh dan berkembangnya adalah keharusan bagi masyarakat yang ingin maju dan beradab. Pembaharuan cara menghasilkan pertanian, industri pakaian, perumahan dan politik adalah empat pondasi dari bagi tegaknya peradaban moderen. Perusahaan yang bergerak dalam layanan distribusi, dan yang berkaitan dengan semua usaha di atas dapat berjalan baik bila ilmu tentang ini terus dikembangkan. Inovasi dan kemajuan tentang empat bidang dasar di atas mesti terus diperkuat.
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa politik mesti dibangun atas dasar al-istaslah al khalq, artinya menghadirkan dan mendapatkan kebaikan yang lebih banyak, berorentasi pada kebaikan semua makhluk semuanya. Politisi dan ilmuwan politik mesti mendorong terus menerus al irsyad, ila thariqil mustaqim, membimbing kejalan lurus menuju kehidupan sukses dunia akhirat.
Untuk mensukseskan bidang keilmuan di atas, setidaknya ada empat jenis, tingkatan atau level pemimpin politik;
(1) al-'Aliya, yaitu kedudukan tertinggi yaitu Nabi, yang tugas utamanya menyatu padanya kepemimpinan dunia akhirat, zahir dan batin, artinya pemimpin politik kaffah dan rahmatan lil alamin,
(2). Al khulafa', al-Mulk, wa sultan, khalifah, raja dan sultan adalah pemimpin yang memang tugas utamanya mengurus secara keseluruhan, tetapi kewajiban utamanya adalah kewajiban menyejahterakan lahiriyah, fisik dan yang dapat diukur, soal batiniah masyarakat tidaklah urusan utamanya.
(3). al-Ulama, alim, dan ulul albab adalah pemuka agama yang diamanahi sebagai pewaris nabi dalam hal-hal yang berkaitan dengan al-diin dan batiniah umat. Ulama berkewajiban membimbing umat ruhaniyah, mental dan pengabdiannya pada sang Khaliq. Ulama mesti diikuti pendapatnya, dihentikan larangannya, dihormati dan dimuliakan, ianya.
(4) al-Wa'idz (Pengajar, guru, dosen dan pembelajar) tugasnya mengurusi batin (ruhaniyah), kecerdasan dan pencerah masyarakat. Bahagian keempat ini yang disebut al-ta'lim wal mu'talim dimana mereka adalah pihak yang diberi amanah mewakili ulama dan Nabi.
Konklusi dari bab tentang utamanya ilmu, ulama, cendikia dan pakar adalah mereka sosok yang diangkat Allah derajatnya. Al Ghazali menegaskan bahwa tidak ada pemisahan antara ilmu dunia dengan akhirat. Ilmu sejatinya yang dapat membawa kebahagian dunia dan akhirat. Menjadi orang tiada henti belajar, mengajar, mengurus dunia pendidikan, melakukan pengajaran, menjadi ilmuwan, ulama dan semua urusan pendidikan, pengajaran dan pencerahan adalah ibadah tertinggi dan mulia. (Ihya ulumuddin, juz 1, h. 17-22). Kajian Subuh Masjid Darul Muttaqin, Selasa, 12 November 2024.
*Guru Besar UIN Imam Bonjol
.