Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Mahalnya Hubungan Sosial Oleh: Duski Samad

Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (QS.Ali Imran (3):103).

Ayat di atas memberikan perintah jelas bahwa meneguhkan hubungan dengan Allah (hablumminallah, aqidah dan ibadah) bergandengan dengan penguatan hubungan sosial (hablumminannas). Dua garis paralel yang mesti digenggam erat. Penguatan aqidah dan ibadah lebih pada ruang privat, sedangkan hablumminannas itu berkaitan lingkup publik. 

Kata waa'tashimu artinya pegang kuat atau berkomitmen dan konsisten dalam menjaga tugas kehidupan yang sakral, aqidah dan ibadah, begitu juga dengan kewajiban profan atau duniawi. 

Keutuhan beriman dan berislam diikat dalam bingkai persatuan, dan meninggalkan watak negatif, pecah belah atau konflik. Konsep walatafarraqu jangan berpecah atau konflik itu menunjukkan pentingnya persatuan dan kesatuan. 

Kesatuan (wahdat al aqidah, ibadah wal muamalah) sulit mewujudkannya, karena memang bawaan lahir negatif dari manusia adalah bangga dengan kelompoknya (QS.al- Ruum, 32). Hanya Allah yang dapat menyatukan hati hamba, berapapun biaya yang akan dikeluarkan jadi sia-sia tanpa diikat kepentingan kebenaran (QS. Al Maidah, 63).

MEREKAT HUBUNGAN SOSIAL

Hubungan sosial adalah interaksi atau hubungan antara dua orang atau lebih yang saling memengaruhi satu sama lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan ini dapat terjadi di berbagai konteks, seperti keluarga, masyarakat, tempat kerja, atau lingkungan lainnya.

Hubungan sosial baik buruknya dapat dilihat interaksi, saling memengaruhi dengan tujuan. Hubungan sosial biasanya memiliki tujuan tertentu, seperti kerja sama, pertukaran informasi, atau membangun relasi.

Hubungan sosial berkaitan norma sosial. Hubungan sosial sering diatur oleh norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Hubungan sosial ada yang bersifat hubungan primer: Terjadi dalam kelompok kecil dan bersifat erat, seperti hubungan keluarga atau persahabatan.

Sedangkan hubungan sekunder lazimnya bersifat formal dan cenderung sementara, seperti hubungan kerja atau bisnis. Hubungan asosiatif muncul dalam bentuk kerja sama, akomodasi, atau asimilasi yang mempererat hubungan sosial.

Ada pula hubungan disosiatif. Konflik, persaingan, atau pertentangan yang cenderung memisahkan individu atau kelompok. Hubungan sosial adalah dasar dari kehidupan bermasyarakat, karena manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun emosional.

Merekat hubungan sosial pasca kompetis adalah langkah penting untuk menjaga harmoni di masyarakat. Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk merekat hubungan sosial ketika pontensi konflik terbuka.

Pertama adalah dengan mempromosikan dialog dan komunikasi. Ajak masyarakat berdialog terbuka tanpa menyalahkan. Fokuskan diskusi pada isu-isu yang konstruktif dan solutif. Fasilitasi ruang pertemuan informal, seperti acara komunitas atau diskusi lintas pendukung.

Kedua cegah dan hindari peluang adanya polarisasi. Jangan memperpanjang narasi yang memecah belah. Hindari menyebarkan ujaran kebencian atau hoaks yang dapat memperkeruh suasana. Dimana lukanya berdarah pada musim kampanye. Fokus pada kepentingan bersama, bukan perbedaan pilihan politik.

Ketiga. Perankan pemimpin dan tokoh masyarakat. Pemimpin politik, khususnya kelompok yang menang dan tokoh masyarakat tanpa memandang pilihan politiknya, harus memberikan contoh dengan menunjukkan sikap legawa dan mendorong rekonsiliasi dengan tulus. 

Mendorong tokoh agama, adat, atau komunitas lokal untuk menyampaikan pesan damai, persatuan dan kebersamaan untuk pembangunan bagi semua. Pemimpin yang fair dan elegan menjadi kunci terbangunnya hubungan sosial.

Keempat, memperkuat nilai-nilai kolektif dan nilai kebangsaan. Galakkan kegiatan yang memperkuat rasa kebangsaan, seperti peringatan hari besar nasional, kerja bakti bersama, atau lomba komunitas, bisa juga melalui spirit paguyuban dan gotong royong. Ingatkan kembali pentingnya persatuan sebagai satu bangsa di atas kepentingan politik sesaat.

Kelima melibatkan generasi muda, gen Z atau kalangan milenial. Ajak generasi muda menjadi agen perdamaian melalui media sosial dan kegiatan positif. Dorong milenial untuk membuat kampanye kreatif dengan narasi “kita bersaudara meski berbeda pilihan.”

Keenam dengan memaksimalkan peran media. Media harus bertanggung jawab menyajikan informasi yang mendinginkan suasana, bukan memprovokasi. Dukung jurnalisme damai yang memperkuat kohesi sosial.

Ketujuh, fokus pada isu lokal. Bekerja sama dalam menyelesaikan isu-isu lokal yang menjadi perhatian bersama, seperti pendidikan, kesehatan, atau lingkungan.

Kegiatan kolaboratif ini dapat merekatkan hubungan antar kelompok. Disamping itu perlu diselenggarakan acara yang mengikutsertakan seluruh elemen masyarakat tanpa memandang pilihan politiknya, seperti olahraga bersama, festival budaya, atau bakti sosial.

Pendekatan sebagaimana di atas membutuhkan komitmen semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah, untuk membangun kembali kepercayaan dan rasa persaudaraan.

Konklusi bahwa keretakan dan potensi konflik dapat dicegah bila hubungan sosial diserasikan sedemikian rupa. Menyadari dan menyadarkan setiap orang bahwa kepentingan bersama mesti lebih diutamakan atas interest pribadi dan golongan. Hubungan sosial yang baik adalah investasi mahal dan berharga, maka lingkaran kecil diminta masuk ke dalam lingkaran besar. #tapiair301124.

*Kajian Zohor Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi, Sabtu, 30 November 2024

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies