Tulisan Jago Kandang dan Tandang ini hadir sebagai respons dari pembaca tulisan penulis sebelumnya, Etik Lago sa Kandang, di media online Sigi.com yang mendapat sambutan antusias lebih dari 1.000 pembaca.
Istilah "jago kandang" memiliki dua pengertian: pertama, bermakna menjaga kandang, yakni dapat dipercaya sebagai figur yang kuat dalam menjaga harga diri kelompok, organisasi, atau daerahnya. Kedua, "jago kandang" bisa berarti hanya berani dan mampu sebatas wilayahnya, kampung halaman, atau kelompoknya saja.
Dalam kearifan lokal Minangkabau, ilustrasi orang yang disebut "jago kandang" atau "bagak di kandang" adalah mereka yang merantau lalu pulang kampung. Di warung, mereka bercerita hebat dan sukses di perantauan, tetapi ketika hendak kembali ke perantauan, sanak saudaranya heboh karena mereka justru menggadai atau menjual pusaka. Jago kandang, bahasa lapau-nya gadang ota.
Ciri-ciri atau karakter tokoh yang dikenal sebagai "jago kandang" atau "bagak di kandang" adalah mereka yang sulit diajak berdiskusi, merasa hanya dirinya yang benar, dan sering memaksakan idenya pada lawan bicara (alias kareh angok dan ba bana surang). Figur pemimpin yang masuk dalam kategori "bagak di kandang" biasanya berpikiran dangkal, argumennya sebatas wacana, dialektikanya kosong, singkek aka, dan tidak memiliki prospektif atau daya jangkau jauh ke depan kecuali sebatas memperjuangkan keinginan atau syahwat terselubungnya.
Karakter lain dari "jago kandang" atau "bagak di kandang" adalah hanya berani di lingkungan sekitar saja—bagak di rumah atau kampung. Pemimpin bagak di kampung ini berbahaya ketika maju menjadi pejabat publik dengan daya jangkau yang seharusnya luas, seperti Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, yang harus punya jaringan dengan pemerintah pusat, investor asing, dan hubungan internasional. Di era digital ini, tidak ada yang mustahil.
Sifat yang sulit diubah dari tokoh atau pemimpin yang terjangkit "virus jago kandang" atau "bagak di kampung" adalah kemampuan retorikanya yang memukau namun palsu. Mereka sering mencitrakan diri dan kinerjanya berlebihan, membawa nama orang besar, mangapik kapalo harimau, mengaku jago di luar, tetapi bukti kinerjanya jauh dari kenyataan (nihil, omong-omong begitu bahasa gaul politik yang lagi tren akhir-akhir ini).
PEMIMPIN JAGO TANDANG
Menyimak debat calon kepala daerah di TV nasional dan TV lokal, mendengar narasi, dan mencermati pola kepemimpinan yang sudah berjalan, tidak berlebihan jika dikatakan masih banyak kandidat yang jago kandang atau bagak di kandang. Hanya sedikit yang telah melewati demarkasi sebagai pemimpin jago tandang, yaitu mereka yang siap berlaga di luar zona amannya, mampu berkomunikasi, berinteraksi, dan membangun jaringan nasional bahkan internasional.
Menjadi tokoh, pemimpin, dan pejabat negara menuntut kesiapan dan kemampuan menjadi jago tandang. Untuk sukses menghadapi persaingan yang ketat, berat, dan melelahkan dalam merebut simpati masyarakat, perlu perjuangan yang sangat keras. Berikut adalah kiat untuk memenangkan kompetisi yang berat dan sulit:
1. Persiapan yang Matang: Lakukan riset mendalam tentang kompetisi. Ketahui aturan, kriteria penilaian, serta profil peserta dan pemenang sebelumnya. Persiapkan segala sesuatu dengan baik.
2. Tingkatkan Keterampilan: Kompetisi sulit sering kali membutuhkan keterampilan di atas rata-rata. Identifikasi keahlian yang perlu ditingkatkan dan latih secara konsisten.
3. Buat Strategi: Rancang strategi khusus untuk menghadapi kompetisi. Coba tentukan langkah yang bisa membuatmu menonjol, misalnya pendekatan unik dalam presentasi atau pengelolaan waktu yang efektif.
4. Bangun Mental Tangguh: Persiapkan diri menghadapi tekanan dan persaingan. Fokus pada kekuatan diri, hindari terpengaruh oleh pesaing, tetap tenang dan percaya diri saat menghadapi situasi sulit.
5. Evaluasi dan Belajar dari Kegagalan: Jika pernah gagal sebelumnya, pelajari dari kesalahan itu. Refleksi ini penting untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan performa.
6. Tetap Sehat: Kesehatan fisik dan mental mempengaruhi performa. Jaga pola tidur, makan yang sehat, dan jangan lupa olahraga agar stamina tetap prima.
7. Cari Dukungan: Temukan mentor atau teman yang bisa memberikan masukan konstruktif. Kadang, masukan dari orang lain bisa memberikan perspektif baru yang membantu.
8. Visualisasikan Kemenangan: Teknik visualisasi membantu membangun motivasi dan kesiapan mental. Bayangkan proses dan hasil yang sukses untuk membangun optimisme.
9. Kerja Keras dan Konsistensi: Usaha ekstra sering kali menjadi pembeda utama. Jangan hanya fokus pada hasil; nikmati prosesnya, karena usaha keras dan konsistensi inilah yang akhirnya membawa kesuksesan.
10. Doa dan Refleksi: Banyak orang merasa mendapat kekuatan ekstra melalui doa. Lakukan dengan ikhlas agar hati lebih tenang dan fokus.
Sepuluh tips untuk sukses menjadi figur yang bisa menang di kandang dan tandang, masih banyak lagi kemampuan yang harus disiapkan. Masyarakat umum sering kali menyebut bahwa logistik, uang, dan sarana pendukung adalah hal yang wajib. Memang logistik itu penting, tetapi bukan satu-satunya. Jika pemimpin dipilih berdasarkan pemberian atau hadiah dalam bentuk apa pun, selain melanggar hukum, hal itu juga merusak jiwa pemimpin dan rakyat yang memilihnya. Tidak ada keberkahan dari amanah yang didasari sogok-menyogok, walaupun dikemas dengan halus seperti ucapan terima kasih.
Bagian akhir dari tulisan ini mengingatkan bahwa kontestasi politik dan bentuk pemilihan pemimpin pada level mana pun harus memperhatikan dengan seksama figur yang akan dipilih. Jangan mudah terkecoh oleh penampilan luar dan bicara yang bagus. Setelah dilihat dengan benar, rupanya hanya jago kandang, bagak di kandang. Berat medan yang akan dihadapi masyarakat memerlukan pemimpin jago kandang sekaligus jago tandang.
Pemimpin di level apa pun adalah imam untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Jangan amanahkan negeri ini kepada mereka yang tampak baik, namun sebatas kemasan. Ayo, selektiflah dalam memilih dan perhatikan bimbingan nurani dan ajaran agama. Kriteria pemimpin sukses di antaranya dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 247:
> Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana (mungkin) dia memperoleh kerajaan (kekuasaan) atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) menjawab, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kepadanya kelebihan ilmu dan fisik.” Allah menganugerahkan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (kekuasaan dan rezeki-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Pesan ayat di atas, pemilihan jangan didasarkan pada kekayaan, tetapi pilihlah pemimpin yang baik imannya, berilmu, dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Semoga masyarakat semakin cerdas memilih pemimpin yang mampu mengantar negeri dan warganya menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amin. DS. @11112024
*Pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional