Pilkada 2024 khususnya di Sumatera Barat sejatinya tak ada bedanya dengan daerah lain di Indonesia, kecuali ada fenomena baru yakni tokoh agama yang kasat mata, terbuka, bahkan sampai pada tingkat photo ulama di baliho yang memberi dukungan terhadap satu Paslon.
Pada laman medsos, talk show di televisi, dukungan tokoh agama yang terbuka ini telah menghebohkan dunia nyata dan maya serta perbincangan informal di ruang publik seperti lapau, kedai, pasar, cafe, surau bahkan di masjid selesai Jumatan dan pertemuan lainnya.
Gaduh terselubung, ketidaknyaman opini, terhadap realita yang ditunjukan oleh tokoh umat kharismatik, dan institusi yang nyata-nyata mendukung satu Paslon adalah realita yang tentu harap dipahami dengan bijak. Dukungan tokoh kharismatik pada baliho, vidio dan ceramah langsung terhadap Paslon menimbulkan beragam pendapat, pro dan kontra yang diharapkan tetap dalam koridor mencerdaskan.
Keterlibatan mereka tokoh agama, dan tokoh lintas agama dalam dukung-mendukung pada kontestasi politik lokal, khususnya Pilkada 2024, diyakini memiliki beberapa efek negatif yang berpotensi dan jika tidak dikendalikan dapat merusak tatanan sosial dan keagamaan, rukun, harmoni dan saling menyapa.
MENCEGAH DAMPAK NEGATIF
1. Dampak Polarisasi di Masyarakat:
Ketika tokoh agama secara terbuka mendukung kandidat tertentu, masyarakat, terutama yang religius, cenderung terpolarisasi berdasarkan afiliasi politik. Hal ini dapat memperparah perpecahan sosial, menciptakan kubu-kubu yang sulit bersatu kembali bahkan setelah kontestasi.
2. Peran tokoh sebagai pemimpin moral:
Tokoh agama yang terlibat politik secara partisan bisa kehilangan citra netralitas mereka. Masyarakat melihat mereka lebih sebagai pendukung politik daripada pemimpin spiritual. Ini bisa mengikis kepercayaan masyarakat padanya sebagai pembimbing moral dan agama, karena mereka tampak memiliki agenda atau kepentingan politik tertentu.
3. Politik Identitas dan Sentimen SARA: Dukungan tokoh agama terhadap kandidat tertentu sering kali disertai dengan penggunaan simbol atau narasi agama untuk mendapatkan dukungan massa. Hal ini dapat memicu politik identitas yang memanfaatkan sentimen suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Akibatnya, perbedaan agama atau keyakinan dijadikan alat untuk mempengaruhi pilihan politik, yang berpotensi meningkatkan konflik dan diskriminasi di masyarakat.
4. Instrumentalisasi Agama:
Keterlibatan tokoh agama dalam politik bisa membuat agama menjadi alat untuk meraih kekuasaan. Ayat-ayat atau ajaran agama bisa disalahgunakan untuk mendukung kandidat tertentu, meskipun sebenarnya tidak relevan dengan konteksnya. Ini mereduksi nilai-nilai agama menjadi sekadar alat politik dan bisa merusak makna spiritualitas dalam masyarakat.
5. Mengaburkan Isu Keagamaan.
Tokoh agama yang terlalu terlibat dalam politik bisa kehilangan fokus pada isu-isu keagamaan, sosial, dan kemanusiaan yang lebih mendesak. Mereka mungkin lebih sibuk mendukung kampanye politik daripada memperhatikan kebutuhan keagamaan masyarakat, seperti dakwah, pendidikan agama, dan program sosial.
6. Keharmonisan Antar umat Beragama:
Dalam negara yang beragam secara agama, keterlibatan ulama dalam politik bisa menciptakan ketegangan antar umat beragama, karena ulama tersebut sering dianggap mewakili agama tertentu. Hal ini bisa memperkuat stereotip dan ketegangan antar umat, terutama jika dukungan politiknya menyinggung atau mengabaikan kelompok agama lain.
7. Kepentingan Politik dan Keagamaan:
Jika tokoh agama terlalu erat terikat dengan kepentingan politik, ada risiko bahwa keputusan keagamaan mereka dipengaruhi oleh tekanan politik atau dukungan terhadap kandidat tertentu. Hal ini bisa mengurangi kredibilitas fatwa tersebut di mata masyarakat.
8. Melemahkan Lembaga Keagamaan:
Ketika tokoh agama terlalu banyak berpolitik, lembaga-lembaga keagamaan bisa dipandang lebih sebagai institusi politik daripada lembaga spiritual. Masyarakat bisa kehilangan rasa hormat dan kepercayaan terhadap lembaga keagamaan, yang dianggap sudah terkontaminasi oleh kepentingan politik.
Dalam mazhab yang setuju tokoh agama dukung mendukung adalah diharapkan memainkan peran yang lebih netral, menjadi penengah, dan tetap mengedepankan kepentingan umat secara keseluruhan daripada kepentingan politik tertentu. Keterlibatan politik yang lebih proporsional dan bijak dapat membantu menjaga kedamaian sosial dan menjaga nilai-nilai agama dari pengaruh politik praktis.
MEMAKSIMALKAN MANFAAT POSITIF
Dukungan tokoh agama terhadap pasangan calon kepala daerah dapat memiliki sejumlah manfaat, yang tentu harus dimaksimalkan, terutama jika dilakukan dengan cara yang bijaksana dan mempertimbangkan kepentingan masyarakat luas.
1. Membantu Dalam Menentukan Pilihan:
Bagi sebagian masyarakat yang sangat menghormati dan mempercayainya.
Panduan dari tokoh agama dapat membantu mereka membuat pilihan yang lebih matang dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Dukungannya bisa memberikan referensi mengenai kandidat yang dianggap memiliki kualitas moral dan etika yang baik.
2. Menguatkan Nilai-nilai Moral Politik:
Mendukung pasangan calon yang dinilai sesuai dengan nilai-nilai agama, tokoh agama dapat mendorong munculnya pemimpin yang lebih berkomitmen pada etika dan moralitas dalam kepemimpinan mereka. Ini bisa membantu menciptakan pemerintahan yang lebih bersih, adil, dan berorientasi pada pelayanan publik.
3. Membangun Jembatan antara Pemerintah dan Masyarakat Agamis: Dukungan dari tokoh agama dapat membantu calon kepala daerah untuk lebih diterima oleh komunitas religius. Ini bisa membangun komunikasi dan kerjasama yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat agamis, serta memudahkan program-program pemerintah yang melibatkan peran agama atau pembangunan sosial.
4. Menguatkan Program Keagamaan:
Jika pasangan calon yang didukung tokoh agama terpilih, maka mereka cenderung lebih memperhatikan dan mendukung program-program keagamaan, seperti pendidikan agama, program sosial berbasis masjid, dan kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan umat. Hal ini bisa memperkuat peran agama dalam membangun masyarakat yang sejahtera.
5. Mencegah Penyalahgunaan Agama. Tokoh agama yang berpengaruh dapat memberikan panduan agar kandidat memiliki komitmen moral yang baik tidak menggunakan agama sebagai alat untuk menarik dukungan. Tokoh agama dapat memberikan dukungan berdasarkan kualitas dan komitmen, masyarakat bisa lebih terhindar dari calon yang mungkin memanfaatkan agama untuk kepentingan politik pribadi.
6. Memperkuat Program Pemberdayaan.
Calon kepala daerah yang didukung tokoh agama mungkin lebih berkomitmen dalam memberdayakan umat melalui program-program sosial. Misalnya, mereka mungkin akan lebih berfokus pada program-program yang memperhatikan kepentingan masyarakat kecil, pendidikan keagamaan, bantuan sosial, serta pembangunan infrastruktur yang mendukung komunitas keagamaan.
7. Memupuk Pemimpin yang Peduli pada Isu Keagamaan dan Sosial:
Dukungan dari mereka bisa mengarahkan calon pemimpin untuk lebih peka terhadap masalah keagamaan dan sosial, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan toleransi antar umat beragama. Ini bisa memperkuat komitmen calon terhadap isu-isu tersebut jika terpilih nantinya.
8. Menghindarkan Kampanye Hitam atau Tindakan yang Tidak Etis:
Tokoh agama dapat memberikan pengaruh agar kontestasi politik lebih sehat dan bebas dari kampanye hitam, hoaks, atau fitnah. Dukungan mereka bisa menjadi ajakan bagi para kandidat dan pendukung mereka untuk menjaga etika selama proses kampanye.
Dukungan tokoh agama dapat membawa manfaat, perlu diingat bahwa mereka juga harus mempertimbangkan aspek netralitas dan tidak mengorbankan kredibilitasnya sebagai pemimpin spiritual. Dukungan yang diberikan harus bersifat terbuka, berdasarkan kualitas kandidat, serta mengutamakan kesejahteraan dan kedamaian masyarakat.
Konklusi bahwa dukung mendukung terhadap paslon yang dilakukan tokoh agama adalah niscaya dan keharusan di masa sistim demokrasi terbuka. Pemimpin agama tidak mungkin absen, membiarkan umat jadi rebutan paslon, menelantarkan lahan dakwah melalui kekuasaan.
Masyarakat diharapkan "cerdas membaca tanda-tanda zaman" kemana arah dukungan seorang tokoh agama. Apakah tokoh agama memberikan dukungan terbuka, atau tertutup dengan alasan tertentu, yang tak mudah disurukkan adalah motif, arah perjuangan dan komitmen moral pendukung dan yang didukung. Fastabiqul khairat. DS. @loslambung#10112024.
*Ketua FKUB Provinsi Sumatera Barat