Dua khalifah, Ali Bakri Tuanku Khalifah dan Syahril Luthan Tuanku Kuniang. (ist) |
JAKARTA, Sigi24.com -- Ali Bakri namanya. Singkat dan mudah membacanya. Tentu nama yang dibawanya ketika dia lahir dulu.
Tunggal di Jakarta, tak membuat dia larut dalam hiruk-pikuk ibukota. Pernah mengaji, menuntut ilmu di sejumlah pondok pesantren di Sumatera Barat, Ali Bakri berhasil meraih gelar tuanku.
Tuanku Khalifah gelarnya. Makanya dia sering pulang kampung. Berkedudukan di Sikabu Ulakan, menjadikan dia tokoh yang diterima semua kalangan.
Ali Bakri Tuanku Khalifah ini pernah mengaji di Lubuk Pandan. Tulisannya rancak, dia sempat disuruh oleh Syekh Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pemilik Pesantren Madrasatul 'Ulum untuk menulis ijazah.
Di Ujuang Gunuang, Pesantren Dinul Ma'ruf, Ali Bakri Tuanku Khalifah pernah pula mengaji dengan Tuanku Basyaruddin.
Meskipun tamat S-2, Ali Bakri tak ingin menonjolkan deretan gelar akademik yang diraihnya di perguruan tinggi itu.
Perantau lebih senang memanggilnya "Ungku Ali". Pernah menjadi guru di sejumlah sekolah, tapi tak tersebut kalau dia seorang guru.
Pun berkali-kali pula dia naik haji ke Mekkah, belum bersua para tokoh Ulakan dan Padang Pariaman di Jakarta memanggil dia haji.
Sehari kami (Dr. H. Zalkhairi Tuanku Bagindo dan saya), Sabtu 19 Oktober 2024 menemani dan ditemani Ali Bakri Tuanku Khalifah ini di Jakarta, banyak kisah dan cerita yang mengalir dari dia.
Jalanan di Jakarta begitu familiar oleh dia. Terasa sekali dari kendaraan yang dibawanya, tak butuh google map selama itu.
Bagi dia lapau dan surau penting untuk dijadikan transit. Menjelang berurusan dengan pekerjaannya, penting untuk bercengkerama barang sebentar di lapau.
Di lapau kami pun bergarah, bercerita sambil ketawa lepas yang ditemani teh talue, minuman kesukaan Ali Bakri Tuanku Khalifah ini.
"Ini lapau yang buka sampai tengah malam. Dan saya nyaris tiap pagi singgah di sini," ujar dia.
Ajo pemilik lapau di Pasar Inpres Kebun Jeruk, Jakarta Barat ini memang terkenal pintar membuat teh talue.
Teh taluenya tergantung permintaan. Mau kelas satu, dua dan tiga, mau teh talue biasa, sudah lancar semua oleh Ajo ini.
Dia mengocok telur itik bukan dengan blender, tapi dengan lidi kelapa. Asli dan ori teh taluenya.
Pantasan para perantau kita kerasan minum dan sarapan pagi di kedai itu. Di lapau itu, teh talue sepertinya minuman spesial.
Ali Bakri Tuanku Khalifah memang terkenal hebat dan pintar. Di sekolah, surau dan kampus, dia tersebut sebagai anak pintar.
Dan kepintaran itulah membuat dia dijadikan Khalifah di kampungnya, Sikabu Ulakan.
Trah tokoh ulama hebat yang dilanjutkannya saat ini. Yakni Tuanku Karimun, yang bersambung terus ke Syekh Burhanuddin.
Kami ke Jakarta hanya satu tujuan, silaturahmi dan diskusi dengan Syahril Luthan Tuanku Kuniang. Langsung Sabtu itu ke rumah beliau.
Saya baru itu bersua Syahril Luthan ini. Tapi mendengar namanya, sudah sejak lama. Terkenal hebat, ulama punya kharisma dan punya jemaah yang hebat pula.
Syahril Luthan juga Khalifah. Terkenal Khalifah di Tanjung Medan, surau tempat Syekh Burhanuddin dulunya mengajar.
Banyak kisah mengalir dari Syahril Luthan ini. Sepanjang untuk kebaikan masyarakat, dia sangat antusias dan bersemangat.
Sesuai pula dengan kegiatan Ali Bakri Tuanku Khalifah. Senang berbuat baik, sering memberikan jalan kemudahan buat banyak orang.
Sepanjang bisa di permudah, tak perlu dipersulit. Itu sepertinya konsep Ali Bakri Tuanku Khalifah dalam berkiprah di tengah masyarakat.
Belajar dari surau dan lapau, setidaknya kian mengantarkan Ali Bakri Tuanku Khalifah pada puncak kesuksesan.
Pewarta: damanhuri