Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Pegiat Literasi Gusra Fanita: Menulis Bukanlah Bakat, Melainkan Kebiasaan

Sekretaris DPD SatuPena Sumbar Armaidi menyerahkan buku karyanya kepada peserta pelatihan. (ist)

PARIAMAN, Sigi24.com -- Keberanian guru-guru di Kabupaten Padang Pariaman untuk mulai menulis pemikirannya sangatlah penting, dalam meningkatkan pendidikan. Ilmu pengetahuan yang dimiliki guru tersebut jangan disimpan saja, tapi harus berani menulisnya ke dalam karya.

Demikian diungkapkan Plt. Bupati Padang Pariaman Rahmang, ketika membuka pelatihan Menulis Kreatif untuk Meningkatan literasi guru SMP/MTs dan SMA/SMK/MA se Kabupaten Padang Pariaman, Selasa (1/10/2024) di aula Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Padang Pariaman, di Pariaman. 

Pelatihan menghadirkan dua narasumber, Sekretaris SatuPena Sumatera Barat Armaidi Tanjung dan pegiat literasi Padang Pariaman Gusra Fanita, yang guru SDN 16 VII Koto Sungai Sarik, Padang Pariaman.

Rahmang menyebutkan, kita patut bersyukur karena mendapatkan ilmu. Yang membedakan seseorang dalam kehidupan di dunia ini adalah ilmu seseorang. Sedangkan yang membedakan orang nantinya di akhirat adalah ketakwaannya. “Peserta yang hadir ini, jadilah orang yang selalu haus dengan ilmu. Sehingga menuntut ilmu itu hingga akhir hayat,” kata Rahmang.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Padang Pariaman Erman, mengatakan pelatihan bertujuan agar guru-guru mendapatkan pengetahuan menulis dan dilatih mampu menulis karya. Banyak cerita lokal yang bisa ditulis guru-guru sehingga dapat diketahui banyak orang. 

Sekretaris Satupena Sumbar Armaidi Tanjung menyebutkan, banyak alasan seseorang itu menuliskan pikiran ke dalam karya, baik berupa artikel, puisi, fiksi, cerpen, laporan, maupun buku. 

“Bagi guru yang menulis menghasilkan karya, tidak saja menunjang karirnya sebagai guru, tapi juga akan memberikan prestasi tersendiri baginya. Guru-guru yang penulis, pertanda memiliki banyak ide dan kreatifitas,” kata Armaidi Tanjung penulis puluhan buku ini.

Menurut Armaidi Tanjung, seseorang yang ingin jadi penulis, menghasilkan karya harus punya motivasi atau alasan yang kuat untuk menulis. Mereka yang tidak memiliki motivasi atau alasan untuk menulis, jangan harap akan menghasilkan karya tulisan. 

Sama halnya datang ke kegiatan pelatihan ini, pasti ada motivasinya. Antara lain memenuhi undangan dari Dinas Arpus Padang Pariaman, ingin menambah ilmu terkait kepenulisan, ditugaskan sekolah misalnya. Dengan alasan itu, memaksa diri datang sekalipun ada hambatan atau tugas di sekolahpun ditinggalkan.  

“Menulis begitu pula, harus ada alasannya. Pada pelatihan ini diuraikan 22 alasan menulis. Mulai dari perintah agama Islam, Iqra’ (bacalah), sampai kenaikan pangkat bagi guru/dosen,” tutur Armaidi Tanjung menambahkan.  

Pegiat literasi Padang Pariaman Gusra Fanita menambahkan, menulis bukanlah bakat, melainkan kebiasaan. Menulis itu sama dengan berenang, harus dicoba terjun ke dalam air. Awal-awal mungkin tenggelam. Tapi karena terus belajar, berlatih, akhirnya bisa berenang di air. Menulis juga begitu, harus dicoba, terus belajar dan berlatih.

“Kebanyakan orang yang enggan menulis disebabkan mindset yang salah, motivasi yang rendah dan bingung mulainya dari mana. Ada lima kesalahan menulis. Yakni ide yang klise, judul tidak menarik, kalimat bertele-tele, mengabaikan logika dan ending tidak maksimal,” kata Gusra.

Di akhir acara, Armaidi Tanjung menyerahkan buku karyanya kepada lima penanya dan penyerahan piagam penghargaan kepada peserta secara simbolis oleh Plt. Bupati Padang Pariaman Rahmang dan foto bersama. (rel/red)

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies