Sosialisasi hasil penelitian ODCB yang dibuka Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman Anwar. (ist) |
PADANG PARIAMAN, Sigi24 -- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman, Anwar membuka secara resmi sosialisasi hasil penelitian Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), yang berada di lokasi tambang IU OP Azman, Korong Surantiah, Nagari Lubuk Alung di ruangan rapat Sekretariat Daerah, Selasa (29/10).
Dalam kegiatan sosialisasi ini, dihadiri oleh Kodim 0308 Agus Lesmono, Ketua Tim Peneliti Struktur Batuan ODCB di IUP OP Azman, Korong Surantiah, Nagari Lubuk Alung dengan peserta dari unsur OPD Provinsi Sumatera Barat, usur OPD Kabupaten Padang Pariaman, kecamatan dan perangkat Nagari Lubuk Alung.
Dalam Sosialisasi ini, Anwar mengatakan bahwa awal Oktober 2023 lalu, ditemukan batu Objek Diduga Cagar Budaya di Nagari Lubuk Alung, Korong Surantiah, Kecamatan Lubuk Alung dengan harapan agar tempat tersebut dilindungi dan segera dihentikan kegiatan penambangan.
Dan dalam waktu dekat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berencana akan melaksanakan sidang penetapan cagar budaya oleh TIM TACB Kabupaten Padang Pariaman.
"Berdasarkan informasi dari masyarakat dan hasil survei kami ke lapangan pada bulan Oktober 2023 lalu, kami menduga hal ini merupakan sebuah cagar budaya. Jadi kami meminta kepada masyarakat untuk menghentikan aktivitas penambangan, dan kami atas nama pemerintah daerah segera menghubungi pihak terkait agar secepatnya diteliti," katanya.
Anwar juga mengatakan, bahwa batu yang Objek Diduga Cagar Budaya tersebut akan ditetapkan melalui SK Bupati Padang Pariaman nantinya, sehingga wilayah tersebut menjadi daerah yang dilindungi oleh pemerintah daerah, dan akan diusulkan menjadi "Geo Cultural Heritage Park".
Prof. Herwandi yang merupakan Ketua Tim Peneliti dari LPPM Unand mengatakan, bahwa daerah yang berada di Korong Surantiah Lubuk Alung yang sebelumnya Objek Diduga Cagar Budaya, dimana batu tersebut adalah produk alam bukan dari tangan manusia.
"Kami bersama tim peneliti, telah melakukan penelitian tahap pertahap dengan tim, yang terdiri dari berbagai falkutas dari 9 orang (Unand, UI, dan UGM) pada tanggal 8-9 Oktober 2024, dimana hasilnya batu ini merupakan hasil pendinginan alam, sama halnya seperti yang ada di daerah Taiwan, Hongkong dan Skotlandia," katanya.
Profesor itu juga menambahkan, bahwa dari anggota tim peneliti juga menemukan ada beberapa artefak di daerah itu, dan berkemungkinan sudah ada pemukiman purba sebelumnya, tapi hal ini perlu dilakukan penelitian lebih jauh lagi, tutupnya dengan menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian.
Bukit Surantih diduga kubah lava dari Gunung Api Bukit Padang Bungo yang berumur Pleistosen, skitar 60 Jt – 70 jt tahun yang lalu.
Kawasan Surantiah dan sekitar diperkirakan sudah ada peradaban masa pra-sejarah, neolitik. Budaya Peladangan, 3.500 tahun yang lalu – pertengahan Holosen untuk budidaya umbi-umbian.
Berdasarkan analisis fisik secara makroskopis, bentukan alam berupa columnar joint berbahan andesit-basaltik yang terdapat di Bukit Surantih sejak dahulu sudah digunakan sebagai batu nisan di makam para syekh dan pengikutnya, serta dimanfaatkan oleh masyarakat sejak abad ke-17 M di sekitar Padang Pariaman sebagai nisan.
Tradisi “Batagak Batu Nisan” memanfaatkan batu mejan dari Bukit Batu Mejan di Padang Pariaman, merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Minangkabau.
Sampai saat ini didapat hipotesis bahwa kawasan geologi columnar joint Surantih memiliki keterkaitan budaya dengan area pemukiman di sekitarnya sejak berabad-abad yang lalu, dan kemungkinan sejak masa pra sejarah karena ditemukan pula alat-alat batu pada aliran sungainya, artefak berupa alat serut adalah produk budaya yang sudah muncul semenjak pra sejarah yaitu masa neolitik.
Daerah Bukik Paladangan, Korong Surantiah, Nagari Lubuk Alung mempunyai beberapa potensi Biodiversitas yang penting dari sisi pelestarian keanekaragaman hayati. Sehingga perlu dilakukan upaya kajian lebih jauh, untuk mendapatkan data yang lebih langka sehingga bisa disusun suatu rencana pengelolaan yang baik.
Keterhubungan daerah ini dengan hutan lindung dan kawasan konservasi SM Barisan, memungkinkan daerah ini juga menjadi perlintasan satwa liar penting lainnya.
Temuan batuan Columnar Joint pada penambangan di Korong Surantih sangat penting bagi studi geologi, arkeologi, biodiversity, budaya dan tradisi dan merupakan bagian lanskap budaya. (rel/red)