Judul tulisan di atas dimotivasi oleh kehebohan medsos dua minggu terakhir tentang penolakan taushiyah oleh lembaga yang menaungi Tuanku di Payakumbuh. Penulis sebagai pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional harus menyatakan salut, hormat dan bangga terhadap Tuanku yang nyata-nyata memberikan dukungan terhadap Paslon Gubernur, Bupati dan Walikota, namun tidak melibatkan institusi dan tidak menimbulkan kegaduhan serta membawa dampak multitafsir dipahami umat.
Tuanku di Minangkabau sebagai tokoh agama yang didukung oleh adat, tentu tidak mudah memposisikan diri dalam dinamika politik praktis yang tak bisa dipisahkan dari dukung, mendukung dan dukungan. Penulis selalu menerima link medsos Tuanku mendukung Paslon 1 dan Paslon 2 baik pada tingkat kabupaten dan kota, begitu juga Paslon Gubernur urut 01 dan 2.
Hemat penulis, Tuanku mendukung salah satu paslon adalah kesadaran politik Tuanku yang mesti dihormati semua pihak. Tuanku yang tak terikat aturan formal seperti aparatur negara, ASN, dan yang memiliki kharisma moral dari institusi yang dibinanya adalah naif dan tak beralasan untuk netral dan ikut dalam mengarahkan umat pada pilihan tepat.
Helat Pilkada yang akan ditabuh tanggal 27 November 2024 mendatang yang terus disiapkan oleh tuan rumah (KPU, BAWASLU dan Pemerintah), begitu juga penganten pasangan calon (PASLON), tak kalah sibuknya tim kampanye adalah situasi dan momen yang harus diberdayagunakan bagi kebaikan umat.
Tuanku sebagai entitas tokoh agama yang dipersepsikan dapat menjadi figur yang mempengaruhi calon pemilih tak lepas dari incaran Paslon, dan nyatanya mereka didekati dan memang di media sosial calon Gubernur, Bupati dan Walikota sudah terpilah dalam dukung mendukung.
Tuangku diakui sama maknanya dengan ulama, dai, dan ustadz memiliki otoritas ilmu-ilmu keislaman. Sejatinya mereka ini menjalankan peran besar bagi pengembangan ilmu agama secara menyeluruh.
Tuanku adalah pemimpin spiritual dan intelektual di dalam masyarakat muslim di Minangkabau, mereka memiliki tanggung jawab untuk memahami, dan lantas menyebarkan pengetahuannya sesuai prinsip-prinsip Islam.
Tuanku dengan pengetahuan agama dan pemahaman mendalam tentang ilmu pengetahuan dapat memberikan nasihat dan bimbingan kepada individu dan masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat.
Peran strategis spiritual, kultural dan intelektual maka Tuanku menjadi key person yang diperlukan oleh pihak yang memerlukan dukungan luas dari masyarakat. Atas alasan itu Tuanku menjadi "rebutan" setiap ada kontestasi politik dan perubahan kepemimpinan.
TUANKU, "JAAN GARAM NAN BAULEK"
Garam nan baulek adalah kata majaz yang pesannya garam itu adalah anti ulek (ulat). Bila garam yang berulat, itu alamat semua makanan akan berulat, rusaklah negeri.
Tulisan ini tidak bermaksud mendorong atau melarang Tuanku terlibat dalam dukung mendukung, kecuali sebatas mengingatkan pentingnya Tuanku tidak hanyut dan tercemar polusi pragmatisme, lebih bahaya lagi bila terjebak dalam "wani piro" atau prilaku sejenisnya "lamak dek santan, kuning dek kunik". Pulang maklum ka sagalo guru.
Prinsip moral Tuanku sebagai tokoh agama adalah dapat diteladani umatnya
Prinsip kasih mengasih, mencintai Tuhan dan sesama manusia tanpa syarat. Berlaku adil kepada semua orang, tanpa memandang status sosial, ras, agama, atau latar belakang lainnya. Berkata dan bertindak jujur, serta menghindari penipuan dan kecurangan. Tidak sombong dan selalu rendah hati dalam menghadapi hidup. Sabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan hidup.
Mampu memaafkan orang lain yang telah berbuat salah. Berani membela kebenaran dan melawan ketidakadilan. Taat kepada hukum Tuhan dan ajaran agama. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Menjalani hidup dengan seimbang antara duniawi dan ukhrawi.
Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan pengampunan. Prinsip moral tokoh agama dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh setiap orang. Penerapan prinsip moral dalam kehidupan sehari-hari dapat bervariasi tergantung pada budaya dan konteks sosial. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk memahami dan menerapkan prinsip moral agama dengan bijaksana.
Kesimpulan hendaknya Tuanku dapat membimbing perkataan, pengajian, taushiyah, sikap, prilaku dan tindakannya sesuai ilmu agama yang dimiliki dengan mempertimbangkan norma, aturan, regulasi dan kepatutan sosial. Tuanku tidak boleh lupa sebagai "suluah bendang dalam nagari, suluah nan indak padam, duduk bacamin kitab, tagak rintang ba fatwa. Semoga semua Tuanku paham dan dapat membaca tanda-tanda zaman. Terima kasih Tuanku atas kiprahnya untuk masyarakat, umat dan bangsa. DS301024..
*Pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional