Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Diskusi di Karambie Ampek, Dari Khalifah Syekh Burhanuddin Hingga Tokoh Kesayangan Santri

Prof. Duski Samad Tuanku Mudo bersama sejumlah tokoh diskusi di Pantai Karambie Ampek, Tapakis. (ist)

PADANG PARIAMAN, Sigi24.com -- Deburan ombak Pantai Karambie Ampek, Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Ahad 6 Oktober 2024 sore itu seakan menemani obrolan panjang kami tentang banyak hal.

Pantai itu ramai. Maklum, sedang hari libur. Dr. H. Zalkhairi Tuanku Bagindo lebih memilih tempat itu, ketika Prof. H. Duski Samad Tuanku Mudo menanyakan, dimana tempat ngopi yang rancak.

Guru besar UIN Imam Bonjol Padang ini tak sendirian. Dia bertiga serombongan dalam satu mobil. Ada Wakil Rektor UNU Sumbar, Dr (C) Firdaus, Kepala Balai Diklat Keagamaan Padang H. Risani.

Zalkhairi, Kepala MTsN 2 Kota Pariaman ini adalah tokoh ulama di Ulakan Tapakis. Makanya, dia tuan rumah pertemuan sore nan sejuk penuh makna itu.

Disebut penuh makna, ada banyak rumusan dan rencana yang dimatangkan, tentu bagian terpenting dari pengabdian kepada masyarakat, para tokoh terkemuka ini.

Soal Khalifah Syekh Burhanuddin, ulama terkemuka pembawa ajaran Syattariyah ke Ulakan, termasuk diskusi hangat saat itu.

Bagi kaum Syattariyah, Ulakan merupakan pusek jalo pumpunan ikan. Dari berbagai belahan manapun, masyarakat mendatangi Ulakan. Tersebutlah "Safa Gadang dan Safa Ketek".

Khalifah adalah pelanjut. Ya pelanjut keilmuan, pelanjut warisan dan pelanjut Syattariyah itu sendiri. Soal Syekh Burhanuddin, kajian yang sudah dilahirkan Prof. Duski Samad beberapa tahun yang silam, sepertinya butuh penyempurnaan.

Agar para alim dan ulama tidak terjebak pada hal-hal yang dianggap memecah belah umat dan masyarakat.

Lalu, sosialisasi ziarah amat penting, agar masyarakat dan jemaah tidak salah dalam memaknai dan melakukan ziarah itu sendiri.

Yang tidak kalah penting tentu perbaikan komplek makam Syekh Burhanuddin dari hal-hal yang kurang berkenan di masyarakat.

Mendudukan persoalan pada tempatnya. Bahwa masing-masing khalifah punya kedudukan dan kewenangan, penting sekali dijabarkan kepada masyarakat banyak, agar tidak terjadi penapian salah satunya.

Majlis Tuanku Nasional, kata Prof. Duski Samad bisa jadi ruang untuk menjernihkan persoalan ini. Memberikan yang terbaik, mengkonsolidasikan kekhalifahan itu.

Lalu momen hari santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. Ini momen yang baik dalam konsolidasi kaum santri, di tengah gelombang politik Pilkada.

Beda pilihan dan beda cara pandang, harus dijadikan sebagai pembelajaran dalam pendewasaan kaum santri itu sendiri.

Momen peringatan hari santri, ada banyak kegiatan yang akan dilakukan. Di tingkat Sumbar, sebut Prof. Duski Samad, akan ada penghargaan kepada sejumlah tokoh, dengan berbagai kategori.

Salah satunya kategori "Tokoh Kesayangan Santri". Hari santri tingkat Sumbar dipusatkan di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Batang Kabung, Padang.

Jam terus berputar sesuai ritme dan alurnya. Sebuah kelapa muda dan segelas kopi pun habis, selama diskusi berlangsung.

Pewarta: damanhuri 

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies