Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Baiah Ulakan Oleh: Duski Samad Tuanku Mudo

Majlis Tuanku Nasional foto bersama dengan Syahril Luthan Tuanku Kuniang, Khalifah Syekh Burhanuddin di kediamannya di Jakarta. (ist)

Baiah secara bahasa adalah perjanjian batin untuk mengikuti dengan setia paham tertentu. Kata baiah mudah menemukannya dalam kajian dan praktik tarekat. Baiah dalam tarekat berarti perjanjian batin antara murid dengan mursyid selalu taat ajaran yang diberikan guru (mursyid dan syekh).

Baiah oleh ulama tarekat dirujuk dari Alquran surat Fatah ayat 10 yang isi pokoknya berkaitan perjanjian kaum Anshar dengan Nabi Muhammad saw sebelum hijrah ke Madinah. Kalangan tarekat menjadikan baiah sebagai persyaratan memasuki tarekat. 

Pola, tata cara, metode dan persyaratan baiah antara satu tarekat dengan yang lain berbeda. Namun makna dan maksudnya sama, yakni ikatan suci dan perjanjian batin kepatuhan dan ketaatan pada amal dan guru yang membimbing sipritualnya. 

Baiah Ulakan yang dimaksud tulisan ini adalah menggambarkan perjanjian batin komitmen tarekat dan paham Ahlussunah Waljamaah yang diwariskan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat pengembang Islam abad 17 Masehi. 

Mencermati fakta sosial dan mengkaji sosiohistoris serta geneologi keilmuan yang diwariskan Syekh Burhanuddin Ulakan dan sudah menjadi baiah pengikut lingkupnya, dapat dikelompokkan dalam beberapa bahagian, antara lain:

SILSILAH DAN KHALIFAH

Tarekat yang menjadi jejaring penyatu semua pengikut Syekh Burhanuddin adalah tarekat Syattariyah. Silsilah (hubungan tersambung guru dan murid) tarekat Syattariyah yang dikembangkan Syekh Burhanuddin Ulakan adalah berasal dari gurunya Syekh Abdurrauf al Sinkili Aceh.

Fakta ilmiah menunjukkan, bahwa silsilah tarekat itu dalam praktiknya banyak dan beragam, karena setiap murid yang mendapat silsilah kemudian menurunkan pada murid baru, begitu seterusnya. Jadi banyak cabang dan orang tempat bersilsilah itu lumrah dalam tarekat. 

Sejarah menceritakan dan empiris menunjukkan bahwa silsilah tarekat Syattariyah jalur ke bawah setelah Syekh Burhanuddin banyak. Syekh Aluma Koto Tuo, Agam memiliki silsilah tersendiri, sehingga kuburannya diziarahi murid yang bersilsilah dengan beliau. 

Syekh Mato Air Pakandangan kuburannya dirawat dan diziarahi murid yang bersilsilah padanya. Syekh Abdul Wahab di Calau, Sijunjung juga meninggalkan murid yang bersilsilah padanya sehingga juga diziarahi muridnya.

Puluhan jumlah kuburan ulama dan guru tarekat di Sumatera Barat yang diziarahi muridnya atas dasar silsilah keilmuan dan tarekat berasal dari ulama tersebut. 

Walau sulit dijelaskan alasan syari' menghiasi kuburan dengan kain dan asesoris yang bisa dengan mudah oleh sebagian paham dikatakan kultus ulama. 

Kuatnya jaringan silsilah, ziarah, dan ada yang menyebutnya dengan Safa, seperti Safa Ungku Saliah, misalnya adalah fakta warisan silsilah keilmuan, paham dan pengamalan tarekat begitu kokoh di lingkungan ulama tuanku yang pemberian gelar tuanku dilakukan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan.

Sedangkan warisan khalifah dalam makna penerima waris Syekh Burhanuddin yang mendapat pengukuhan atau legitimasi adat di Nagari Ulakan aslinya hanya satu saja. Dalam perkembangannya kini menjadi tiga jenisnya. 

Tuanku Kuning Syahril Luthan Tanjung Medan dan Tuanku Khalifah Ali Bakri dari Sikabu Ulakan yang berkedudukan di Masjid Tuanku Madinah menyatakan, adanya tiga khalifah saat ini berawal dari Syekh Abdul Sani, Khalifah ke-10 (catatan silsilah terlampir). 

Khalifah yang tiga ada saat ini:

 (1). Tuanku Kuning Syahril Luthan menerima silsilah dan khalifah dari ayahnya, Tuanku Mudo Luthan Ulakani Khalifah ke-14 berpangkal di Surau Tanjung Medan. Khalifah Tanjung Medan ini kebesarannya menjaga syarak. 

(2). Tuanku Khalifah Ali Bakri bermukim di Sikabu Ulakan, adalah khalifah tarekat yang pangkalnya dari Syekh Karimun digelari juga dengan Syekh Tibarau. 

(3). Tuanku Khalifah Hery Firmansyah adalah khalifah yang diterima dari mamaknya Syekh Bermawi, kebesarannya menjaga kitab dan benda bersejarah Syekh Burhanuddin (diskusi dalam kunjungan pengurus Majelis Tuanku Sabtu, 19 Oktober 2024 di rumah Tuanku Kuning Syahril Luthan).

Konklusi dari diskusi dua khalifah ini dapat diluruskan, tidak ada masalah yang berarti dalam sistim keilmuan dan pengamalan tarekat Syattariyah dari tiga jalur khalifah di atas. 

Masalah pokok yang harus menjadi perhatian semua penganut tarekat Syattariyah yang bersilsilah atau berbaiah menurut jalur Syekh Burhanuddin, adalah saling menghargai, tidak menafikan silsilah dan khalifah yang sudah ada dalam realitanya. 

Menghidupkan gaya, pola, metode dan pendekatan dakwah saling menghargai, menerima kearifan lokal, adat istiadat luhur yang diwariskan Syekh Burhanuddin adalah cara terbaik untuk menyatukan rumpun yang sama. Ayo mari menyatu untuk kebaikan lebih luas. (Bersambung). 09@pelitaair#soettatobim@19102024.

*Guru Besar UIN Imam Bonjol dan Pembina Majlis Silaturahmi Tuanku Nasional



Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies