Foto bersama Mahyeldi dengan keluarga besar Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua. (foto titip elyas) |
PADANG PARIAMAN, Sigi24.com -- Pada Rabu, 25 September 2024, Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua, Nagari Balah Aie Utara, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, menjadi saksi kunjungan penting dari Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah.
Bersama rombongan, calon Gubernur nomor urut satu ini tiba tepat pukul 17.05 WIB. Namun, sebelum beranjak dari kendaraan dinasnya, Mahyeldi memilih untuk beristirahat sejenak di dalam mobil akibat kelelahan setelah serangkaian acara sebelumnya.
Sementara itu, rombongan yang menyertai Ketua DPW PKS Sumbar ini disambut dengan hangat oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren.
Afrizal Arif Tuanku Mudo, John Hendri Tuanku Bandaro Labay, dan Titip Elyas Tuanku Sulaiman, didampingi oleh majelis guru, santri-santri, serta niniak mamak, cerdik pandai, dan ibu-ibu sekitar pondok pesantren, mengucapkan selamat datang kepada para tamu. Suasana haru dan hormat menyelimuti sambutan tersebut, menyiratkan rasa bangga atas kehadiran pemimpin mereka.
Agenda awal yang direncanakan oleh pengurus pondok adalah berziarah ke makam ulama besar, Abuya H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, yang baru saja berpulang pada tanggal 9 September 2024.
Namun, karena hujan yang mengguyur deras, ziarah terpaksa dibatalkan. Sebagai gantinya, diadakan tahlilan bersama di Mushalla Pondok Pesantren, yang dipimpin oleh Abuya Marulis Tuanku Mudo, pimpinan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pandan.
Tahlilan ini dilaksanakan setelah sholat maghrib berjamaah, yang juga diikuti oleh Mahyeldi beserta rombongan dan seluruh jamaah yang hadir.
Usai tahlilan, John Hendri Tuanku Bandaro Labay selaku protokol acara mempersilakan Mahyeldi Ansharullah untuk memberikan sambutan.
Dalam ucapannya, Mahyeldi menyampaikan rasa duka yang mendalam atas kepergian Abuya H. Ahmad Yusuf Tuanku Sidi, seorang ulama besar yang telah banyak berjasa dalam menyiarkan ajaran Islam di Sumatera Barat.
Dia menegaskan, bahwa wafatnya seorang ulama merupakan pengingat akan terangkatnya ilmu oleh Allah SWT, dan karena itu, santri-santri harus terus tekun belajar untuk melanjutkan perjuangan para ulama.
“Jangan sia-siakan kesempatan belajar di pondok ini dengan bimbingan Abuya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa dan guru-guru lainnya,” pesan Mahyeldi.
Menjadi ulama dan orang berilmu, katanya, membutuhkan proses belajar yang panjang dan penuh kesabaran. Ilmu agama tidak bisa dipelajari sendiri seperti halnya mencari harta. "Kita perlu guru, dan adab terhadap guru harus dijaga dengan baik,” ungkapnya.
Dalam sambutannya, dia juga menyoroti pentingnya peran guru di pondok pesantren, yang menurutnya setara dengan para da'i terkenal.
"Guru-guru di pondok ini yang mengajarkan kita membaca Al-Qur’an, melaksanakan sholat, berpuasa, dan menjalankan ibadah lainnya. Hormatilah mereka, karena tanpa mereka, kita tidak akan mampu menjalankan ibadah dengan baik," ujar Mahyeldi.
Sambutan panjang Mahyeldi berakhir dengan pesan mendalam, tentang pentingnya saling bergantung dalam kehidupan bermasyarakat.
Dia mencontohkan dengan sederhana, “Seperti baju yang kita pakai, dibuat oleh banyak tangan, begitu juga kita sebagai manusia, tidak bisa hidup sendiri.”
Setelah itu, Mak Jangguik Putiah, seorang niniak mamak yang mewakili masyarakat setempat, diberi kesempatan untuk berbicara.
Dalam sambutannya, ia mengungkapkan apresiasinya kepada Mahyeldi dan mengibaratkannya sebagai menantu yang harus dihormati oleh keluarga besar Sumatera Barat.
Ia juga mengajak jamaah yang hadir untuk mendukung Mahyeldi dalam melanjutkan kepemimpinannya pada periode kedua. Sorak setuju bergema dari seluruh jamaah, sebagai bentuk dukungan penuh terhadap kepemimpinan Mahyeldi.
Acara diistirahatkan sejenak untuk menunaikan sholat Isya berjamaah. Setelahnya, sesi foto bersama dengan Mahyeldi dilakukan, diikuti dengan makan malam yang telah dipersiapkan oleh panitia.
Hidangan yang tersaji menjadi penutup hangat dalam kunjungan penuh makna ini. Pada pukul 20.45 WIB, Mahyeldi beserta rombongan pamit meninggalkan pondok pesantren untuk melanjutkan perjalanan ke agenda berikutnya.
Kunjungan ini tidak hanya mempererat silaturahmi antara Gubernur Mahyeldi dengan masyarakat dan ulama setempat, tetapi juga mengingatkan akan pentingnya peran pondok pesantren dalam menjaga dan melanjutkan tradisi keilmuan Islam di Sumatera Barat.
Pewarta: titip elyas