Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Implementasi Kurikulum Merdeka, SMA YDB Lubuk Alung Kunjungi Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah III Sumatera Barat

Guru dan siswa SMA YDB Lubuk Alung sedang di Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah III Sumatera Barat. (foto titip elyas)

PADANG, Sigi24.com -- Pagi itu, Selasa, 3 September 2024, suasana ceria dan penuh antusiasme terpancar dari wajah siswa-siswi SMA YDB Lubuk Alung. Mereka bersiap untuk melakukan kunjungan budaya ke Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah III Sumatera Barat di Kota Padang, yang terletak di Jl. Raya Belimbing No.16 A, Kuranji. 

Kegiatan ini merupakan implementasi dari Kurikulum Merdeka, yang dirancang untuk memperkaya pemahaman siswa tentang budaya lokal dan nasional.

Bus yang membawa rombongan siswa berangkat tepat pukul 09.00 WIB dari Lubuk Alung. Di dalam bus, Marniyeti, selaku koordinator dan penggagas kegiatan, dengan senyum penuh semangat menyapa para siswa. 

Dia mewakili Wakil Kepala Sekolah dalam memastikan bahwa acara ini berjalan lancar dan memberikan dampak positif bagi para siswa. Sebagai guru Bahasa Indonesia dan pengampu mata pelajaran muatan lokal "Budaya Keminangkabauan", Marniyeti melihat pentingnya mengenalkan dan memperdalam pemahaman siswa tentang budaya Minangkabau.

Sesampainya di Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah III Sumatera Barat pada pukul 10.00 WIB, rombongan disambut oleh staf balai yang sudah menyiapkan rangkaian kegiatan edukatif. Tepat pukul 10.10 WIB, acara dimulai dengan pemutaran dua film yang sarat akan nilai budaya Minangkabau.

Film pertama yang ditayangkan adalah "Amak," sebuah film yang berlatar belakang Rumah Gadang, menggambarkan kehidupan tradisional Minangkabau dengan segala nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi. 

Film ini mengajak para siswa untuk melihat kembali akar budaya yang sering kali terlupakan di tengah arus modernisasi.

Film kedua berjudul "Jimaik Ijah," yang diadaptasi dari novel "Limpapeh" karya A.A. Rizal, seorang reporter Harian Singgalang. Film ini juga mengambil latar Rumah Gadang dan mengeksplorasi dinamika sosial budaya di Minangkabau. 

Kisah dalam film ini memperlihatkan perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi di tengah perubahan zaman.

Setelah kedua film selesai diputar, suasana sempat hening sejenak, sebelum staf balai meminta salah satu siswa untuk memberikan ulasan mengenai kedua film tersebut. 

Zaki, seorang siswa yang dikenal aktif dan berani, maju dengan penuh semangat. Dengan bahasa yang lugas dan penuh percaya diri, ia memaparkan pandangannya tentang makna yang terkandung dalam film-film tersebut. 

Ulasannya yang mendalam dan reflektif mendapat apresiasi dari para staf balai, dan Zaki pun menerima hadiah sebagai bentuk penghargaan atas partisipasinya.

Tidak hanya siswa yang diminta untuk berkontribusi, staf balai juga meminta pandangan dari para guru yang hadir. 

Refi, guru ekonomi di SMA YDB Lubuk Alung, maju dengan senyum penuh semangat. 

Dalam ulasannya, Refi menyoroti berbagai unsur budaya yang tercermin dalam kedua film tersebut, mulai dari arsitektur Rumah Gadang hingga peran perempuan dalam budaya Minangkabau. 

Tak ketinggalan, Marniyeti, juga turut menambahkan pandangannya, memperkaya diskusi dengan perspektif literasi budaya yang mendalam.

Dalam sesi berikutnya, Hasanadi, Ketua Tim Kerja WPTB Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah III Sumatera Barat, memberikan penjelasan tentang Sentra Belajar Budaya yang dimiliki balai tersebut. 

Dia menjelaskan, bahwa Sentra Belajar Budaya ini memiliki berbagai fasilitas, seperti Pusat Data dan Informasi Materilinial (PDIM), ruang pertunjukan, ruang pameran, studio mini, perpustakaan, dan ruang belajar terbuka untuk eksibisi permainan tradisional. 

Fasilitas-fasilitas ini dirancang untuk membantu siswa-siswi mengenal dan mencintai budaya Minangkabau secara lebih mendalam.

Elga Bandaro Sati, yang juga turut mendampingi kegiatan ini sebagai pengawas, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran budaya yang telah dimulai sebelumnya. 

Di SMA YDB Lubuk Alung, para siswa telah menerima materi tentang adat Minangkabau, dengan fokus pada prinsip "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah," yang membahas adat istiadat yang berasal dari Luhak Nan Tuo dan berkembang ke daerah rantau.

Kunjungan budaya ini diharapkan tidak hanya menjadi pengalaman yang berkesan bagi para siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya Minangkabau. 

Para siswa diajak untuk tidak hanya menikmati pengetahuan yang mereka peroleh, tetapi juga untuk membagikannya kepada teman-teman dan masyarakat sekitar, sebagai bagian dari tanggung jawab mereka dalam melestarikan budaya.

Di akhir kunjungan, suasana penuh keakraban dan kebersamaan terasa di antara para siswa, guru, dan staf balai. 

Bagi Marniyeti dan seluruh tim pengajar, kegiatan ini adalah salah satu langkah kecil menuju tujuan besar: menciptakan generasi yang cinta dan bangga akan budayanya sendiri.

Pewarta: titip elyas 

Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Hollywood Movies