Umdat Al-Muhtajin, karya Abdurrauf yang baru saja dikaji Ridwan Arif Tuanku Bandaro menjadi buku ini. (ist) |
SIGI24.com -- Pondasi kuat akidah dan akhlak yang diajarkan Syekh Abdurrauf dulunya, sangat penting di tengah berbagai kerusakan moral saat ini.
Lewat sebuah karya tulisnya, Umdat Al-Muhtajin, Abdurrauf ingin memberikan yang terbaik pada umat dan masyarakat.
Abdurrauf adalah terkenal sebagai ulama ahli fiqh. Yakni kajian hukum Islam. Dia juga pengarang termasyhur, saking banyaknya karya tulis dia.
Berbagai kajian berbentuk karya tulis, dan kini tersimpan di sejumlah perpustakaan dalam dan luar negeri, hadir dari goresan pena Abdurrauf, ulama yang wafat 1105 H/1693 M ini.
Dalam kajian Dr. Ridwan Arif Tuanku Bandaro dalam Umdat Al-Muhtajin itu dijelaskan, bahwa Abdurrauf dalam soal persuratan dan tasawwuf, adalah yang pertama.
Tokoh sufi terkemuka di Melayu - Indonesia pada abad ke -16 dan ke-17. Bahkan, dalam soal tulis dan karya tulis ini, Abdurrauf belum ada tandingan tokoh sesudah dia.
Begitu juga kesufiannya, Abdurrauf adalah tokoh genius, lihai dalam menafsirkan kajian itu. Tak heran, para intelektual dan peneliti dalam dan luar negeri memberikan cap pada Syekh Kuala ini sebagai "ulama sufi Aceh terhebat dan yang terakhir".
Bukti kepakaran Abdurrauf di bidang fiqh, tulis Ridwan Arif Tuanku Bandaro, dia menjabat Qadhi Malik al-Adil atau Mufti di Kesultanan Aceh.
Sebagai tokoh pembaharu di abad ke-17, Abdurrauf dapat sambutan luas dari masyarakat dan umat. Dia menjadi tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakat Aceh.
Sehingga digelari dengan Teungku Syiah Kuala. Dia dilahirkan di Singkil, sebuah daerah dalam Kesultanan Aceh, diperkirakan 1024 H/1615 M.
Tulis Ridwan Arif, Abdurrauf banyak melahirkan karya tulis dari berbagai disiplin ilmu. Ada tafsir, hadist, akhlak, fiqh, akidah yang tertuang dalam ilmu tauhid dan kalam.
Sejarah atau tarekh, eskatologi, yaitu penjelasan mendalam tentang penglihatan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut.
Serta karangan lainnya. Banyak yang berbahasa Melayu dan bahasa Arab. Ridwan Arif yang dosen tetap Universitas Paramadina Jakarta ini ingin menulis semua karya Abdurrauf ini.
Umdat Al-Muhtajin yang baru saja diterbitkan oleh Akademi Jawi Malaysia Kuala lumpur 2024 ini, termasuk buku yang laris pula di Malaysia.
Ridwan Arif menuliskan, kandungan Umdat Al-Muhtajin karya Abdurrauf ini memuat tujuh fasal.
Pertama akidah, zikir, keutamaan la ilaha illallah, manfaat yang diperoleh oleh orang yang tenggelam dalam kalimat la ilaha illallah, uraian tentang prinsip-prinsip talqin syekh kepada para murid dalam mengucapkan kalimat la ilaha illallah, penjelasan tentang wirid-wirid dan amalan sunnah, dan yang ketujuh akhlak.
Menurut Abdurrauf, akidah penting bagi seorang muslim. Ketika seorang muslim balig dan berakal, maka wajib hukumnya ditanamkan akidah.
Yakni tauhid. Kajian tentang sifat yang wajib dan yang harus bagi Allah SWT, sifat yang wajib bagi Nabi Muhammad Saw dan jaiznya.
Akidah inilah pondasi dasar yang menjadi penguatan masyarakat. Abdurrauf menyandarkan akidah ini kepada Ash'ariyyah, pembawa akidah ahlussunah wal jamaah.
Lewat tariqat Syattariyah, Abdurrauf mengembangkannya Umdat Al-Muhtajin ini, hingga melahirkan banyak ulama terkenal pula.
Mashurlah nama Syekh Burhanuddin Ulakan, lahir tahun 1646 di Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman - meninggal 20 Juni 1704 pada umur 58 tahun.
Syekh Abdul Muhyi dari Tasikmalaya, Jawa Barat, Syekh Abdul Malik bin Abdullah dari Terengganu, Syekh Daim dari Sulawesi, Syekh Baba Daut Ali al-Rumi dan Syekh Abdul Wahid dari Aceh.
Selain Qadhi dan memimpin institusi pengajian Islam, Abdurrauf adalah Khalifah Utama tariqat Syattariyah di tanah Melayu.
Disebut sebagai Khalifah Utama, karena dialah ulama pertama dan utama yang mengembangkan tariqat Syattariyah di bumi Melayu secara umum.
Para syekh yang disebutkan di atas, adalah ulama yang mengaji dan mengkaji langsung dengan Abdurrauf. Dan mereka pula yang mengembangkan Syattariyah di tempatnya masing-masing, sepulang dari menuntut ilmu dengan Abdurrauf.
Buku ini menarik, dan mudah dicerna. Bagi pegiat tariqat Syattariyah, agaknya buku ini penting, agar tidak salah dalam mengembangkan dan menjabarkan kajian itu sendiri.
Dan Umdat Al-Muhtajin ini termasuk karya Abdurrauf paling hebat, dari sekian banyak karyanya.
Abdurrauf dimakamkan di Banda Aceh. Masyarakat Minangkabau, banyak melakukan ziarah ke makam Abdurrauf ini. Terutama masyarakat yang menggiatkan kajian Syattariyah ini.
Untuk mengabadikan namanya, di Banda Aceh hadir Universitas Syiah Kuala. Syiah Kuala adalah nama lain yang juga mashur pada Abdurrauf.
Mungkin karena tinggal dan menetap sambil mengajar di Kuala, sampai berkubur di Kuala, nama Syiah Kuala dinilai lebih familiar ketimbang Abdurrauf itu sendiri.
Peresensi: Damanhuri