Para tuanku yang tergabung di MTSN dibawah asuhan Prof Duski Samad Tuanku Mudo sedang berhalqah di PPMTI Batang Kabung. (ist) |
Judul di atas muncul setelah mencermati WA Group Silaturahmi Tuanku, diskusi dalam halaqah bulanan dan pengaduan dari sekian banyak Tuanku, bahwa amaliyah, praktik keagamaan dan tradisi baik yang sudah mengakar dilingkungan Tuanku dan jamaahnya mendapat sorotan, kritik dan tuduhan bid'ah dan sesat.
Keberadaan Tuanku dan paham keagamaannya bukanlah "realitas kemaren sore", ia diletakkan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan sejak abad ke 17 lalu dan menjadi praktik baik yang mengukuhkan Adat Basandi Syarak di Minangkabau.
Tuanku adalah gelar disandangkan kepada ulama khusus dalam masyarakat muslim Minangkabau.
Pemberian gelar Tuanku dilakukan oleh Tuanku yang memimpin surau halaqah, (kini banyak yang menambah dengan sebutan Pondok pesantren) setelah santrinya menamatkan pendidikan setingkat Aliyah dan ditambah satu tahun takhasus.
Tuanku diberikan pada santri senior yang memiliki kompetensi ilmu-ilmu dasar keislaman dan mendapat pengakuan dari pimpinan adat.
Tuanku dalam masyarakat diterima dan mendapat kedudukan penting, suluah bendang dalam nagari.
Tuanku berkaitan erat dengan panutan keislaman dan penjaga ABS-SBK serta tradisi lokal.
Tuanku secara umumnya berasal dan dilahirkan oleh Surau Halaqah yang berada dalam wilayah Piaman laweh dan atau dari surau halaqah yang memiliki silsilah dengan tarekat Syathariyah dengan guru utamanya Syekh Burhanuddin Ulakan.
Akar historis, paham keagamaan dan kenyataan yang masih hidup strategisnya kedudukan sebagai ulama yang beradaptasi dengan budaya lokal, maka menjaga dan menjamin keberadaannya adalah keharusan bagi penguatan Islam rahmatan lil alamin.
Kritik, serangan dan tudingan kelompok umat yang anti pada pendekatan dakwah melalui budaya lokal, (dakwah kultural) yang sejak abad 17 dilakukan oleh Tuanku telah menimbulkan kegaduhan wacana, yang berpotensi konflik interen umat.
Dalam menghadapi dakwah puritan, tabligh mengharamkan tradisi dan budaya lokal yang sudah mengajar, maka perlu dilakukan dialog berkelanjutan, muzakarah yang terencana dan ikhtiar kolektif untuk saling memahami.
Kasus viralnya youtube oleh mubaligh bahwa praktik ziarah kubur, ziarah bersama, mengakui keramat ulama itu bid'ah dan sesat telah menimbulkan iklim tidak baik untuk umat, dakwah dan ulama.
Dalam kerangka berfikir di atas maka perlu ada lembaga yang mewadahi dan menfasilitasi Tuanku, dan mereka yang kritis terhadap tradisi dan budaya lokal yang sejak awal dibimbing oleh Tuanku.
Pengorganisasian MAJELIS SILATURAHMI TUANKU NASIONAL untuk seluruh Tuanku dan seluruh wilayah Indonesia adalah tuntutan sejarah untuk memastikan menjaga tradisi lama dan sekaligus menginisiasi kemajuan baru.
Mencermati opini, postingan dan diskusi langsung, nyata sekali bahwa perlu penjelasan (tabayyun) dan penguatan, (tazkirah) dan menempatkan tradisi dan budaya lokal dalam frame yang benar dan bernas. 11062024.
*Pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional