Foto bersama usai diskusi mengenang Siti Manggopoh. (ist) |
PADANG, Sigi24.com--Bupati Agam yang diwakili Kepala Dinas Kominfo Agam, Syatrio membuka secara resmi Diskusi Mengenang Siti Manggopoh, yang diselenggarakan Forum Siti Manggopoh, pagi tadi 20 juni 2024 di XD Cafe, jln Samudera Padang.
Syatrio menyampaikan pesan bupati yang sangat mengapresiasi perjuangan mande Siti dalam melawan Belanda. Keberanian perjuangannya tak banyak yang tahu.
Karena itu upaya mengangkat kisah heroik Mande Siti itu perlu terus dilakukan, sebagai upaya menghargai sejarah tidak hanya di Manggopoh tetapi juga di Padang, bahkan nasional.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Syaifullah, Kepala Dinas Sosial Sumbar yang menyempatkan hadir dalam acara tersebut.
Ia bahkan mengatakan akan memfasilitasi proses perjuangan ke tingkat nasional agar Siti diakui sebagai pahlawan nasional.
"Kami sudah banyak mengusulkan pejuang kita agar diakui sebagai pahlawan nasional, hanya saja nasib belum sepenuhnya berpihak pada kita, mungkin karena pahlawan nasional itu paling banyak dari Sumbar. Tetapi kita akan tetap berusaha berjuang untuk pengakuan itu," imbuhnya lagi.
Menurut ketua Forum Siti Manggopoh(FSM), Basnurida, acara ini sengaja digelar untuk mengenang kembali perjuangan Mande Siti agar seluruh anggota dan pengurus FSM tahu siapa Siti dan sepak terjangnya.
"Juni ini momen perjuangan Siti. Perang Manggopoh itu terjadi tanggal 16 Juni tahun 1908. Kami sengaja mengundang Bundo Sastri Bakry, sebagai narasumber karena beliau salah seorang penulis buku Siti Manggopoh dan beliau juga pembina FSM. Kami berharap semangat Siti akan menjadi penyemangat kami".
Siti digambarkan sebagai perempuan pemberani, mandiri, cantik tapi perkasa, anggun dan bermata tajam, berani dan cepat bertindak, cerdas dan elok budi dan berpendirian teguh.
Ayah ibu Siti Sutan Tariak dan Mak Kipap, membiarkan Siti tumbuh dalam keluarga yang menyerahkan keputusan hidupnya sendiri.
Teman bermainnya laki-laki Majo Ali, Dullah, Udin dan Rasyid, (kemudian Rasyid pergi merantau kelak menjadi suaminya).
Ia bermain dengan laki-laki hingga jauh sampai ke pantai Tiku. Hal itu juga disebabkan kakaknya lima orang lelaki bergaul dengan lelaki adalah hal biasa.
Keberanian Siti muncul karena melihat penindasan penjajah yang zalim. Apalagi ia didukung dan mempunyai visi yang sama dengan Rasyid, suaminya. Pijakan bergeraknya adalah agama dan adat yang dipelajarinya di surau. Ia tidak pernah dibedakan oleh lingkungan karena faktor keperempuanannya sejak kecil.
Tak aneh jika Siti pandai basilek. Basilek kato, basilek rago, basilek kapalo.
Acara berakhir dengan tanya jawab antusias dari peserta dari berbagai lapisan termasuk bundo kanduang dan anggota Forum Siti Manggopoh. Hal itu membuat Wevy, pembina FSM merasa bahagia karena satu kegiatan FSM yang telah dirancang berjalan dengan sukses. (rls/red)