 |
| Persiapan Majlis Silaturahmi Tuanku Nasional dengan Prof Duski Samad Tuanku Mudo dan Buya Jajalen Tuanku Sidi di Balai Baru, Padang Pariaman. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Majlis Silaturahmi Tuanku Nasional. Ini nama yang disepakati bersama, terutama oleh para pendiri perkumpulan para tuanku dan orang siak.
Sudah hampir seribuan tuanku dari berbagai surau dan pesantren yang aktif berselancar di grup WA. Dibuat akhir tahun lalu, dan kini tercatat aktif melakukan halaqah secara daring.
Halal bi halal kemarin, melahirkan sejumlah keputusan hebat. Namun, tetap kuat dalam nilai-nilai ahlussunah waljamaah, memperkuat eksistensi tuanku di tengah masyarakat, sesuai profesi dan dinamika yang diikutinya di lingkungannya.
Kamis, 9 Mei 2024 di Balai Baru, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman untuk kesekian kalinya kami bersua dan bertemu, untuk merumuskan langkah serta eksistensi tuanku ini.
Halaqah, silaturahmi, dan risalah, adalah program utama yang sudah dicetuskan saat halal bi halal sebulan yang lalu di STIT Syekh Burhanuddin, Pariaman.
Sambil menikmati katupek gulai tunjang dan teh talue, khasnya Balai Baru, pertemuan pagi hingga siang menjelang itu membuahkan hasil dan makna yang cukup mantap.
Pun tim pendiri, hadir lengkap. Prof Duski Samad Tuanku Mudo, Dr. Zalkhairi Tuanku Bagindo, Dr. Muhammad Nur Tuanku Bagindo, Syafrizal, MM, Tuanku Sidi Sati.
Bahkan dalam rapat di warung itu, guru besar Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah Buluah Kasok, Buya Jalalen Tuanku Sidi hadir dan ikut merumuskan langkah tepat untuk masa depan keberadaan tuanku itu sendiri.
Ada istilah yang masuk secara qias yang disampaikan oleh Buya Jalalen Tuanku Sidi ini. Yakni "ayam berkokok di luar sakok".
Terutama dalam menyikapi keberadaan tuanku yang kian banyak, tapi isi dan kualitasnya masih jauh dari harapan.
Artinya, penting standar kelulusan surau yang kini menjelma jadi pesantren itu, punya keahlian khusus dalam pendalaman kitab.
Ketika persoalan berat, menyangkut hukum dan sosial keagamaan, sebaiknya menjadikan kitab lama sebagai rujukan, yang dibahas secara bersama.
Nah, oleh Majlis Silaturahmi Tuanku Nasional demikian itu menjadi catatan penting, untuk perbaikan masa mendatang.
Makanya, para tuanku yang tapaqquh fiddin, para ulama yang kesibukannya belajar dan mengajar di surau dan pesantren dijadikan guru tuo gadang dalam perkumpulan ini.
Guru tuo gadang, tentu istilah untuk jajaran pembina atau pendiri dalam majlis tersebut.
Halaqah, ya pertemuan tiap sebulan sekali, di surau atau pondok pesantren. Bulan ini tepatnya diadakan di MTI Batang Kabung Padang, dengan topik bahasan adat dan adab ziarah dan basapa.
Hasil halaqah dirumuskan dalam risalah, dan menjadi fatwa tuanku terhadap hasil dari halaqah itu sendiri.
Bulan berikutnya, halaqah di adakan di Surau Lubuak Tajun Pakandangan, yang mashur dengan Pesantren Darul Ikhlas.
Mungkin setelah di Pakandangan, kita bertemu di Buluah Kasok, tempat Buya Jajalen Tuanku Sidi.
Program ini juga selaras dengan gagasan Prof Duski Samad Tuanku Mudo, yang ingin menjadikan tuanku yang sarjana, dan sarjana yang tuanku.
Legalitas dari majlis ini, digantungkan ke Yayasan Islamic Center Syekh Burhanuddin.
Tinggal melengkapi pengurus. Menjelang tanggal 28 Mei ini, struktur kepengurusan yang akan dilaunching pada pertemuan halaqah di Batang Kabung itu, diharapkan bisa selesai dengan baik dan benar.
Mengakomodir seluruh tuanku, agar komunikasi dengan pesantren atau surau tempat dia mengaji dulu bisa nyambung.
Sebab, setiap halaqah dilakukan di surau dan pesantren. Lengkap pula dengan menemui dan minta restu ke seluruh pimpinan pesantren yang telah melahirkan para tuanku ini.
Inilah tugas berat Ketua Umum Dr. Zalkhairi Tuanku Bagindo bersama Tim Formatur, Dr. Muhammad Nur Tuanku Bagindo, Armaidi Tanjung, Syafrizal Tuanku Sidi Sati untuk menuntaskan kerja yang terbengkalai saat bersua di Balai Baru itu. (ad/red)
