KH Akhmad Khambali dalam sebuah kegiatan. (ist) |
Medan, Sigi24.com--Dalam setiap perhelatan pemilihan pemimpin tersedia masa kampanye sebagai sarana untuk menyampaikan visi misi, program dan gagasan dari setiap kandidat.
"Para calon pemimpin menawarkan beragam janji dan cara untuk menghadirkan perubahan kepada masyarakat agar kehidupan menjadi lebih baik," ujar Akhmad Khambali, Pengamat Kebijakan Publik.
Penyampaian visi misi menjadi salah satu prasyarat pencalonan dalam pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung pada 27 Nopember 2024 serentak di Indonesia.
Pertukaran gagasan disuguhkan kepada masyarakat melalui debat antar kandidat. Publik dapat menyaksikan langsung kemampuan para calon kepala daerah dalam memberikan solusi terhadap setiap permasalahan.
Jargon yang diusung oleh setiap pasangan calon pemimpin pasti menawarkan kebaikan dan serasa nikmat untuk didengarkan.
Komitmen semua paslon ingin menjadi pemimpin yang jujur, amanah, merakyat, anti korupsi dengan spirit perubahan di berbagai bidang. Jika kita cermati isu-isu yang disoroti oleh para kandidat tidak bergeser dari persoalan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pelayanan publik.
Selain itu yang tidak pernah absen adalah janji untuk membuka lapangan kerja, mengatasi pengangguran dan perbaikan ekonomi masyarakat. Kampanye menjadi media interaksi antara kandidat dan para pemilih. Semburan narasi dan retorika dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik simpati publik untuk mencoblosnya pada saat di bilik suara.
Menurut Kyai Khambali yang juga Pengasuh Majlis Sholawat Ahlul Kirom, Khusus Pilgub di Sumatera Utara yang sudah mulai muncul kandidat diantaranya : Nikson Nababan, Bupati Taput 2 Periode, Edy Rahmayadi, Musa Rajecksah dan Bobby Nasution.
Dari 4 yang sudah muncul, harapan Kyai Khambali jangan hanya sekedar tebar pesona, pura-pura baik dengan masyarakat dan silaturrahim ke sana kemari.
Namun setelah lewat masa iddah atau udah duduk selama 40 hari lupa sama masyarakat bahkan terkesan abai dan ini kebiasaan buruk para pemimpin kita.
Kyai Khambali mengatakan, agar masyarakat cermat dan cerdas memilih Gubernur Sumatera Utara yang akan datang, pilihlah pemimpin Sumut yang visioner, penuh integritas, yang solutif, yang merangkul seluruh komponen masyarakat.
"Apalagi Sumatera Utara adalah miniatur Indonesia, maka pilihlah pemimpin yang mengayomi berbagai suku, agama, ras dan etnis," ujar Kyai Khambali.
Tantangan yang dihadapi oleh paslon kepala daerah adalah persepsi publik yang terlanjur beranggapan bahwa pil KB kalau lupa jadi sedangkan pilkada kalau jadi lupa.
Ungkapan tersebut mencerminkan ketidak percayaan publik terhadap janji-janji yang ditawarkan oleh para kandidat. Seolah siapapun dia dan darimana berasal pada akhirnya setelah terpilih dan menjabat lupa pada janji yang pernah dilontarkan. Rendahnya kepercayaan masyarakat tentu tidak terjadi tiba-tiba melainkan sebagai akumulasi dari pengalaman empiris yang dirasakan dalam proses demokrasi yang terjadi di republik ini.
Rekam jejak kandidat dalam memimpin organisasi dan perilaku keseharian berinteraksi dengan masyarakat dapat menjadi ukuran seseorang untuk dicalonkan dalam pemilihan kepala daerah. Rivalitas politik untuk mendapatkan tiket maju pilkada mesti dimaknai sebagai perlombaan pengabdian untuk mewujudkan kebaikan bagi masyarakat.
Menurut Kyai Khambali, pemimpin daerah adalah suluh kehidupan dari setiap harapan warga untuk memperoleh kebahagiaan. Secara ringkas dapat ditegaskan bahwa yang harus dilakukan oleh para pemimpin daerah agar dapat membawa perubahan di antaranya;
Pertama, Tone at the Top adalah seorang pemimpin harus memberikan dukungan, nasihat, wejangan, dan motivasi yang kuat terhadap kinerja jajarannya serta pengendalian diri dari sikap dan perilaku korupsi. Suara seorang pemimpin dibutuhkan untuk menerjemahkan visi misi kepemimpinannya sehingga dapat dipahami dan dijalankan oleh para pembantunya.
Kedua, Walk the Talk yang berarti seorang pemimpin dalam suatu organisasi harus selalu menjadi teladan yang baik bagi setiap pengikutnya. Setiap yang dilakukan oleh seorang pemimpin akan ditiru oleh anggotanya. Keteladanan pemimpin yang baik akan mampu menggerakkan seluruh potensi masyarakat dalam membangun daerah. Perilaku disiplin dari seorang pemimpin jauh lebih penting dibanding aturan tertulis yang ada, karena satu keteladanan akan mengalahkan seribu arahan.
Ketiga, Knowing your Employee memiliki pengertian bahwa seorang pemimpin harus mengenali karakter setiap perangkat dan kinerjanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bersikap terbuka dan peduli terhadap masyarakat, menjalin komunikasi yang inten dengan rakyat, dan bekerja bersama masyarakat.
Jika para Kandidat Gubsu nantinya bisa menjalankan 3 Suluh Kehidupan di atas, Maka Rakyat akan Sumut akan Memilihnya dengan Mata Hati, bukan dengan Mata Uang Ujar Kyai Khambali yang juga Ketua Umum Gema Santri Nusa.
Jadilah pemimpin yang jujur dan tepercaya, tunaikan apa yang sudah dijanjikan. Karena itulah jalan untuk memperoleh kemuliaan di mata manusia dan Tuhan, tutup Kyai Khambali. (rls/red)