Silaturahmi Tuanku Mudo Duski Samad, Gus Firdaus dengan Tuanku Mudo Suhaili, pemilik Pesantren Darul Ikhlas Pakandangan. (ad) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Tiga "Tuanku Mudo" dan seorang Gus, Jumat 26 April 2024 bersua dalam silaturahmi dan diskusi.
Ya, silaturahmi dan diskusi yang disengaja sebagai tindak-lanjut dari seminar nasional pekan lalu. Bertemu di Surau Lubuak Tajun atau Pondok Pesantren Darul Ikhlas, Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung, Padang Pariaman.
Adalah Tuanku Mudo Duski Samad, Tuanku Mudo Suhaili, Tuanku Mudo Damanhuri, dan Gus Firdaus.
Siang menjelang sore. Di komplek Pondok Pesantren Darul Ikhlas yang diasuh Tuanku Mudo Suhaili. Kami bersua dalam pertemuan yang terbilang panjang.
Tapi tidak pula terlalu lama. Ketika Gus Firdaus saya suruh berbelok ke kiri setelah jembatan Lubuak Tajun, rupanya Tuanku Mudo Suhaili sedang di sana.
Tentu langkah tepat untuk sebuah keputusan yang baik. Sebab, surau yang ditinggalkan Buya H. Zubir Tuanku Kuniang yang kini diasuh Tuanku Mudo Suhaili ini ada satu lagi di Toboh Ketek.
Setidaknya, kami ke sini sowan. Begitu Tuanku Mudo Duski Samad, memulai pembicaraan dengan tuan rumah, Tuanku Mudo Suhaili.
Soal dalam artian luas, lebih luas dari sejumlah persoalan yang kini tengah menggerogoti "jantung tradisi tuanku" itu sendiri.
Seperti khutbah Jumat bahasa Arab, rukyatul hilal, dan pribadi Tuanku Shaliah Sungai Sariak, yang oleh Tuanku Mudo Suhaili disebut "Inyiak Tuanku Shaliah", adalah jantung tradisinya tuanku.
Terasa di usik, setidaknya ratusan para tuanku berselancar di grup WA yang diasuh Tuanku Mudo Duski Samad.
Banyak pertanyaan, kritikan, kadang tiba pada tuntutan penghakiman pada orang yang dianggap tidak mengerti persoalan itu, tapi memviralkannya di ruang publik.
Dia tidak mengerti dan tidak kenal dengan Inyiak Tuanku Shaliah yang fotonya "dimanfaatkan" oleh banyak orang di belahan dunia nyata.
Di warung nasi urang awak, di banyak perantauan sepertinya menjadi kesenangan dan keberkahan tersendiri untuk memajang gambar ulama hebat di zamannya itu.
Di samping sowan, kehadiran kami ke pondoknya Tuanku Mudo Suhaili sekalian minta izin dan restu, soal gerak langkah dan eksistensi tuanku itu sendiri.
Tuanku yang bergabung dan digabungkan dalam grup WA silaturahmi tuanku nasional yang hadir sejak Oktober tahun lalu.
Kenapa! Tuanku Mudo Suhaili satu dari banyak ulama yang punya dan memiliki "legalitas" tuanku itu sendiri.
Ya, kehadiran tuanku yang merupakan perpaduan syarak dan adat di lingkungan surau atau pesantren salafiyah. Tiap tahun pesantren menghadirkan tuanku yang akan menjadi "suluah bendang" di tengah masyarakat.
Kemudian, tentang kelanjutan halaqah tuanku yang diputuskan sebulan sekali bertemu.
Bertemu untuk bersilaturahmi, mengaji bersama dengan topik pengajian yang ditentukan sebelumnya.
Dua sampai tiga tuanku pengasuh pesantren yang jadi narasumber atau "guru tuonya" saat mengaji itu.
Pertemuan diputuskan di pesantren atau surau yang dipergilirkan setiap bulannya.
Pertemuan Sabtu ketiga di mulan Masehi. Besok ini, pertemuan itu di Batang Kabung, Padang. Tepatnya di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI), dengan tuan rumah Tuanku Sutan Mahyuddin Salif.
Menguliti tema ziarah, basapa dengan segala ruang dan gerakannya. Basapa dan ziarah tentu masuk ke dalam jantung tradisinya tuanku.
Karena tuanku atau juga disebut sebagai "orang siak" yang menjaga dan merawat ziarah dan basapa itu sendiri bersama jemaahnya. (ad/red)