Prof Duski Samad Tuanku Mudo |
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ
الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ
لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قال الله تعالى فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُون
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah Alhamdulillah, kemarin, saat surya mulai tenggelam membersamai kepergian Ramadhan, kita telah merampungkan ibadah rukun Islam yang keempat, yaitu satu bulan berpuasa berikut rangkaian ibadah-ibadah sunah di dalamnya. Lalu, setelah kita meraih momen kemenangan ini, apa yang harus kita perbuat? Apakah berbangga diri dengan pencapaian spiritual yang telah dicapai? Atau merayakannya dengan penuh suka cita? Atau apa?
Kemenangan Idul Fitri adalah ketika kita berhasil meraih kematangan spiritual dan sosial setelah satu bulan penuh digembleng dan dididik di madrasah Ramadhan. Iman itu terdiri dari dua bagian, sebagian pada sabar dan sebagian pada syukur” begitu hadist Nabi.
Spiritualitas seorang muslim pada akhirnya terdidik antara dua hal ini. Disiang hari diperintah menahan diri, lapar dan dahaga, sejak pagi hingga petang dan kemudian Allah berikan keluasan untuk berbuka. Bukankah saat berbuka itu tingkat kesyukuran tereskalasi maksimal. Karena sungguh manisnya hidup adalah setelah berjuang, begitulah kiranya Imam Syafi’I menarasikan rasa. “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Tidakkah kita mengerti seorang yang spiritualitasnya telah matang tiada lagi ketakutan, kekhawatiran, kegundahan dan kegembiraan mereka hanya pada ketaatan kepada Allah? Selama Engkau tidak marah pada ku Ya Allah, maka kuterima takdirku”
Kematangan sipritual yang hendaknya kita rawat dan selalu diberi asupan gizi yang baik adalah menjaga dua sifat jiwa, yaitu raja’ dan khauf. Pemenang Ramadhan harus meneguhkn prinsip khauf dan raja’. Khauf adalah kekhawatiran apakah ibadah hamba diterima oleh Allah swt atau tidak, sehingga kita tidak terlalu puas dan berbangga diri dengan pencapaian ibadah yang telah dilakukan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ اللّٰهِ فَاِ نَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰ تٍ ۗ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
"Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui."(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 5).
Raja’ adalah berharap, sikap optimisme bahwa Allah dengan sifat kasih sayangNya, mau menerima amal ibadah yang sudah lakukan. Saat Ramadhan berlalu, dua sikap ini hendaknya diterapkan secara proporsional atau berimbang. Orang yang ibadahnya tidak didasari sifat khauf akan terlalu percaya diri dengan ibadahnya dan merasa cukup dengan amal yang telah dilakukan. Sementara sifat raja’ diperlukan agar tidak putus asa kepada Allah swt. Sifat raja’ ini dilakukan dengan rasa optimis bahwa Allah menerima ibadah yang telah perbuat. Sebab, Allah sesuai perasangka hamba-Nya.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menyampaikan “Setiap selesai berbuka puasa, seyogyanya setiap shaimin merasa khawatir sekaligus menaruh harap kepada Allah. Khawatir jangan-jangan ibadah tidak diterima, juga berharap bahwa Allah menerimanya. Sebab, hamba tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk hamba yang dekat di sisi Allah, atau sebaliknya ditolak sehingga dia termasuk hamba yang mendapat murka-Nya”.
Sikap raja’ dan khauf harusnya mengejewantah pada tiap insan yang beriman.
اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَ رْضِ بَعْدَ اِصْلَا حِهَا وَا دْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan."(QS. Al-A'raf 7: 55- 56).
SELEBRASI FAIZIN
Selebrasi yang dimaksud di sini adalah merayakan kemenangan, sedangkan makna faizin artinya pemenang. Makna ucapan minal aidizn wal faizin (kembali fitrah (suci) dan futrah (sarapan pagi) yang disuarakan setiap kali bertemu dan bersalaman dengan siapapun adalah pernyataan kegembiraan sebagai pemenang yang sukses yang diharpkan menjadi inspirasi bagi diri dan orang lain dalam masa-masa berikutnya.
Ada tiga bentuk kondisi kegembiraan yang harus dipertahankan dijaga keberlanjutan sepanjang waktu, “Ramadhan sepanjang hayat” guna menuju kehidupan berkualitas, hasanah fiddunya dan hasanah fil akhirat yang menginspirasi diri dan orang lain.
Pertama: Kepatuhan maksimal (imtisalan anil awamir). Patuh, taat, dan loyal tanpa pamrih terhadap aturan Allah swt ( hududullah) dibuktikan oleh shaimin dengan senang hati berhenti makan minum siang hari yang itu halal di hari-hari lain. Rangkaian ibadah qiyamu ramadhan, tilawatil quran, infaq, ta’lim dan kebiakan lainnya dilakukan semata untuk mengapai ridha-Nya.
Inspirasi kepatuhan ini mesti ditanamkan secara kuat di dalam jiwa sebagai bekal menghadapi hari mendatang yang tiap hari kehidupan menyodorkan perbuatan hobbi melanggar aturan ilahi. Disiplin buka dan sahur, tentu menjadi karakter mukmin yang baik, sebab disiplin membuat orang sukses. Ibadah shalat wajib dan sunat, inspirasinya meneguhkan ketataan tiada hentinya. Makan yang halal, baik, tidak berlebihan dan etika kehidupan lainnya hendaknya dapat dirawat pasca Ramadhan.
Inspirasi paling utama adalah menjadi orang “imsak” dalam mengunakan kata dan narasi, qaulan sadida kata yang benar, jelas dan tidak menimbulkan mudarat bagi orang lain, (QS. An-Nisa’/4:9). Melawan narasi negatif dengan qaulan ma’rufa, (QS An-Nissa: 5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32).. artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan.
Kisruh wacana, debat tak beretika, persidangan yang mempertontonkan kebohongan dan pembelaan yang sulit dinalar akal sehat adalah tantangan komunikasi Islam di era kebenaran framing, viral dan hoax era digital ini. Alumni Ramadhan diminta menjadi inspirator penguna qaulan sadida, ma’rufa, layyina, maysara (bahasa santunm dan beretika dalam kepantasan dan keadaban).
Kedua : Ketahanan menjaga diri (wajtanibu ‘anin nawahi).
Pemenang taqwa tidak akan dibiarkan nyaman dan tenang oleh mereka yang memang diberikan tugas menjadi lawan tanding, setan, iblis dan manusia yang berhati iblis, yang mencari celah agar piala taqwa pindah tangan dan pemiliknya terpuruk. Menahan diri dari godaan dan imingan hedon, material, kekuasaan dan kesenangan sesaat adalah perjuangan berat.
Saat akan puasa dulu ungkapan raja’na minal jihad ashar lla jihadil akbar (kita kembali dari perang kecil (Perang Badar) menuju perang besar (perang melawan hawa nafsu) terus semangkin mengganas.
Perag melawan korupsi dengan jumlah trilunan rupiah, kecurangan pejabat dari atas sampai bawah, kejahatan kerah putih pungli, komisi dikantor, pembunuha gnosida (pengahapusan etnis Palestina) oleh Yahudi laknatullah adalah perang suci yang tak boleh surut sepanjang zaman.
Menjadikan hati sebagai “imam” atau pengendali nafsu, perasaan dan akal sekalipun adalah cara terbaik untuk mencegah tercebur ke jurang kemaksiatan dan kejahatan. Mengubah pandangan irrasional, seperti mengunakan segala cara untuk mencapai tujuan, menjadi cara-cara rasional adalah pilihan mulia dan bermartab sang pemenang taqwa.
Pikiran rasional yang dapat diterima publik adalah tanda-tanda lain mereka yang menjadi hatinya sebagai penentu arah kehidupannya.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَا بِرُوْا وَرَا بِطُوْا ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 200).
Ketiga : Kemauan untuk lebih baik, (wiqayah).
Kegembiraan sang pemenang dituntut memicu semangat untuk lebih baik dan maju ke depan. Indonesia maju dan unggul adalah keniscayaan yang tak boleh diwacanakan saja, tetapi mesti dikerjakan dengan standar maksimal, bukan seadanya.
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَا دِنَا ۚ فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚ وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُ
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."(QS. Fatir 35: 32).
Pembiaran terhadap kezaliman dan kecurangan adalah berarti pengingkaran terhadap kualitas umat terpilih. Berfastabiqul khairat mengejar karunia terbesar itulah hamba terpilih, mereka yang dapat menyandang gelar kehormatan muttaqin.
Natijah yang hendak ditegaskan bahwa kematangan sipritual dengan menjaga khauf dan raja’ adalah cara terbaik untuk menjaga kendali mutu (quality insurance) hasil Ramadhan. Merayakan keluar sebagai pemenang menuntut sang legendaris menjadi tetap konsisten pada garis perjuangan, imtisalan anil awamir, (loyal pada aturan ilahi), menutup pintu yang mengundang perusakan, wajtanibu anni nawahi, (mencegah pelanggaran), serta terus memacu kualitas adalah pilihan yang menjadi perhatian pemenang.
Kualitas diri yang dapat mengontrol ego, perasaan dan akal pikiran dengan hati yang jernih adalah indikasi keberhasilan pembinaan Ramadhan. Semoga janji Allah untuk berada dalam sorga dunia akhirat dapat diraih, amin. (Khutbah Idul Fitri 1445H Masjid Babussalam Ulak Karang Padang)
Khutbah II
جعلنا الله وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
بسم الله الرحمن الرحيم
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَم وَأَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ
اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ
وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*Guru Besar UIN Imam Bonjol