Prof Duski Samad Tuanku Mudo |
Aplikasi sistem adalah aplikasi yang telah diinstal sebelumnya, seperti Jam dan Kalkulator untuk Android, atau FaceTime dan iTunes Store untuk iOS. Beberapa aplikasi ini tidak dapat di-uninstal, tetapi Anda dapat mengizinkan atau memblokir akses ke aplikasi tersebut. Perangkat lunak atau aplikasi mempunyaI fungsi (1). Memproses data, perintah, atau instruksi khusus agar pengguna dapat mengoprasikan komputernya sesuai dengan hasil informasi yang di inginkan. (2). Sarana interaksi untuk menghubungkan pengguna dengan perangkat keran lainnya.
Aplikasi al-Quran maksudnya adalah menjadikan al-Quran sebagai perangkat lunak sebagai informasi dan interaksi dengan segala ruang hidup. Satu di antara perangkat lunak yang ada dalam al-Quran yang dapat memproses data dan sarana interaksi adalah tadabbur.
Tadabbur yakni memahami makna lafal Al-Qur'an dan memikirkan apa yang ditunjukkan, apa yang terkandung pada ayat-ayat Al-Qur'an, serta apa yang menjadi makna Al-Qur'an itu sempurna dari tanda dan peringatan dalamnya.
Orang yang menadaburkan Al-Qur'an, adalah mereka yang mengambil manfaat dan hikmah oleh hatinya, tunduk pada nasihat-nasihat Al-Qur'an, juga yang patuh terhadap perintah darinya. Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat di atas dalam Madrasah Pendidikan Jiwa. Menurutnya orang-orang munafik, merekalah yang tidak mentadaburi dan tidak memikirkan (tafakkur) Al-Qur'an. Sementara orang mukmin lah yang mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an selagi memikirkan akibatnya.
Menurut Syekh Al-Jurjani, tadabbur memiliki kesamaan dengan tafakkur, melansir buku Alfaazh oleh Masduha. Bedanya bila tafakkur yaitu mengarahkan kalbu untuk memahami argumen berdasarkan dalil, jika tadabur adalah mengarahkan hati kepada akibat atau hasil akhir dari ayat-ayat Al-Qur'an.
Alquran membuka kunci hati maksudnya hanya ayat-ayat Allah yang dapat menembuskan kerasnya hati manusia. Karena aplikasi tadabbur sistim kerjanya ada pada hati, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰ نَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَا لُهَا
"Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an, ataukah hati mereka sudah terkunci?"(QS. Muhammad 47: Ayat 24)
Menghayati (tadabbur) al-Quran diyakini akan mengantarkan kepastian bahwa ayat-ayat al-Quran ini adalah berasal dari yang Maha gaib dan tidak sedikitpun ada pertentangan di dalamnya.
اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰ نَ ۗ وَلَوْ كَا نَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَا فًا كَثِيْرًا
"Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya."(QS. An-Nisa' 4: Ayat 82).
Ada banyak strategi untuk membuka kunci hati atau membuat hati luluh menerima kebenaran. Kajian ini akan mengungkap dua pendekatannya, pertama pendekatan tadabbur nash atau ayat-ayat al-Quran yang absolut, dengan hati yang namun sudah teruji. Kedua pendekatan ilmiah yang rasional, ta’akul dengan mengunakan argumen dan dan dapat diujicoba dengan metode yang sama dan sistim yang tak diganti.
TADABBUR ORISINIL DAN INSPIRATIF
Nash al-Quran mengungkap bahwa al-Quran itu kitab yang tak asli, orisinilitasnya terjamin, (QS. An-Nahl/13).Tidak sedikitpun ada keraguan padanya, (QS. Al-Baqarah/2:2). Kitab yang tak ada padanya kekeliruan dan pertentangan, (QS. Al-Kahfi/18:1). Kitab yang isinya membebaskan manusia dari kebodohan kepada ilmu pengetahuan, (QS. Ibrahim/14:1).
Bahkan ayat pertama turun adalah menjadi awal dan muasal kemajuan ilmu pengetahuan, membaca dan menulis, (QS. Iqra’ 1-5). Dalam al-Quran surat al-Qalam, mengandung huruf (nun), pena dan buku sebagai alat belajar dan pada ayat ketiganya ada pernyataan Allah swt bahwa Nabi Muhammad saw pemilik akhlak agung atau paling mulia.
Al-Quran mengandung kisah inspiratif baik pengalaman baik masa lalu untuk dikembangkankan bagi kebaikan masa depan. Kisah pemegang kekuasaan (Raja) dan sekaligus Nabi Sulaiman as, yang kewenangan anak buahnya termasuk jin, angin dan setan, hebatnya kuasanya diberikan untuk sang khaliq dan penduduknya. Kisah semut yang menghindar saar Raja Sulaiman as mau lewat perbukitan tempat semut bersarang.
Kisah Nabi Ibrahim as, bapaknya para Nabi dan Rasul yang teguh aqidah, meski harus di bakar dan diperintah menyembelih anak semata wayang, tetapi Allah swt menyelamatkan Nabi Ibrahim dan kepatuhan menjadi syariat bagi umat Nabi Muhammad saw, haji dan umrah setiap tahunnya.
Kisah Nabi Nuh As yang tak bosan sedikitpun menjalankan dakwah, akhirnya kisahnya umat diturunkan bencana banjir dan tsunami besar. Nabi Yunus as yang beberapa waktu menginap di perut ikan Paus, ia bebas karena doanya yang tulus dan ikhlas. Banyak sekali kisah sukses orang terpilih untuk menjadi fakta bahwa kebaikan pasti berbuah kebaikan pula.
Al-quran juga menarasikan kisah pendurhakaan, kebejatan dan kebengisan Raja-raja, pengusaha dan pemuka negeri yang zalim, kelaknya mereka pasti hancur. Nama Fir’aun, Namrud, Qarun, Haman, dan nama-nama aktor jahat yang tak pernah diambil orang menjadi nama anaknya. Betapa sejarah mencatat setiap tirani yang kejam dengan sebutan Fir’aun, konklomerat yang nakal disandingkan dengan Qarun, nauzubillahi minzalik.
TA’AQUL DALIL DAN ARGUMEN
Al-Quran sebagai kitab suci yang isi, materi dan bahan yang ada dalamnya mengandung petunjuk (hudan), bahan pelajaran (mauidzah), bahkan obat (syifa’) dalam semua bidang kehidupan dan juga menukilkan tentang hal-hal yang belum terjangkau saat al-Quran turun (prediktif), khususnya prinsip-prinsipnya, adalah tetap terjamin dan terus akan sesuai dengan tempat dan waktu, (shalil li kulli zaman wa makan).
Dalam al-Quran menegaskan untuk mendayagunakan akal, (ta’akul), nafsu, perasaan dan hati sebagai alat seleksi dalam menentukan benar atau salah, manfaat atau mudarat dari satu keadaan. Al-Quran menyebut ulul albab artinya kepakaran itu diukur dengan kualitas pikir dan dzikirnya (QS. Ali Imran/3:190-1). Apata’qilun, apalayubsirun, dan kata semakna dengan itu adalah perintah Allah agar hamba maksimalkan nalar cerdas, aplikasi akal cerdas dalam menyelesaikan masalah apapun jua.
Dalam kajian ilmu psikologi ada metode argumentatif dalam pendaguyagunaan cerdas untuk menterapi diri sendiri melalui pendekatan RASIONAL, EMOTIF THERAPY (RET). Rasional Emotif Terapi (RET) adalah salah satu jenis terapi kognitif yang dikembangkan oleh Albert Ellis.
RET bertujuan untuk membantu individu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengubah pola pikir irasional yang menyebabkan emosi negatif dan perilaku tidak sehat. Terapi ini fokus pada hubungan antara pikiran, emosi, dan perilaku, serta mengajarkan klien untuk menggantikan pikiran negatif dengan pikiran yang lebih rasional dan sehat. RET biasanya melibatkan teknik-teknik seperti disputasi, restrukturisasi kognitif, dan pembentukan keyakinan yang lebih positif. Tujuan utamanya adalah membantu individu mencapai perubahan positif dalam cara mereka merespons situasi dan mengelola emosi mereka.
Rasional Emotif Terapi (RET) adalah pendekatan terapi kognitif yang dikembangkan oleh Albert Ellis. Berikut adalah langkah-langkah dalam Rasional Emotif Terapi (RET):
1. Identifikasi dan Pemahaman Emosi: Langkah pertama dalam RET adalah mengidentifikasi emosi yang dirasakan dan memahami penyebabnya. Klien diajak untuk mengenali emosi negatif yang muncul dan mengapa emosi tersebut muncul.
2. Identifikasi Pikiran Irrasional: Selanjutnya, klien diminta untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran irrasional yang mendasari emosi negatif tersebut. Pikiran-pikiran irrasional ini seringkali merupakan keyakinan yang tidak rasional dan tidak beralasan.
3. Reframing Pikiran: Setelah pikiran irrasional teridentifikasi, klien diajak untuk merubah atau merefleksikan kembali pikiran-pikiran tersebut ke dalam pikiran yang lebih rasional dan realistis. Hal ini bertujuan untuk mengubah pola pikir negatif menjadi positif.
4. Menerapkan Teknik Kognitif: Dalam RET, klien diajarkan untuk menggunakan teknik kognitif seperti disputing (mempertanyakan) pikiran irrasional, menggantikan pikiran negatif dengan pikiran positif, dan mengubah pola pikir yang tidak sehat.
5. Mengubah Perilaku: Langkah terakhir adalah mengubah perilaku yang tidak sehat atau merugikan yang dipengaruhi oleh emosi negatif dan pikiran irrasional. Klien didorong untuk mengambil tindakan yang lebih adaptif dan sehat berdasarkan pemahaman yang baru.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Rasional Emotif Terapi dapat membantu individu mengatasi emosi negatif, mengubah pola pikir yang tidak sehat, dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.
Disamping RET penemu teori ini menambahkan B (behavior), lengkapnya rasional, emotif, behavior terapi. Menambahkan prilaku ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa emosi dan prilaku negatif dapat dikembalikan menjadi positif dengan memaksimalkan terapi rasional.
Dalam perkembangan lebih jauh indikator mereka yang bisa menjadikan rasional, akal cerdas dan akal lurus menjadi terapi nafsu, perasaan dan akal dari negatif dan distruktif, dapat dilakukan dengan mengikuti tiga latihan rasional.
(1). Mengubah pikiran irrasional menjadi rasional, artinya informasi yang berupa dugaan, issues, hoax, berita yang tak masuk akal, mesti diabaikan dan lebih dikedepankan cara berfikir rasional berbasis data, fakta dan bukti.
(2). Menjadikan pikiran rasional personal dapat dikonfirmasi dengan rasionalitas publik. Artinya kewarasan orang perorang bisa diterima bila ia dapat atau bersesuaikan dengan kewarasan yang berlaku secara umum dan sesuai norma standart.
(3). Menjadikan akal, nafsu dan perasaan tidak berjalan dan bergerak sendiri-sendiri, tetapi di bawah pimpinan dan kendali hati nurani. Nurani yang benar jelas sesuai fitriah (QS.30:30).
Penutup kalam patut diingatkan bahwa umat Islam adalah entitas yang paling beruntung adanya kitab suci yang orisinilitas dan inspiratif masih terjamin, (tadabbur). Lebih dari pemberian ruang yang luas pada maksimalisasi akal cerdas (ta’aqul) dalam apapun, termasuk terapi dari efek negatif nafsu, adalah menjadi pintu masuk (entri point) kemajuan dan peradaban Islam di masa datang, wallhu’alam bishawab. (Nuzulquran, Keluarga Besar Asrama haji, Tabing, Sahur 04. Jumat, 05 April 2024). AmbonI/4 Wisma Indah Siteba Padang.
*Guru Besar UIN Imam Bonjol