Sesi bedah buku Goresan Puisi di Hari Tua karya Saunir Saun. (ist) |
Padang, Sigi24.com--Launching dan Bedah Buku Goresan Puisi di Hari Tua karya Saunir Saun mendapat sambutan yang hangat dari kalangan pencinta buku. Tidak hanya kalangan mahasiswa dan guru yang banyak hadir, sejumlah seniman Taman Budaya dan pegiat literasi lainnya, cukup ramai memenuhi Aula Dinas Kebudayaan Sumbar Sabtu sore (16/3) di Pantai Padang.
Yang lebih menarik lagi adalah kehadiran Bunda Literasi Sumatera Barat Ny. Harneli Mahyeldi. Dia tidak hanya memberi sambutan di pembukaan, tapi juga hadir dan memberikan sumbang saran pada sesi tanya jawab pada acara tersebut.
Bahkan isteri Gubernur Mahyeldi itu baru meninggalkan ruangan hanya beberapa saat sebelum acara berbuka puasa bersama. Diperkirakan tidak kurang dari empat jam, perempuan yang akrab dipanggil Ummi ini hadir bersama-sama pencinta buku lainnya di acara itu.
Acara launching dan bedah buku itu sendiri dibuka oleh Gubernur Sumatera Barat diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Jefrinal Arifin.
Dalam sambutannya, Jefrinal menyambut baik acara bedah buku itu karena itu juga termasuk dalam salah satu sisi dari kebudayaan. Tak hanya itu Jefrinal juga merespon kegiatan yang dilaksanakan DPD SatuPena Sumbar ini sebagai sebuah kegiatan yang sangat bagus untuk menumbuhkembangkan minat menulis dan minat baca di Sumatera Barat.
Sebelumnya, Ketua DPD SatuPena Sumbar Sastri Bakry menyebutkan, bahwa launching dan bedah buku Saunir Saun adalah salah satu di antara sekian banyak kegiatan yang dilaksanakan DPD SatuPena Sumbar.
Bahkan Mei nanti, DPD SatuPena juga akan menggelar acara the 2nd International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang kedua dengan menghadirkan sebanyak 18 negara. Khusus dalam hal kepenulisan, DPD SatuPena Sumbar selalu mendorong para anggotanya untuk rajin menulis dan berkarya.
“Seperti yang dilahirkan Saunir Saun ini. Dia tahun sebelumnya juga telah kita anugerahkan penghargaan sebagai Penulis Prolifik tahun 2023. Sebagai penulis yang paling rajin menulis puisi, terutama di grup WA DPD SatuPena Sumbar. Meskipun usia sudah memasuki 70 tahun, namun jujur saja banyak penulis yang lebih muda, kalah oleh keaktifan Saunir Saun dalam hal menulis,” ujar Sastri.
Sedangkan Bunda Literasi Harneli Mahyeldi dalam sambutannya mengaku termotivasi dengan bedah buku penulis senior seperti Saunir Saun ini.
Apalagi hampir di setiap puisi yang ditampilkan di buku itu, berisi nasehat dan pesan-pesan moral yang berguna bagi generasi muda, khususnya dan masyarakat pada umumnya.
“Jujur, saya juga sering menulis. Terutama menulis pantun-pantun yang sering saya bacakan pada saat memberi sambutan di acara-acara. Sebagai sebuah literasi, tentu apa yang saya tulis itu juga layak untuk dibukukan. Karena itulah, melihat buku dan karya-karya Saunir Saun ini, saya juga termotivasi untuk membukukan tulisan-tulisan saya tersebut,” ujar Ny. Harneli disambut tepuk tangan hadirin.
Bedah buku Karya Saunir Saun berjudul Goresan Puisi di Hari Tua ini dilakukan oleh Prof. Dr. Haris Effendi Tahar, M.Pd dan peneliti BRIN Dra. Zusneli Zubir. Dengan dimoderatori oleh Sekretaris DPD SatuPena Sumbar Armaidi Tanjung itu, banyak sisi-sisi menarik yang terungkap dalam bedah buku itu. Bahkan Prof. Haris sendiri merasa kaget ketika ia mengetahui banyak karya-karya Saunir ia baca.
“Padahal saya sudah lama kenal dengan Saunir ini karena sama-sama di UNP. Meski saya sedikit lebih senior dari dia, selama di kampus, Saunir terlihat tidak terlalu menonjol sisi kepenulisannya. Tapi apa pun namanya, kehadirannya sebagai penulis yang khas yakni penulis prolifik, ini merupakan suatu hal yang harus kita sambut baik dan kita banggakan,” ujar Haris.
Zusneli Zubir yang juga aktif di DPD SatuPena Sumbar mengaku hampir setiap hari membaca puisi Saunir Saun muncul di Grup WA DPD SatuPena Sumbar. Puisi Saunir yang menceritakan keadaan sehari-hari dan apa adanya, telah membuka wawasan baru, terutama bagi para penulis pemula di daerah ini.
“Sebab jarang lho, orang seusia Saunir begitu aktif menulis. Bahkan kami-kami yang masih berusia jauh lebih muda dari dia, kalah jauh dibanding Saunir,” ujar Buk Nel, panggilan akrab Zusneli Zubir.
Saunir Saun sendiri ketika diminta komentarnya menyebutkan, bahwa hobi menulis memang lebih intens dilakukannya pada saat ia sudah pensiun di UNP. Walaupun di waktu muda ia juga sering menulis, tapi ia sendiri acap merasa tidak pede dengan tulisannya. Itu sebabnya sering tulisannya dibuang begitu saja.
“Tapi di saat sudah tua begini, ternyata saya selalu mendapat motivasi, terutama dari Ketua SatuPena Sastri Bakry untuk terus menulis. Ya, buku ini adalah salah satu dari 10 buku yang telah saya lahirkan,” ujar Saunir yang juga Wakil Rektor Universitas Muhammad Yamin ini.
Seniman sekaligus budayawan Rizal Tanjung menyebutkan, gaya prolifik yang menjadi andalan Saunir Saun dalam menulis sebenarnya adalah cara membuat puisi yang sangat tradisional. Namun sebagai sebuah karya, apa yang telah dilahirkan Saunir ini tetap bernilai sastra.
“Itu sebabnya saya sering memprotes kenapa di setiap karya Saunir, selalu ada kata “bukan penyair” tertulis di belakang nama Saunir. Padahal sebagaimana saya katakan tadi, bahwa apapun bentuk goresan puisi yang dibuat, maka penulisnya adalah penyair. Semoga ke depan Saunir mau menghilangkan kata "bukan penyair" di belakang namanya itu,” pungkas Rizal Tanjung.
Ikut hadir pada kesempatan itu seniman dan budayawan sekaligus Komisaris PT. Semen Padang Khairul Jasmi, utusan dari BPSDM Sumbar, Rini Jamrah, sekretaris Dinas Arsip dan Perpustakaan Sumbar Rahimi Sidik serta guru-guru, mahasiswa dan komunitas sastra forum Lingkar Pena. (ns/red)