Kami yang satu mobil ke stasiun dan sempat bersua sopir yang banyak cirik minyak. (ist) |
Bandung, Sigi24.com--Sampai jumpa lagi di Bandung. Kata-kata ini setidaknya pembenar, betapa Bandung tak akan pernah puas untuk dikunjungi.
Sengaja di buat di dinding dekat pintu naik eskalator stasiun Bandung. Dan memang, stasiun yang diresmikan sejak 17 Mei 1884 ini menjadi tumpuan para penumpang kereta api.
Di tambah sejak mulainya kereta api cepat Jakarta - Bandung, stasiun ini semakin padat saja.
Rombongan PWI dan Kominfo Pariaman yang melakukan studi komparatif ke Bandung, Rabu 6 Maret 2024 juga lewat jalur stasiun ini untuk sampai ke Jakarta.
Sepertinya, stasiun Bandung ini punya kisah dan cerita tersendiri. Paling tidak kisah di setiap orang yang menggunakan moda transportasi cepat, bebas macet, dan tetap bisa maksimal beraktivitas.
Rombongan yang dipimpin Kepala BPKAD Buyung Lapau, Sekdis Kominfo Riky Falantino, Ketua PWI Ikhlas Bakri berangkat dari hotel ke stasiun, pagi setelah sarapan di hotel.
Dengan mobil yang berbeda. Sehingga tiba di stasiun tidak bersamaan. Meski demikian, tak seorang pun dari rombongan yang ditinggal oleh kereta.
Hanya bingung disuruh ke selatan dari utara, lalu balik lagi. Lama berputar naik turun eskalator, baru bersua kawan yang duluan dan terakhir berangkat dari hotel.
H. Suardi Aminsyah Koto. Wartawan senior yang ikut nyaris tertinggal dan sedikit sibuk bolak balik di stasiun itu.
Tentu kesasar itu tak pula serta merta. Ada hubungan barangkali dengan garah selama di atas mobil, yang sopirnya seorang cewek asal Sumatera, tapi sudah lama di bumi Pasundan itu.
Suger yang duduk dekat sopir, sedikit nyinyir bertanya ke sopir yang memang suka pula bergarah.
Lama cerita, tibalah ceweknya menyebut kata-kata orangtuanya saat menerima tamu dari kampung yang tidak suka selera orang Bandung.
"Banyak cirik minyak". Itu yang paling berkesan oleh cewek ini. Artinya, ketika tamu dari kampungnya Sumatera datang ke Bandung, disuguhi makanan ini dan itu, banyak yang tidak suka, dan lalu mempertanyakan pula.
Hal-hal seperti itu, oleh orangtua si cewek disebut banyak cirik minyak. "Orang kampung ini susahnya, banyak cirik minyak".
Tentu ketika si cewek ini menyebut hal itu, kami tergelak semua. Ya, ketawa lepas. Cewek itu pun tak tahan pula ketawanya.
"Ini melihat titik map-nya, kayaknya bapak-bapak turun di puntu belakang," kata sopir itu, sesaat menjelang tiba di stasiun Bandung.
Memang sih, kata dia, yang turun di depan dan di bagikan utara sana juga ada dan banyak.
Ya, kami ikut saja. Eh, tiba di dalam, tengok kiri kanan, rombongan yang duluan ke stasiun tak tampak batang hidungnya.
Khairul bertanya ke petugas di pintu masuk. Petugas itu menjawab, masih lama berangkatnya, pak. Silakan ditunggu di situ, seraya dia menunjuk tempat duduk.
Lalu, Rudy beli tiket di stasiun itu secara manual, dapat. Lama terpana, keluar masuk stasiun, berfoto, tak juga tampak kawan rombongan lain.
Saya keluar, mencari suasana hangat. Sendiri. Baru tiga kali hisap di luar, telpon berdering, Suardi Aminsyah mengontak rupanya.
"Cepat, orang sudah ke ruangan tunggu," kata Saco, begitu wartawan pensiunan Kemenag ini akrab disapa dari balik telpon.
Secepat kilat pula saya berlari masuk stasiun, dan menjinjing tentengan yang dibawa, masuk ke ruangan mengikuti kawan yang sedikit duluan tibanya di atas.
Tidak ada lagi kata terlambat. Dengan headway 20 - 30 menit, Kereta Cepat akan hadir dengan banyak pilihan waktu perjalanan sehingga jarak Jakarta-Bandung akan ditempuh hanya dalam waktu 36 hingga 44 menit. Perjalanan lebih singkat dan fleksibel untuk aktivitas yang lebih maksimal.
Sayangnya, kami tak langsung dari stasiun Bandung naik kereta itu. Tapi di Padalarang. Dari Bandung ke Padalarang, stasiun terakhir dari Kota Bandung ditempuh dalam waktu sekitar 19 menit.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung hadir dengan tipe terbaru, CR400AF, yang dilengkapi teknologi modern dan handal serta pramugari yang senantiasa siap melayani selama perjalanan Anda.
Fitur Cabin Noise yang lebih rendah akan meredam getaran dengan lebih optimal. Perjalanan berkualitas untuk pengalaman lebih bernilai. (ad/red)