Ketika ziarah di makam Abuya Muda Waly Al-Khalidy. (ist) |
Aceh Selatan, Sigi24.com--Rabu 10 Januari 2024 malam, setelah jalanan seharian dari Aceh Singkil, rombongan jemaah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Padang Pariaman singgah dan ziarah di makam keluarga besar Abuya Muda Waly Al-Khalidy (1917-1961).
Tepatnya, di Desa Blang Poroh, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Aceh Selatan. Rombongan singgah di komplek Pesantren Darussalam, makamnya Abuya itu setelah Magrib di Masjid Besar Ahlussunah wal Jamaah Labuhan Haji.
Menuju pesantren dan ziarah Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini, rombongan yang dipimpin Amrizal Tuanku Sutan, Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro, dan Nursyamsu alias Bujang ini dipandu Anton, perantau urang awak di Labuhan Haji.
Tak lama, karena jarak dari tempat Shalat Magrib tadi tidak begitu jauh. Sehingga dalam waktu dekat, rombongan sampai di komplek pesantren yang memiliki santri lebih dari 3.000 orang ini.
Ritual ziarah pun dilakukan. Sementara, di masjid pesantren sedang berlangsung Shalat Isha berjemaah.
Rombongan pun terus menamat, mengaji, dan zikir bersama, sesuai ritual ziarah yang dilakukan Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah ini.
Menurut salah seorang cucu Abuya Muda Waly Al-Khalidy, istri Abuya yang pertama adalah orang Padang. Anak dari Syekh Muhammad Djamil Jaho Padang Panjang.
Di kenal dengan Ummi Hajjah Rabi'ah. Dengan Umy Rabiah ini, Abuya Muda Waly Al-Khalidy dikarunia dua orang anak.
Dari sejarahnya, Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini punya lima orang istri, dan kelimanya punya keturunan dari Abuya itu sendiri.
Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini terkenal sebagai ulama hebat. Malin kitab, lihai berdebat dan penulis kitab juga.
Menurut cucunya, sejarahnya Abuya beristrikan Ummi Hajjah Rabi'ah, adalah setelah lolos berdebat di Jaho. Oleh Syekh Muhammad Djamil Jaho diberi soal, lalu bila terjawab dengan baik, diberi hadiah dengan dinikahkan langsung dengan putrinya, Ummi Hajjah Rabi'ah.
Berguru ke banyak ulama lulusan Timur Tengah, Minangkabau, dan Aceh sendiri.
Pada tanggal 14 Oktober 1957, Abuya Muda Waly diundang oleh Presiden pertama RI, Soekarno ke Istana Negara.
Abuya Muda Waly Al-Khalidy diberikan gelar Bapak Pendidikan Aceh. Dari sikapnya yang tegas terhadap dunia pemberontakan atau radikal yang dilancarkan oleh DI/TII, Abuya terkenal seorang ulama nasionalis.
Dan dia satu-satunya ulama penggiat dan pengamal aliran tariqat Naqsabandiyah, di awal-awal penyebaran kajian tasawuf di tanah Aceh.
Namun, dari segi aqidah, Abuya Muda Waly Al-Khalidy tetap dengan 'Asyari, sama dengan Syekh Abdurrauf as-Singkili yang memilih tariqat Shatariyah, di Mazhab fiqh, dia berpedoman pada Syafi'i.
Makanya, di kalangan Shatariyah Padang Pariaman, nama Abuya Muda Waly Al-Khalidy terasa baru.
Hanya para tuanku yang mengaji tahun 80 an, tahu dengan cerita Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini.
Oleh Syekh H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah Lubuak Pandan (1908-1996), nama Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini sudah tidak asing.
Sering ketika mengaji dulu, dia menyebut-nyebut nama dan kehebatan Abuya Muda Waly Al-Khalidy ini.
Barangkali kedua ulama ini, pernah bersua di MTI Jaho Padang Pariaman, dibawah asuhan Syekh Muhammad Djamil Jaho.
Dikutip dari Wikipedia, Abuya Muda Waly memiliki nama lengkap Syekh Teungku H. Muhammad Waly Al-Khalidy adalah seorang ulama dari Aceh Selatan. Salah seorang istrinya, Ummi Hajjah Rabi'ah Jamil Jaho pernah menuliskan namanya dengan Syekh Haji Muhammad Wali, Asyafi'i Mazhaban, wal Asy'ari Aqidatan, wan Naqsyabandi Thariqatan. (ad/red)