Rombongan ziarah Tuanku Sulaiman berfoto di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. (ist) |
Padang Pariaman, Sigi24.com--Ziarah ke makam para ulama, merupakan tradisi masyarakat. Terutama mendekati puasa, rangkaian ziarah semakin banyak.
Adalah jemaah asal Sungai Tareh, Nagari Balah Aie Utara, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak melakukan ziarah dari Sumbar ke Aceh.
Sabtu hingga Kamis (16-21 Desember 2023) perjalanan spiritual itu dipimpin Titip Elyas Tuanku Sulaiman.
"Alhamdulillah, sehat. Kini sedang di Banda Aceh, tepatnya di Masjid Raya Baiturrahman," ujar Tuanku Sulaiman dibalik telpon genggamnya.
Menurut Tuanku Sulaiman, dia memimpin ziarah kali ini adalah rombongan dan jemaah pengajian yang rutin mengaji dengan Buya H. Zainuddin Tuanku Bagindo Basa, pengasuh Madrasatul 'Ulum Lubuk Pua.
"Awak disuruh buya memimpin rombongan, karena dia tidak sempat. Maka berangkatlah awak bersama 45 jemaah yang menggunakan satu bus dan mobil Avanza," ujar Tuanku Sulaiman lewat sambungan telpon.
Pihaknya memulai ziarah di Sungai Tareh itu sendiri. Yakni makam Tuanku Lunak Mek Aya. Lalu ke Surau Pekuburan, tepatnya ke makam Tuanku Bagindo Muhammad Umar Lubuk Pua, dan terus Tuanku Shaliah Sungai Sariak.
Ini sebagai pembuka untuk ziarah dan kunjungan ke ulama berikutnya. Tuanku Bagindo Lubuk Pua, Tuanku Shaliah Sungai Sariak dan Tuanku Lunak Mek Aya, adalah guru bagi masyarakat Lubuk Pua dulunya.
Mereka terkenal 'alim dan keramat. Saling hormat menghormati, saling kunjung mengunjungi. "Dari makam tiga ulama terdekat ini kita berdoa, zikir, mengharapkan berkah lewat mendatangi makam guru ini, untuk selanjutnya ziarah jauh dan panjang tentunya," ulas Tuanku Sulaiman.
Tak lama, selesai di makam tiga ulama terkenal zaman dulu itu, Tuanku Sulaiman dan rombongannya melanjutkan perjalanan ke Aceh.
Ya perjalanan menuju makam ulama besar, guru langsung dari Syekh Burhanuddin Ulakan, yakni Syekh Abdul Rauf di Kuala, Banda Aceh.
Namun, sebelum tiba di bumi Serambi Mekkah itu, Tuanku Sulaiman singgah dan ziarah dulu di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Barus, terkenal jalur masuk Islam pertama di nusantara ini. Nama daerahnya malah sudah ada sebelum zaman Nabi Muhammad Saw.
Barus tercatat dalam Quran, sebagai kitab suci umat Islam. Di Barus ini bermakam para ulama, para syekh dari Hadramaut yang datang ke sana, menyebarkan cahaya Islam.
Di Barus itu pula kuburan ulama ditemukan panjang-panjang. Menurut berbagai sumber, panjangnya makam itu bukan pada orang yang bermakam, tetapi lebih pada keilmuan dan kealiman, sehingga kuburannya dibuat panjang.
Di Barus itu pula ditemukan makam salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Tentang makam salah seorang sahabat Nabi yang bermakam di Barus terdapat dan ditemukan perdebatan.
Tuanku Sulaiman menyebutkan, di Barus mereka berziarah ke makam Syekh Mahmud. Makamnya berada di puncak Bukit Barus, sering disebut-sebut sebagai makam sahabat Nabi yang pernah hijrah di Indonesia.
Sebuah literatur menyebutkan, Abdurrahman bin Muadz bin Jabal, dan putera-puteranya Syekh Mahmud dan Ismail berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus sekitar tahun 625 M/4 Hijriyah.
Dari Barus, rombongan meneruskan perjalanan panjangnya ke Aceh. Ya, makam Syekh Abdul Rauf, ulama besar yang erat dan kuat pertaliannya dengan Syekh Burhanuddin Ulakan.
Setidaknya, rangkaian ziarah yang juga disebut sebagai jemaah Syattariyah ini, ada nilai-nilai napak tilas Syekh Burhanuddin Ulakan itu sendiri.
Napak tilas atau menapaki jejak Syekh Burhanuddin Ulakan dulunya dalam menuntut ilmu pengetahuan, yang kelak menyebar luas di bumi Minangkabau.
Lahir di Singkil, Aceh pada tahun 1024 H/1615 M, Syekh Abdul Rauf Singkil adalah ulama besar Aceh.
Dia memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatra dan Indonesia.
Gelarnya adalah Tengku Syiah Kuala atau dalam bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala.
Selama di Aceh, rombongan Tuanku Sulaiman juga berkunjung ke Museum Tsunami Aceh, di Banda Aceh. Berkunjung juga ke Kapal PLTD yang terdampar di Banda Aceh, terdampar akibat tsunami Aceh.
Berkunjung ke Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh, ke kapal tersangkut di rumah warga Aceh di Kuala akibat tsunami Aceh 2004 silam.
Ziarah ke makam ulama, setidaknya Tuanku Sulaiman dan rombongan mengulang kaji. Kaji yang diajarkan guru, guru ke guru diatasnya, yang sanadnya tersambung satu dengan yang lainnya, sampai ke Nabi Muhammad Saw.
Tentu ziarah ke makam Nabi Muhammad Saw di Madinah, bisa dilakukan dengan haji dan umrah. Dengan ziarah, para jemaah melakukan zikir, shalawat dan doa, serta mengingat yang nama kematian setelah hidup.
Ulama besar, 'alim dan punya pengaruh besar, tetap meninggal dunia, apalagi kita yang tidak apa-apanya dibandingkan mereka.
Kematian ulama, tentu dimaknai sebagai perpindahan alam. Pindah dari hidup ke mati, tetapi semangat dan keilmuannya tetap kita amalkan dan teruskan. (ad/red)