Jemaah umrah PT Malika Wisata Utama sebelum terbang langsung ke tanah suci, Rabu 20 Desember 2023, foto bersama di BIM. (ist) |
Padang, Sigi24.com--Langsung dari Padang ke tanah suci, PT Malika Wisata Utama Cabang Padang memilih ke Madinah dulu, baru ke Mekkah setelah itu.
Rabu 20 Desember 2023, 36 jemaah perusahaan yang dipimpin Buya Mashendri Malin Sulaiman ini dipandu langsung oleh Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro.
Lebih memilih dulu ziarah ketimbang umrah, adalah alasan yang tepat. Mekkah sedang padat pengunjung, sehingga lebih baik ke Madinah duluan.
Menyebut Madinah senangnya minta ampun. Yatsrib, itu nama kota tempat Nabi Muhammad Saw hijrah dulunya.
Dari kota inilah cahaya Islam menyebar ke seantero bumi ini. Nabi tidak diterima di Mekkah, lantas memilih Madinah yang kala itu masih bernama Yatsrib untuk pindah.
Susah berganti senang, sedih bertukar bahagia, rusuh berganti aman dan damai. Begitu perjuangan nabi bersama sahabat dan masyarakat Mekkah dulunya hijrah ke Madinah.
Nabi dan kelompoknya yang datang dari Mekkah disebut kaum Muhajirin. Sedangkan masyarakat Madinah yang menyambut kedatangannya disebut kaum Anshar.
Demi agama dan masyarakat Islam, para kaum Muhajirin ini rela meninggalkan harta benda, pangkat dan kedudukan. Hanya dengan persiapan yang bisa dibawa, itulah kehidupan masa depannya setelah tiba di kota tujuan.
Namun, oleh kaum Anshar, kaum Muhajirin dibawah pimpinan Nabi Muhammad Saw dan sahabat ini, tak boleh susah.
Sehingga tempat tinggal disediakan, tempat mengadu nasib pun dibagi, sawah dan ladang pun disediakan dengan apa adanya.
Itulah karakter masyarakat Madinah. Senang dengan tamu, apalagi tamu agung. Sering memberi, suka berbagi.
Sehingga nabi lama tinggal dan sampai akhir hayatnya di Madinah itu. Dari Madinah inilah nabi menaklukkan kota Mekkah.
Menaklukkan dengan tidak kekerasan, tetapi dengan perdamaian dan kesantunan. Ada Piagam Madinah yang diletakkan oleh nabi, sebuah kesepakatan untuk menghargai keragaman dan keyakinan.
Di Madinah Nabi bersama sahabat membangun kehidupan, terutama kehidupan umat dan masyarakat. Bagi nabi, kepentingan umat di atas segala-galanya.
Nabi Muhammad Saw punya prinsip, kalau kaya, dia yang terakhir merasakan, dan kalau miskin, dia yang pertama merasakan dan menikmati soal itu.
Beribadah di Masjid Nabawi, besar pahalanya. Banyak manfaatnya, ribuan pahala menanti, bila kita beribadah di Masjid Nabawi, masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw.
Sama dengan Masjidil Haram di Mekkah. Pahala ibadah beribu kali lipat. Di Mekkah, Ka'bah terletak di dalam Masjidil Haram.
Sedangkan di Madinah, makam Nabi Muhammad berada di Masjid Nabawi. Madinah kaya akan pertanian.
Pertanian sayur, kurma dan sejumlah jenis buah-buahan lainnya. Karena kaya akan pertanian ini, membuat warga Madinah terkenal santun, senang memuliakan tamu.
Menurut Zuhairi Misrawi, Madinah adalah kota yang terletak di gunung dataran tinggi, di persimpangan tiga lembah.
Yakni, Lembah 'Aql, Lembah Aqiq, dan Lembah Himd. Madinah adalah kota hijau, terutama di sekitar gunung. Di bagian barat terdapat gunung Haji. Di barat laut ada gunung Salaa.
Di bagian selatan terdapat gunung 'Ir. Dan gunung Uhud di bagian selatan. Jumlah penduduk Madinah 1,6 juta orang.
Madinah juga disebut sebagai induk dari segala kota. Siapa pun yang datang ke Madinah, akan mendapatkan nilai-nilai spiritual yang amat sangat luar biasa. Mendapatkan pancaran keagungan Islam.
Dengan langsung ke Madinah, rombongan Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro bisa menikmati shalat Jumat di Masjid Nabawi, ziarah ke makam nabi, Taman Raudhah.
Yang tak kalah penting dari itu semua, jemaah Bustanul Arifin Khatib Bandaro yang tergabung dalam Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar ini bisa melakukan napak tilas kajian Syattariyah.
Syattariyah dari Syekh Burhanuddin Ulakan, terus ke Syekh Abdul Rauf di Aceh, lalu terus ke atasnya, Syekh Ahmadul Qusasi di Madinah.
Subhanallah, sebuah perjalanan dan umrah yang maha dahsyat dilakukan jemaah ini.
Ini pula sebabnya, kepada setiap rombongan itu, Buya Mashendri Malin Sulaiman selalu mengikutsertakan tuanku atau ulama sebagai pendampingnya. (ad/red)