Jemaah umrah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar sedang di Jabal Magnet Madinah. (ist) |
Madinah, Sigi24.com--Sehari menjelang bertolak dari Madinah menuju Mekkah, jemaah umrah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar mendatangi lokasi wisata unik di kota nabi itu.
Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro mengirim dokumentasinya bersama jemaah yang dipimpinnya. Sekalian berkabar tentunya, kalau dia dan jemaah yang berangkat dengan PT Malika Wisata Utama Cabang Padang itu sedang menikmati kekuasaan Allah SWT di Jabal Magnet.
Dikutip dari laman CNN Indonesia, Jabal Magnet dikenal dengan nama Wadi Al-Baida atau Wadi Al-Jinn oleh masyarakat setempat. Bukit ini berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Madinah.
Disebut unik, setiap jemaah yang datang ke tanah suci, baik untuk haji maupun umrah, pasti mendengar kawasan itu.
Masyarakat luar terutama menjadi tertantang untuk berkunjung dan berziarah ke bukit tersebut. Paling tidak, untuk mengingat kekuasaan Allah SWT.
Kita yakin dan percaya, bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha segala-galanya. Bagi Tuhan, apapun yang diinginkanNya, cukup hanya dengan Kun, maka langsung jadi dan ada.
Sebagai kota suci, Madinah terasa hebat dan punya daya tarik tersendiri untuk membuat jemaah betah dan senang berada di kota nabi demikian.
Sepanjang perjalanan, tulis CNN Indonesia, mata akan disuguhi perkebunan kurma, gurun pasir, serta perbukitan batu yang indah dan danau buatan. Kawanan unta yang sedang digembalakan warga ikut terlihat.
Tentu kepuasan tersendiri bagi jemaah yang sempat ke sana. Kepuasan batin yang tak ternilai.
Perjalanan jemaah yang diawali dengan niat yang betul, menjadikan mereka semakin tertantang untuk menggali peradaban Madinah itu sendiri.
Makanya, agar ibadah jemaah tulus dan ikhlas, sesuai tuntutan syariat, Pimpinan Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Sumbar Buya Mashendri Malin Sulaiman sengaja di setiap rombongan itu pakai pemandu yang berasal dari orang surau.
Pembimbing dari kalangan tuanku dan ulama. Sebab, para tuanku belajar dan tahu banyak soal Mekkah dan Madinah ini.
Madinah dan Mekkah dipelajari sejak jadi santri oleh buya ini. Belajar sejarah Islam, sejarah perjuangan nabi, peradaban Islam rahmatan lil alamin yang dibangun oleh nabi.
Tekanan demi tekanan yang dialami nabi di Mekkah, membuat ajaran agama Islam berkembang dengan luas di Madinah.
Nabi Muhammad Saw bersama kaum Muhajirin disambut dengan antusias oleh warga Madinah yang dijuluki dengan kaum Anshar.
Sesuai dengan namanya, Jabal Magnet memiliki kandungan magnet yang sangat tinggi. Akibatnya mobil-mobil di daerah itu bergerak sendiri. Termasuk jarum kompas tidak dapat berfungsi akibat medan magnet yang sangat kuat.
Seperti dikutip di laman tempo.co, Jabal Magnet atau bukit magnet bernama asli Manthiqa Baidha atau perkampungan putih. Lembah ini juga disebut Lembah Jin. Keistimewaan Jabal Magnet terletak pada kemampuannya untuk mendorong kendaraan dengan kecepatan 100-120 kilometer per jam ketika persneling dalam posisi netral.
Berada di bukit yang tandus, sekitar 30 menit atau 60 kilometer dari pusat Kota Madinah.
Hanya kalimat zikir dan doa, serta wirid lainnya yang sudah dipelajari jemaah menjawab ketakjuban ciptaan Allah SWT di Madinah.
Untungnya, jemaah Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah ini rutin melakukan berbagai wirid dan pengajian.
Membiasakan shalawat, karena membaca shalawat suatu amalan yang bernilai tinggi. Apalagi dibaca sedang di Madinah, lantunan shalawat menjadi berkah tersendiri.
Shalat sekali waktu saja di Masjid Nabawi nilainya sama dengan 1.000 kali shalat di masjid lain selain dari Masjidil Haram Mekkah.
Begitu juga shalawat didengungkan di komplek Masjid Nabawi yang juga di situ makam nabi, Raudhah, subhanallah, sungguh menjadi kaya para jemaah umrah yang betul-betul memanfaatkan momen tersebut.
Sebelum mengunjungi Jabal Magnet ini, Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro bersama jemaahnya juga menziarahi Masjid al-Ghamamah dan Sahabat Abu Bakar.
Dua masjid di Kota Madinah, dekat dari Masjid Nabawi, adalah masjid bersejarah. Sejarah penting dalam peradaban Islam itu sendiri.
Ya, minal masjid ilal masjid. Sebuah perjalan relegius, mengisi batin kita, mendamaikan hati yang sedang punya problem tentunya.
Beribadah di masjid bernilai pahala yang besar ketimbang shalat di rumah. Apalagi shalat di masjid bersejarah di kota nabi, Madinah al-Munawwarah.
Banyak para jemaah yang tulus niatnya, ingin rasanya tinggal dan berlama-lama di kota itu.
Kota Madinah punya magnet tersendiri. Magnet bagi jemaah yang cinta pada Rasulullah, rindu pada Allah SWT, dengan ingin beribadah sebanyak-banyaknya di tempat yang mulia itu.
"Selamat tinggal Madinah. Kami berangkat ke Mekkah. Dan kami akan segera kembali ke Madinah," begitu tulis Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro di akun pribadinya.
Tentu sebuah ungkapan tulus dan suci. Ungkapnya rindu dan cinta yang tak pernah padam pada Allah SWT dan junjungan umat, Muhammad Saw, yang dipatrikan dengan sering dan acap mendatangi Mekkah dan Madinah. (ad/red)