Berdiskusi dengan Ali Bakri menjelang meninggalkan Pekanbaru usai mengikuti Porwil XI Riau. (ist) |
Pekanbaru, Sigi24.com--Pertandingan voli antar wilayah, Sumbar berhadapan dengan Lampung, membuat kami peninjauan Porwil XI Pekanbaru, Riau Sabtu 11 November 2023 itu merasa puas dan gembira.
Ada rasa bangga tersendiri, usai Sumbar taklukkan 2-0 Lampung ketika kami meninggalkan GOR di tengah kota itu, meskipun pertandingan harus satu set lagi.
Kami tak sempat menyambangi pemain. Janjian dengan Ali Bakri bertemu di tokonya, sore itu membuat penontonan voli diakhiri.
Sebelumnya, Makpondino aktif berkomunikasi dengan Ali Bakri ini. Mak Pon, begitu dia sering disapa Hendri Gusvira dan Bandaro selama dalam perjalanan Padang Pariaman - Pekanbaru.
Mak Pon, Hendri Gusvira dan Ali Bakri sudah lama saling berkenalan. Tak sekedar berkenalan, tapi sepermainan di kala usia anak-anak dan remaja dulunya. Ali Bakri sepertinya tidak sabaran ingin bersua dan bersilaturahmi dengan kami.
Pun berita duka salah seorang kerabat Hendri Gusvira dan Mak Pon, ikut membuat suasana sedikit tegang, menjelang kami bersua di toko emasnya Ali Bakri.
Tiba di tengah Pasar Kodim, Magrib menjelang. Suara azan sudah mulai bersahutan di masjid dan mushalla di tengah kota bumi Lancang Kuning itu.
"Cari saja tempat parkir di ujung itu," begitu bunyi kabar dari Ali Bakri lewat sambungan telpon ke Mak Pon.
Untuk memastikan tempatnya, pas tiba di depan toko pun Mak Pon kembali menelpon. Keluar Ali Bakri dari ruangan kerjanya, baru kami masuk.
Ali Bakri keluar dengan penuh senyum. Tentu sudah sekian lama tak bersua dengan karibnya Hendri Gusvira dan Mak Pon.
Cerita soal berita duka yang baru saja membuat Mak Pon sibuk berkomunikasi dengan berbagai pihak, menjadi cerita pembuka dalam pertemuan di senja itu.
"Masa sekarang dia itu, adalah masa lalu kita," jawab Ali Bakri.
Inspiratif sekali, dan tentunya menimbulkan kedalaman makna dari lika-liku kehidupan Ali Bakri hingga menapaki kesuksesan saat ini.
Ya, perjalanan hidup tak pernah luput dari sukses dan gagal, kaya dan miskin, sakit dan senang.
Yang paling penting, pesan tersirat yang tak disampaikan Ali Bakri, adalah menyikapi kehidupan itu sendiri.
Jatuh bangun dari tangga kehidupan punya makna tersendiri, yang harus diambil hikmahnya.
Keasyikan bicara dan berbagi informasi senja itu, tak menyurutkan semangat anak buah Ali Bakri untuk berkemas. Biasa, senja masuk, semua barang dagangan harus masuk brangkas.
Kami, yang katakanlah tamu di situ, satu persatu pergi ke belakang. Menunaikan kewajiban Magrib yang sedang berjalan waktunya.
Ali Bakri yang bagi orang berusia di bawah dia, sering menyapa dia dengan sapaan Udo. Kental sekali Piaman-nya. Asli Koto Baru, sepertinya sudah lepas dari semua persoalan rumit dalam hidup.
Usahanya yang sedang menapaki trend naik, tak membuat dia lupa diri. Tegak lurus dalam menjalankan agama, menjadikan dia sebagai sumber inspirasi.
Ali Bakri ingin dan ingin sekali semua kawan di kampung sukses. Dasar ini pula barangkali, dia ingin bersua dengan kami saat melakukan tugas negara di Pekanbaru, penting sekali untuk bersua.
Tak hanya dia, kami juga bersemangat untuk bersua. Sebab, silaturrahmi memperpanjang umur dan mempermudah rezeki. Begitu agama mengajarkan pentingnya bersilaturrahmi dalam hidup dan kehidupan.
Kejujuran adalah modal Ali Bakri dalam menapaki kesuksesan itu. Jujur dia mendukung Hendri Gusvira untuk sukses jadi anggota DPRD Padang Pariaman dari Golkar.
Jujur pula dia, untuk DPRD Padang Pariaman, dia tegak lebih dari "dua kaki". Jujur pula disampaikannya di hadapan Caleg nomor urut satu Partai Golkar Dapil IV ini.
Tapi, untuk DPRD Sumbar, Ali Bakri jujur hanya tegak untuk Bujang Pendawa. Ya, Bujang Pendawa satu partai dengan Hendri Gusvira, hanya beda pencalonan.
Jalinan ranah dan rantau, sepertinya sudah terpatri kuat di Ali Bakri ini. Sukses di rantau, tak membuat dia lupa akan kampung.
Perkawanan, rasa berdunsanak, dan rasa perlu membangun kampung dengan potensi yang dia punyai, menjadi kekuatan dia dalam membangun usaha di Pekanbaru.
Tak heran, suara dukungan dia pada saat musim pemilihan selalu mangkus dan jitu. Jarang atau tidak pernah dukungannya meleset.
Kenapa? Ali Bakri sepertinya sudah belajar banyak dari kegagalan. Tobat dan tegak lurus, tak melalaikan kewajiban dalam beragama, menjadikan dia plong melewati masa sulit itu.
Dasar itu pula yang menjadi inspirasinya kepada kawan dan masyarakat, dalam melawan kegagalan jadi kesuksesan. (ad/red)