Zulkifli, alumni Madrasatul 'Ulum yang bersua di Tanjung Pucuk Jambi, Kabupaten Tebo. (ist) |
Jambi, Sigi24.com--Zulkifli. Satu kata, namanya rancak segagah orangnya. Dia mudah senyum dan akrab dengan banyak orang.
Sabtu 30 September 2023 malam, kami bersua di Masjid Al-Mukhlisin Tanjung Pucuk Jambi, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.
Tentu sebuah perjumpaan yang direncanakan. Di tengah jalan, menjelang sampai Simpang Empat Koto Baru, Dharmasraya, Mashendri Malin Sulaiman menelpon Zulkifli, menyuruh dia hadir dalam safari dakwah di Tanjung Pucuk Jambi itu.
Zulkifli sama-sama pernah mengaji dengan kami di Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman. Pun sama-sama status santri pindahan dari pesantren lain, sebelum masuk Lubuk Pandan.
Zulkifli jadi santri di sebuah pesantren di kampungnya, di Koto Salak, Dharmasraya dan melanjutkan ke Lubuk Pandan tahun 1990 an.
Dengan saya, beda satu angkatan. Saya jadi "marapulai kaji" 1995, Zulkifli setelah itu. Meskipun kami seumuran, Zulkifli tetap rendah hati. Dia selalu menyapa saya dengan sapaan "tuo".
Di Lubuk Pandan, kami beda asrama dalam satu pesantren itu. Zulkifli di "Gubder" sedangkan saya di "Anjung Jaya". Ya, sekalian beda "guru tuo" tapi masih dalam asuhan Syekh H Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah.
Meskipun jarang ketemu dan sulit bersua, diantara kami tak pernah lupa bila ketemu. Momen acara penting di Lubuk Pandan, kami saling bersua, tapi tak sering.
Pasti senyum saling bertatapan, ketika bersua seraya saling memberikan salaman yang erat.
Tentu interaksi Zulkifli lebih banyak dengan Buya Malin, sapaan akrab Mashendri Malin Sulaiman, karena satu asrama dulunya di Lubuk Pandan.
Dari Koto Salak, Zulkifli tentu tak merasa jauh ke Tanjung Pucuk Jambi. Pas Shalat Isya berjemaah dan menjelang makan malam bersama, sebelum peringatan maulid nabi, Zulkifli sudah ada di masjid itu.
Di Lubuk Pandan, dulu itu saat Zulkifli jadi santri, dia banyak mengaji dengan mendiang Lukman Hakim Tuanku Bagindo Sati dan Tuanku Afredison.
Hubungan kuat dan erat kami, tentu dipersatukan oleh keluarga besar alumni Madrasatul 'Ulum, sebuah pesantren besar yang hadir sejak 1940 di Lubuk Pandan.
Tak lama, tapi cukup berkesan. Pertemuan singkat tentu saling bercerita soal Pesantren Madrasatul 'Ulum. Pesantren ini akan memulai batu pertama pembangunan kampus di Sungai Kasikan, Tandikek Selatan.
Tentang anak dan keluarga masing-masing. Dua anak Zulkifli di sekolahkan di Padang dan Bukittinggi. Jauh, tapi di dua kota itulah yang tersebut hebat dunia pendidikannya.
Di Bukittinggi itu, anaknya sekolah di MTI Canduang, sebuah sekolah agama yang didirikan Syekh Sulaiman Arrasuli. Sama dengan anak Tuanku Afredison.
Ya, Tuanku Afredison, alumni Madrasatul 'Ulum, guru tuonya Zulkifli yang kini jadi anggota DPRD Padang Pariaman hasil Pemilu 2019, kembali mencaleg pemilu sekarang.
Afredison juga Ketua DPC PKB Padang Pariaman. Di akhir-akhir Afredison di Lubuk Pandan, dia sempat pindah mondok ke kampungnya Zulkifli, Koto Salak Dharmasraya.
Zulkifli bercerita, pernah bertemu dan acap berinteraksi dengan Tuanku Afredison yang disapanya dengan "Tuo Son" di Canduang saat melihat anaknya.
Usai pengajian, Zulkifli memilih balik pulang ke rumahnya. Sedangkan kami bersama Buya Malin melanjutkan safari dakwah ke rumah Rudi Purba di Kawasan 48, sebuah kawasan perkebunan di Desa Tanjung Pucuk Jambi.
Sebelum meninggalkan Masjid Al-Mukhlisin Tanjung Pucuk Jambi, Zulkifli menselfikan kamera HP-nya, mengabadikan dia, Bustanul Arifin Khatib Bandaro dan saya.
Tapi tak dikirimnya ke saya. Melainkan dijaprinya ke Bustanul Arifin yang sama-sama mencaleg di PKB dengan Afredison. Meskipun demikian, Bustanul Arifin meneruskan foto itu ke saya.
Terima kasih Zulkifli. Persahabatan, pertemanan dan perkawanan kita terus berlanjut. Madrasatul 'Ulum, telah menyatukan kita dalam suka dan duka.
Banyak kisah, panjang cerita dalam pertemuan kita beberapa tahun dulunya di Lubuk Pandan itu, hendaknya menjadi cerita yang mampu membesarkan nama Madrasatul 'Ulum. (ad/red)